Ch. 31 - Nasib Buruk

64 8 79
                                    

(POV Ayu Veronica)

Lebih buruk dari sekedar Kania berpacaran dengan Kak Riza, teman terdekat Rifki pun, Bima, kini berpacaran dengan kakak kembarnya yang satu lagi, Kak Rina.

"Aku menghargai hubungan kita selama ini, tapi maaf, aku tak bisa membohongi diriku sendiri, aku jatuh cinta pada kakakmu." Itu adalah hal yang dikatakan Kania pada Rifki ketika dirinya meminta penjelasan pada Kania.

Hanya berselang satu minggu, giliran Bima yang berpacaran dengan Kak Rina. Sama seperti Kania, Bima ternyata selama ini juga memendam perasaan pada kakak perempuannya Rifki tersebut.

"Maaf, meski ini mungkin akan mengganggumu, tapi aku sangat ingin berpacaran dengan kakakmu," kata Bima.

Sejak hari itu, senyum Rifki yang perlahan muncul kembali hilang.

Dia memang sering tertawa dan tersenyum ketika berada di kelas, tapi aku tahu itu adalah senyum yang dipaksakan. Rifki menghargai pertemanannya dengan Bima, sehingga berusaha ikut bahagia meski sekarang teman dekatnya itu lebih sering menghabiskan waktu dengan kakak perempuannya.

Hari-hari bagai neraka dilalui Rifki pada masa ini. Setiap hari, setiap pulang sekolah Rifki selalu pulang bareng Kania dan Bima ke rumahnya. Namun, ketika sampai rumah, Kania masuk ke kamar Kak Riza, dan Bima masuk ke kamar Kak Rina. Rifki ditinggal sendiri sementara kedua temannya diambil oleh dua kakak kembarnya.

Aku tak tahu hal ini sebelumnya, aku tahu setelah berkunjung ke rumah Rifki siang hari sepulang sekolah. Dia sedang ada di kamarnya sendiri bermain dengan Cici dan Caca.

"Orang tuamu belum pulang?" tanyaku.

"Akhir-akhir ini sering pulang agak malam."

"Kania sama Bima mana? Tadi kan pulang bareng kamu."

"Kania main di kamar Kak Riza, dan Bima main di kamar Kak Rina. Kira-kira mereka ngapain ya, kok seneng banget tiap hari main ke sana. Ya, mereka pacaran, sih. Mereka pasti ingin mesra-mesraan."

Saat itu juga, aku langsung memeluk Rifki sekuat tenaga. Aku menahan tangis yang sesungguhnya tak mampu kutahan lagi.

Aku menyesal sudah menjauh dari Rifki. Aku menyesal membiarkan dia sendirian. Aku terlalu egois memaksakan sesuatu yang menurutku adalah kebenaran.

Padahal Rifki sering tak dianggap di keluarganya sendiri. Rifki selalu ditinggal ketika dua saudara kembarnya asik dengan hubungan masing-masing. Padahal aku adalah orang yang paling mengerti dirinya, tapi aku malah meninggalkan dirinya begitu saja.

Aku menyesal. Aku bodoh. Aku tidak mau membiarkan Rifki kesepian lagi.

"Udah, kamu mainnya sama aku aja! Biarin Kania sama Bima mah, mereka bukan temen kamu!" Tangisku akhirnya pecah, aku menangis sembari memeluk Rifki yang tampak kebingungan dengan sikapku.

"Kamu kenapa Ayu?"

"Aku gak bakal biarin kamu sendirian lagi mulai sekarang! Aku bakal main terus sama kamu! Aku bakal jadi saudara kembarmu, biar kamu gak merasa sendirian lagi!"

"Tapi kita bukan saudara kembar, Ayu."

"Bodo amat! Pokoknya mulai sekarang kita saudara! Aku bakal main terus ke sini! Setiap hari!"

Cici dan Caca sudah tertidur ketika aku masih memeluk Rifki sembari mengeluarkan banyak air mata.

Semenjak saat itu, aku selalu ikut pulang bersama Rifki, Kania, dan Bima. Aku masuk ke kamar Rifki sementara Kania dan Bima masuk ke kamar dua kakak kembarnya.

Aku tak mau membiarkan Rifki sendirian di kamar sementara dua kakak kembarnya mesra-mesraan dengan pasangan masing-masing. Rifki juga butuh pasangan untuk berbicara dengannya, dan itu adalah aku.

Wibu Love StoriesHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin