[1.6] Coronation

13 3 3
                                    

Tuan Jeon terduduk di kediamannya, ia menatap ke arah televisi yang menayangkan hari penobatan sang putri Auradon. Sesungguhnya ia tak peduli dengan apa yang terjadi di area kerajaan, ia hanya berharap hari ini adalah hari pembebasannya.

"Akhirnya, kita semua berada di sini, menyiarkan langsung dari acara penobatan. Putri Hanni akan segera dinobatkan menjadi seorang pemimpin Auradon"

Tayangan itu menampilkan area aula yang mulai dipenuhi oleh seluruh bangsawan juga para siswa siswi Auradon. Tuan Jeon sedikit mendekatkan dirinya ke arah layar lalu tersenyum lebar ketika tayangan itu menampilkan sang peri yang membawa tongkat ajaibnya masuk ke aula perayaan.

Sementara di atas kereta kuda sang putri tengah melambaikan tangannya ke arah para penduduk. Ia sedikit tersenyum dan meraih lengan kekasihnya untuk meredakan kecanggungan diantara mereka.

"Jangan gugup, semuanya akan baik-baik saja. Kau hanya perlu mendampingiku disana dan terlihat menawan"

Wonwoo tersenyum tipis, "terimakasih..."

Hanni mulai menunjukan sebuah cincin berlambangkan Auradon pada sang pria, "Kami sudah mempersiapkan ini, kau mau memakainya?" 

Wonwoo membulatkan matanya terkejut, "Jangan sekarang. Kau tau, aku takut itu akan terjatuh dari tanganku"

"Oh, aku ingin memberikan sesuatu untukmu" Wonwoo memberikan sebuah kue coklat pada kekasihnya itu kemudian kembali mengalihkan pandangannya, "Untuk nanti, jika acaranya sudah selesai. Supaya kau tidak kelelahan"

"Terimakasih telah memikirkanku? tapi aku tidak ingin menunggu..." Hanni segera memakan kue coklat tersebut membuat Wonwoo segera menarik tangan gadis itu cukup kuat.

"Jangan!"

Hanni mengunyah kue tersebut lalu mulai mengerutkan keningnya, "ini enak, sama seperti yang sebelumnya"

Wonwoo terpaku menatap gadis itu, "Apa kau—"

"—baik-baik saja?"

"Tentu!"

"Apa kau masih mempunyai perasaan, eum maksudku, kau masih mencintaiku?"

Sang putri menaikan kedua bahunya, "Aku tidak terlalu yakin, mungkin kita harus menunggu beberapa menit hingga ramuan anti cinta ini berfungsi..."

Pemuda di sampingnya itu hanya mengangguk setuju, "ya, kau ben—, tunggu?!" Ia segera menatap kekasihnya itu dengan penuh rasa keterkejutan, "Apa?!"

Hanni tertawa puas sementara Wonwoo masih terus memasang wajah terherannya, "kau sudah mengetahuinya?!"

"Bahwa kau memantraiku? iya...." Jawab sang gadis sembari tertawa pelan.

"A-aku bisa menjelaskannya!"

"Tak perlu, aku pikir kau mungkin menyukaiku namun aku bersama Mingyu. dan mungkin kau tidak terlalu percaya diri, jadi kau menggunakan kue coklat itu untuk memantraiku"

"kau benar..." Wonwoo sedikit bernafas lega atas hal itu, "Jadi, sejak kapan kau mengetahuinya?"

"Sejak kencan pertama kita? air sungai itu bisa mematahkan seluruh sihir..." 

Wonwoo menatap gadis itu lirih, "Jadi kau berpura-pura setelahnya?"

Hanni segera mengecup pipi kekasihnya lembut, "Aku tidak pernah berbohong tentang hal ini" ucapnya seraya memberikan cincin pada pria itu.

Keduanya mendongak ketika kereta kuda mereka terhenti di depan aula kerajaan. Wonwoo segera menuruni kendaraan itu dan meraih lengan sang putri untuk membantunya turun. 

Tuan Jeon yang melihat tayangan tersebut mulai bertepuk tangan begitu antusias, "Putraku... dia menipu seorang putri dan akan mengambil alih tongkat ajaibnya. Hari yang kutunggu..."

Descendants [SVT]Where stories live. Discover now