Yoichi berjalan dengan riang. Sesekali ia menyandungkan sebuah alunan lagu. Jika dibandingkan dengan kakaknya, Yui, sifat mereka berdua benar-benar berbanding terbalik. Kakaknya sedikit kalem, adiknya begitu periang.
"Kamu tahu nggak, kakakku itu manis banget! Apalagi kalau lagi menghukum orang. Wajah seriusnya benar-benar lucu!" celetuk Yoichi.
"Haha, iya..." Lalu kau tahu apa fakta menarik dari kakak beradik ini? Yoichi kelihatan senang sekali ketika membicarakan Yui. Bahkan sedari tadi mereka berdua berjalan, Yoichi tak ada henti-hentinya bercerita tentang kakaknya. Akira sampai bosan sebenarnya, tapi mengingat Yoichi ini adalah teman Valen, bisa jadi orang ini juga adalah orang yang berbahaya.
'Pokoknya aku harus hati-hati sama mereka berdua.' batin Akira.
"Valen! Inih, aku bawa anaknya!" seru Yoichi memanggil Valen.
"Nah, sip. Tolong masukkan seragamku ke tas."
"Siap!" jawab Yoichi memberi hormat. Tanpa banyak bicara, ia langsung melakukan apa yang Valen katakan.
Sementara itu, Akira membelalakan matanya. Mulutnya menganga lebar. Apa-apaan itu? Kenapa Valen mengangkat kaki kirinya sambil mengangkat kursi?
"Dihukum sama Yui." tukas Valen tiba-tiba. Hal itu membuat gadis itu menjengit kaget. Lelaki itu bak menjawab pertanyaan dalam hatinya. Sebentar, atau jangan-jangan lelaki itu bisa membaca pikiran?
"Perasaan aku nggak nanya apa-apa kok!"
"Tanpa nanya pun, aku juga tahu. Wajah kamu terlalu gampang buat ditebak, sih!" pungkas Valen.
Meski Saki sudah mengatakan kalau lelaki ini menakutkan, entah mengapa kali ini Valen tampak begitu friendly dari yang dirumorkan. Valen adalah salah satu siswa yang mengajak banyak siswa laki-laki untuk perang sarung. Harusnya lelaki itu punya sifat layaknya seorang pemimpin atau bagaimana, tapi ini?
Lelaki itu kembali bersuara, "Apaan lihat-lihat? Ayahnya kamu jago silat?"
Lihat. Sekarang lelaki itu benar-benar tampak menyebalkan. Kalau Akira bilang kalau ia ingin lebih tahu tentang lelaki ini, apakah boleh?
"Kukira kamu semenakutkan yang dirumorkan, ternyata aslinya nyebelin banget."
"Kalau mau, aku bisa lempar kursinya ke kamu biar rumornya bener."
Akira seketika jadi kikuk. Ia mengangkat kedua tangannya bak menyuruh seseorang tuk berhenti. "E-eh, nggak dulu. Makasih loh tawarannya, tapi sayangnya aku masih amat sayang dengan diriku jadi nggak dulu ya?"
"Hm, serah dah."
Setelahnya mereka terdiam. Situasi yang hening membalut mereka berdua. Kemana si adiknya Yui itu? Kok lelaki itu belum datang? Padahal kan sudah sedari tadi lelaki itu pergi? Akira hendak memutus kecanggungan itu meski—
"Pulang sono ke kelas. Keberadaanmu nggak guna. Lagian seragamku udah balik dan sekarang sepertinya udah di tas. Keberadaanmu cuma nambah polisi udara di sini aja."
—Valen menyelanya dengan kata-kata pedasnya.
"Heh, nggak sopan ya anda." Valen hanya mengabaikannya setelah itu. Hal itu membuat Akira kesal. Semua orang pasti akan kesal jika diabaikan oleh orang lain. Seolah-olah perkataan itu hanya sebuah angin lalu.
Gadis itu berdecak kesal. Lelaki di depannya menyebalkan sekali. Kalau ada sapu di depan kelas bermasalah ini, gadis itu pasti akan memukul Valen dengan senjata sapu. Rasa takut yang tadinya sempat menyergap seketika menguap begitu saja.
'Lelaki ini tak semenakutkan itu. Jangan panik ya, Akira...'
Kali ini Valen menatapnya tajam. Apa ini? Apa lelaki itu paham dengan jalan pemikirannya? Kalau begitu, bisa gawat dong!
"Ck, iya, iya. Dengan senang hati aku akan pergi."
Tuk! Bruk!
Akira menendang kaki Valen yang tadi digunakan sebagai penopang hingga lelaki itu terjatuh. Kursi yang tadi dipegang oleh Valen jatuh tersungkur. Sementara itu, Valen mengusap-usap lutut dan jidatnya yang benar-benar sakit. Gadis ini...
Akira menutup mulutnya mati-matian dan dengan sigap berlari sebelum kena amukan Valen. Lelaki itu terus memperhatikan bagian belakang gadis itu hingga tubuh Akira menghilang.
Gadis itu telah berlalu. Rambut ikal sebahu Akira tadi tampak begitu lucu ketika bergerak kecil ke kanan dan kiri. Kepergiannya juga menjadikan punggung kecil itu pemandangan utama Valen.
'Berisiknya hampir menyamai Kei. Mampu merusak dunia,' pikir Valen.
Lelaki itu menghela napas panjang. Ia kembali memasang posisi hukumannya. Valen menatap tempat ini dengan tatapan datar.
"Yo, gimana, bro? Chemistry kamu sama Akira naik nggak?" ledek Yoichi.
"Anjrit, chemistry, chemistry. Pala ayahmu. Oh... jadi itu alasan kamu lama di kelas ya, hm?" tuduh Valen yang sayangnya membuat adik Yui itu cengengesan. Berarti dugaan Valen mungkin benar adanya.
"Ya sapa tahu kalian nanti beneran jadian. Kan aku bisa bangga kalau bisa menyatukan kalian berdua." Yoichi menepuk-nepuk dadanya.
"Nggak bakal. Pokoknya nggak akan pernah. Mana mau aku sama dia. Lagian pacaran buat apa? Ga guna juga," bantah Valen dengan begitu teguh.
"Oh... gitu? Tanda-tanda nih. Biasanya kalau yang modelan gini bakal jadi. Awas kalau jatuh cinta sama dia nanti. Kalau itu terjadi, aku bakalan ketawain kamu sekeras toa masjid."
"Cih, siapa takut? Siapa juga yang niat pacaran?"
Yoichi mengulurkan tangannya bak mengajak jabat tangan. Seketika alis Valen naik sebelah sebab kebingungan. Akhirnya Valen bertanya juga, "Ngapain?"
"Mau jabat tangan. Kan biasanya kalau ada tantangan gini, orang-orang pada jabat tangan buat sepakat gitu," sahutnya dengan begitu santai.
"GUE LAGI DIHUKUM SAMPAI BEL PELAJARAN SELANJUTNYA KALAU LO LUPA!" Hilang sudah tingkat kesabaran lelaki itu. Bahkan sampai mengganti panggilan ke Gue-Lo.
_-_-_-_-
Suasana kantin begitu riuh sebab ada kue beruang yang katanya adalah kue legendaris sekolah. Konon, siapapun yang membeli roti itu, akan mendapatkan kesuksesan yang besar. Kesuksesan yang membuat ia dan keturunannya akan terus berada di puncak kaya selama tujuh turunan sekaligus.
Hanya saja semua itu hoaks. Mana ada legendanya makan kue langsung jadi sukses. Yang ada mungkin makan kue itu membuat badan mereka lebih semangat. Karena itulah, banyak tugas yang diselesaikan dengan cepat.
"Yoichi. Hush, sini, sini." Valen membisikkan sesuatu ke telinga Yoichi. "Ada Akira. Dia keknya dari tadi lihatin sini, deh. Nyebelin banget, nggak sih?"
"Waduh, jangan-jangan si Akira punya rasa deh ke kamu."
"Wah, imajinasi kamu bagus. Nggak bikin novel aja, Yo?"
"Ayo, kalian pasti jadi! Feelingku kali ini mantap banget pokoknya."
"Tailah, anjrit. Siapa juga yang mau sama cewek ceroboh kayak dia."
Yoichi menggeleng-nggelengkan kepalanya. Dasar Valen. Sekalinya lelaki itu bersabda, Valen selalu saja berusaha melakukan apa yang ia katakan.
Namun... takdir tak ada yang tahu, kan? Terkadang tuhan punya caranya sendiri untuk membuat kisah kehidupan jadi menarik.
Akankah... mereka berdua akan semakin dekat sesuai dengan yang dikatakan Yoichi? Atau malah pada akhirnya mereka berdua akan jadi asing?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hei, Apa Warna Kesukaanmu? (TAMAT)
Fiksi RemajaBagaimana rasanya jika kalian tidak diperbolehkan mendaftar ke sekolah yang kalian inginkan? Bagaimana jadinya kalau kalian dipaksa untuk masuk ke sekolah pilihan orang tua kalian? Marah, sedih, kecewa? Itulah yang terjadi pada Valen. Sejak itula...