Bab 45. Aku Terlalu Rumit untuk Kau Pahami

117 12 1
                                    

Luna sama sekali tidak menyangka kalau Draco akan membawanya ke makam mendiang ibu pria itu. Hatinya tersentuh tak menentu. Jutaan pertanyaan menelusup masuk ke dalam pikirannya. Luna butuh jawaban pasti. Akan tetapi, lidahnya terlalu kelu untuk merangkai banyak pertanyaan. Yang dia bisa tangkap dari matanya adalah sosok Draco Riordan sangatlah mencintai ibunya.

Seseorang pria yang mencintai ibunya, maka pasti pria itu sangatlah menghargai seorang wanita. Namun kenapa malah Draco tega memberikan harapan palsu padanya? Draco tega menjadikannya nomor dua. Membuat Luna sangatlah berharap. Padahal jelas pria itu telah dimiliki oleh wanita lain.

Sepulang dari pemakaman, Luna melangkah menghampiri Draco yang menyendiri di kamar sambil menatap foto mendiang ibu pria itu. Luna belum pernah melihat sisi Draco yang seperti ini.

"Ibumu sangat cantik, Draco," puji Luna. "Wajahmu mirip sekali ibumu."

Draco mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Luna. "Ya, kau benar. Wajahku memang mirip dengan mendiang ibuku." Manik mata cokelat gelap pria itu memancarkan jelas kerinduan yang mendalam.

"Desha Riordan. Nama ibumu sangat cantik sama seperti wajahnya yang cantik," gumam Luna pelan.

Draco hanya tersenyum tipis sambil menatap foto ibunya.

Luna terdiam sebentar. "Hm, Draco. Apa boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

Draco mengalihkan pandangannya, menatap Luna. "Katakan, apa yang ingin kau tanyakan?"

Luna melangkah mendekat pada Draco. "Draco Riordan. Kau menggunakan nama keluarga ibumu. Kenapa kau tidak menggunakan marga ayahmu?" tanyanya pelan dan hati-hati.

Ini yang sejak tadi Luna ingin tanyakan. Dia pikir bahwa nama 'Riordan' yang ada di belakang nama Draco, adalah nama ayahnya, tapi ternyata Luna salah besar. Nama marga yang dipakai Draco menggunakan nama mendiang ibunya.

Seketika raut wajah Draco berubah di kala Luna membahas tentang ayahnya. Aura wajah pria itu menunjukkan kemarahan tak tertahankan. Rahangnya mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat.

"Aku tidak sudi menggunakan nama keluarga pria sialan itu," geram Draco yang sontak membuat Luna menjadi bingung.

"Draco—"

"Jangan membahas apa pun tentang ayahku." Draco meletakan foto ibunya ke atas meja, dan langsung melangkah pergi meninggalkan Luna yang masih bergeming di tempatnya.

Luna ingin mengejar, tapi melihat kemarahan di wajah Draco membuatnya tidak berani mengejar pria itu. Jika Draco tak ingin membahas ayahnya, maka artinya pria itu memiliki masalah dengan ayahnya. Hati Luna menaruh rasa penasaran yang besar. Dia melihat jelas kemarahan di pancaran mata Draco. Luna ingin masuk dalam diri Draco, menghibur kemarahan pria itu, tapi sayangnya Draco memasang dinding tak membiarkannya untuk masuk.

***

Mireya menatap kartu nama yang ada di tangannya. Banyak pertanyaan muncul di dalam benaknya. Dia penasaran, tapi dia pun ragu untuk bertemu dengan orang asing aneh yang memberikan kartu nama padanya.

"Nona," sapa sang asisten melangkah menghampiri Mireya.

Mireya menatap asistennya itu. "Ada apa?"

"Nona, saya sudah tahu alamat tempat tinggal Tuan Draco Riordan bersama Luna," jawab sang asisten yang seketika membuat raut wajah Mireya berubah.

"Kau sudah tahu alamat tempat tinggal Draco dan Luna?" tanya Mireya memastikan.

Sang asisten mengeluarkan selembar kertas dari dalam saku jasnya, dan memberikan pada Mireya. "Ini alamat penthouse di mana Tuan Draco Riodan dan Luna tinggal."

Draco & LunaOnde histórias criam vida. Descubra agora