Chapter 8

75 6 2
                                    

Sebenarnya ini aku udah ngerasa kalau cerita nya tuh mulai ngaler ngidul, nggak kayak rencana awal, karena ya aku lupa rencana awalnya kek mana😭🤣 jadi maafin ya ges kalau ga rame. Sebenarnya udah ga pede banget buat tetep lanjutin ini cerita, tapi kek nanggung juga😭

Jadi mungkin ya ceritanya bakal cepet aku selesaiin, biar ceritanya ngga begitu ngaler ngidul juga wkwk.

Hari libur sudah berakhir, kini para anak sekolah memulai aktivitas mereka sepertinya biasanya lagi, yaitu bangun pagi mandi dan pergi ke sekolah

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Hari libur sudah berakhir, kini para anak sekolah memulai aktivitas mereka sepertinya biasanya lagi, yaitu bangun pagi mandi dan pergi ke sekolah. Sama hal nya seperti Jewu, saat ini ia tengah bersiap untuk pergi ke sekolah di antar sang Papah.

Mungkin saat sang Mamah masih tinggal disini mereka selalu sarapan bersama, dengan sarapan yang dibuat oleh Mamah nya sendiri. Sedangkan sekarang, tidak ada satupun makanan yang tersaji di meja makan.

Saat Jewu menuruni anak tangga, ia melihat ayahnya tengah duduk santai di sofa ruang tamu sambil membaca beberapa berkas ditemani oleh kopi hitam yang dibuatnya sendiri.

"Pah" June yang mendengar panggilan Jewu pun menoleh "udah siap?" Jewu pun hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan sang Papah

"Yaudah ayo cepetan, takut telat, jalanan pasti macet kalau awal sekolah"







.







"Liat deh si anak emas itu"

"Pas ujian kemarin katanya dia dapet nilai jelek ya?"

"Bener banget!! Ranking nya aja turun, malah kembarannya yang naik wkwk"

"Bapaknya nyesel ga ya malah milih ngurus dia, dibandingkan kembarannya"

"Lah emang kembarannya di urus siapa anjir?"

"Sama emaknya tolol, tuh Mak bapak mereka cerai gara-gara tuh bocah emas"

"Emas emas, taii kek gitu dibanggain wkwk"

"Mana bener lagi anjir awokawok"

"Ssst stttt udah anjir, itu bocah nanti nangis AWIKWOK"

Baru saja Jewu melangkahkan kakinya untuk menuju gerbang sekolah, sudah banyak bisikan-bisikan yang terdengar olehnya. Dan ya bisikan itu tentu saja diperuntukkan untuknya. Tapi jika disebut bisikan tidak akan mungkin sekencang itu, haha sepertinya mereka memang sengaja sedikit mengeraskan nada suara mereka.

Meskipun Jewu nampak tidak peduli dengan bisikan-bisikan itu, namun sebenarnya ia mendengar dengan seksama dan hatinya terasa sedikit sakit. Apakah benar Papahnya merasa menyesal karena sudah mengurusnya? Dan tau darimana mereka jika Mamah dan Papah nya bercerai karena ia? Ah entahlah Jeongwoo tidak peduli, anggap saja mereka angin lalu.

"Woo, minta duit dong, Mamah ngasih gue dikit nih" baru saja Jeongwoo sampai didepan kelasnya, sudah ada Haruto sang kembaran yang menghentikan langkahnya hanya untuk meminta uang

"Tapi---"

"Elah Woo, lo di kasih banyak pasti kan sama Papah? Minta anjir, gue ga di kasih sama papah. Masih untung Lo di biayain sama Papah, lah gue? Gue mah apa atuh da cu----

Nih" Jeongwoo yang malas mendengar celotehan Haruto pun langsung mengeluarkan uang satu lembar bewarna biru "nah gitu donggg, makasih Jeongwoo sayang" Jeongwoo yang mendengarnya pun hanya mendelik

Sebenarnya Jeongwoo memberikan uang itu bukan karena malas mendengarkan celotehan Haruto, hanya saja disekelilingnya sudah ada beberapa orang yang mencemoohnya baik itu mulai dari 'pelit amat ma kembaran' 'iya anjor, masih untung dia di urus ma bapak ya' 'biasalah adek tuh emang suka Maruk wkwk' 'ye kagak Yee gue mah!! Itu mah emang si Jeongwoo nya aja yang pelit wkwk'

Dan sebenarnya bukan karena pelit Jeongwoo tidak ingin memberi Haruto uang, hanya saja ia pun mendapat uang saku yang sedikit dari sang papah. Ia hanya di beri 200 ribu untuk satu bulan, Papah June bilang itu untuk hukuman Jeongwoo yang belum selesai karena nilainya turun saat ujian kemarin.

"Anjayy Woo, pakabsss broo?" Si boncel kecil itu menghampiri Jeongwoo yang memiliki badan bongsor, Jungwon, orang itu Jungwon. Dia menghampiri Jeongwoo dan merangkul pundak Jeongwoo yang jelas-jelas jika ia merangkul Jeongwoo maka ia harus berjinjit untuk menyamakan tinggi mereka

"Udah anjir, Lo pendek. Kasian kaki Lo pegel kalau jinjit mulu" Jungwon yang mendengar itupun sedikit meninju perut bagian bawah Jeongwoo hingga menghasilkan ringisan dari sang empu.

"SAKIT ANJIR" Sewot Jeongwoo sambil memelototi teman pendeknya, Jungwon pun tidak ingin kalah, ia balik memelototi Jeongwoo "YA LO DULUAN"

Akhirnya mereka mengakhiri acara memelototi satu sama lain setelah 5 menit lamanya, dan mulai duduk di bangku mereka.

"Gue baik, Lo?"

"Tau anjir gue dah ga mood nanya ya Cok"

"Dih baperan Lo, kek cebol"

"GUE GA CEBOL YA SU!! LO AJA YANG KETINGGIAN"

"Emang Lo tau arti cebol?"

"Pendek anjir, gue tau satt"

"Dih bukan" Jungwon yang mendengar itupun terdiam sejenak, sambil memikirkan arti lain dari kata cebol

"Cebol tuh Cewe Gembol WKWKWKWK" Jeongwoo yang mengucapkan itu tertawa terbahak-bahak, sedangkan Jungwon sedang menahan amarahnya yang mulai meningkat

"AUHHH ADUHH SAKIT WONN AMPUN"

"Makanya Jan macem-macem, kecil-kecil gini gue bisa taekwondo ya njing" setelahnya Jungwon melepaskan tangan Jeongwoo yang ia plintir, karena kasihan melihat sahabat titannya itu kesakitan wkwk.

"Makanya Jan macem-macem, kecil-kecil gini gue bisa taekwondo ya njing" setelahnya Jungwon melepaskan tangan Jeongwoo yang ia plintir, karena kasihan melihat sahabat titannya itu kesakitan wkwk

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Aku update sekarang aja yaaa, soalnya kalau sore atau malem ga ada kuota akunya wkwk. Ini kenapa bisa?? Ya karena pakai wifi sekolah ehehehe

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Apr 27 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Luka || Park Jeongwoo ft. Watanabe HarutoOnde histórias criam vida. Descubra agora