071: Marahnya Renjun.

1.4K 179 8
                                    

Pagi harinya Renjun kembali ke kamar utama, memeriksa anaknya yang ternyata masih tertidur di sebelah Yayah nya. Renjun membiarkan Haechan bangun dengan sendirinya, ia menyiapkan pakaian Haechan yang akan di gunakan ke kantornya. Selesai menyiapkan Renjun langsung menuju kamar Haikal, membangunkan si sulungnya yang ternyata saat ia baru membuka pintu sudah melihat si sulung yang sedang duduk di ranjang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya, dan rambutnya yang basah.

"Abang, anak Baba sudah bangun." Renjun mendekat untuk membubuhkan ciuman di kening putranya.

"Abang no no school Baba." Haikal yang berada di dalam pelukan Renjun menggeleng malas, matanya pun seperti lengket, enggan di ajak terbuka.

"Kenapa tidak mau sekolah, Abang sudah tampan sekali loh pakai seragam ini."

"Abang mawu bobo sama-sama adik." Ucapnya yang tak beraturan.

"Nanti siang lagi Abang, nanti kalau Abang berangkat sekolah adik juga belum mau bobo. Nanti Baba bilang adik ya biar bobo nya tunggu Abang pulang?" Rayu nya. Tumben sekali juga Renjun mendapati Haikal yang malas sekolah begini, biasanya ia sangat semangat. "Abang tidak dijahatin kan di sekolah?" Ucap Renjun takut, ia takut anaknya di bully dan menjadi seperti ini, menjadi takut ke sekolah.

"No no Baba friend Abang baik."

Baba menghembuskan nafas lega. "Baba buatkan bekal yang gemas mau?"

Haikal terus merengek di dalam pelukan Renjun, bahkan tangannya sudah memeluk erat leher Renjun. "Gendong baa mawu Yayah."

Baba yang mendengar pinta anaknya memilih menuruti, ini juga upaya rayu nya agar Haikal tak bolos hari ini. Di dalam kamar Renjun dan Haikal langsung melihat Yayah nya yang ternyata sedang berusaha memakai dasinya dengan cukup sulit, karena biasanya di pakaikan oleh si manisnya.

"Yayah?" Panggil Haikal.

"Apa jagoan?"

"Abang sini dulu temani adik." Ucap Renjun yang menurunkan Haikal di atas kasur. Renjun langsung mendekat ke arah Haechan yang masih berusaha memasang dasi nya.

"Sini." Pinta Renjun. Haechan menyerahkan dasi nya kepada Renjun, walau tadi sebelum menyerahkan ia menyempatkan mencium dahi si manisnya. Bahkan tangannya sudah bertengger di masing-masing pinggang ramping suami cantiknya.

"Aku hari ini lembur. Maaf ya hari ini engga bisa bantuin jaga anak-anak."

Renjun yang masih kesal dengan ucapan suaminya semalam pun memilih diam, ia memilih mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari bibir Haechan. Ia terlalu sebal dengan perkataan semalam yang seperti meremehkan dirinya.

"Babaa lepas, lepas ini Abang mawu bobo sama adik." Ucap Haikal sambil menarik-narik pakaian yang sedang ia pakai.

Renjun yang melihat itu menghela nafasnya, mengatur emosinya juga agar tak marah. "Abang kalau engga mau sekolah tidak boleh makan manis-manis, tidak boleh main sepeda di luar nanti sore. Nurut apa kata baba ya?" Sudah sangat sebal sejujurnya Renjun melihat anaknya yang hari ini ingin membolos sekolah, entah apa penyebabnya nya itu, padahal sakit pun tidak. "Jagoannya engga mau sekolah tuh."
Adu Renjun kepada Haechan.

"Bilang sama Yayah kalau engga mau sekolah." Ucap Renjun sebelum akhirnya ia menggendong Raina untuk membangunkan si bayi nya.

"Jagoan Yayah kenapa? Kenapa engga mau sekolah?" Haechan duduk tepat di sebelah Haikal, dengan tangan besarnya yang sudah mengelusi rambut putranya.

"Nda mawu, Abang mawu di rumah sama adik."

"Nanti Baba marah loh kalau Abang engga sekolah. Yayah antar ya sekolah nya? Mau Yayah beliin apa nanti sepulang Yayah kerja? Mainan? Atau ice cream?"

Mas dan Adek (Hyuckren)Where stories live. Discover now