VILLAIN'S KARMA 2

150 16 2
                                    







Jimin mengusap air matanya kasar. Pikirannya mengabur. Jimin merasa dia tidak mampu lagi untuk berfikir bersih.

Jimin bergerak menuju rooftop sekolah memandang sekolah yang dulu dia kagumi. Sekolah impian yang dia usahakan mati-matian sehingga dia benar-benar bisa sekolah di sini dengan beasiswa.

"Terlalu bagus." Jimin berguman.

Sekolah ini memiliki reputasi luar biasa. Orang luar akan berdecak kagum mendengar setiap prestasi yang di torehkan. Para lulusannya juga tidak ada yang gagal. Ini adalah sekolah impian.

Jimin menyeringai lucu. Mereka hanya tidak tahu jika penghuninya adalah iblis-iblis kejam yang tidak memiliki nurani.

"Ini terlalu bagus. Aku benar-benar ingin merusaknya sedikit saja." Jimin kembali bersuara.

Tangannya meraih ponsel di sakunya. Kelopak matanya bergerak turun. Dia membuka kotak pesan dan memperhatikan pesan-pesan yang dia kirimkan untuk seseorang. Tidak ada balasan. Jimin benar-benar tidak mendapatkan balasan satupun dari banyaknya pesan yang dia kirim. Tapi Jimin tidak pernah mengeluh. Dia tidak pernah mengharapkan pesannya di balas. Dia hanya ingin menumpahkan setiap keluhan hatinya. Tapi sekarang berbeda. Dia benar-benar berharap setidaknya pesannya dibaca.

Jimin mengetik pesan lagi. Tapi berbeda dengan sebelumnya, dia menulis, 'Aku akan berhenti mengirim pesan. Tolong jaga ibu mulai sekarang. Dia akan sangat kesepian.' sebagai judul.

Jimin mengatakan semua yang terjadi. Bagaimana dia dirundung dan dia yang tidak sanggup lagi menerima setiap rundungan yang di lakukan Seokjin.

Jimin yakin pesannya dibaca. Walaupun selama ini di abaikan, hubungan mereka tidaklah terlalu dangkal.

Akhir kalimat Jimin mengetikan. "Aku yakin kalian akan merawat ibu dengan baik. Aku pergi."

Setelah itu jimin menyembunyikan hpnya di balik sebuah tumpukan meja rusak yang ada di sudut rooftop. Jimin kembali mendekati rooftop dan berdiri di sana. Tatapannya menyapu suasana cerah dari interaksi murid-murid yang masih belum menyadari keberadaannya.

Jimin menarik nafas panjang. Dia tidak akan melakukannya tanpa membuat keributan.

Jimin menutup mata. Dia menunggu beberapa saat sampai seseorang menyadari keberadaannya. Hanya sekejap sebelum dia mendengar suara pekikan yang keemudian menjadi keeributan.

Dadanya berdetak kencang. Senyum samar muncul di bibirnya yang bergetar. Sudah saatnya.

Teriakan panik itu membuat Jimin sadar jika ini adalah waktu yang tepat. Dia mengambil nafas panjang terakhir dan tanpa ragu menjatuhkan diri dari bangunan tinggi itu.

Suara teriakan kencang masih bisa Jimin dengar sebelum akhirnya dia merasakan sakit yang luar biasa dari seluruh tubuhnya.

Kepala Jimin berdengung. Dia terbatuk beberapa kali. Darah menyembur banyak. Matanya semakin berat. Jimin tidak bisa bertahan lebih lama.

Maafkan aku ibu...

***

Kericuhan tentu saja terjadi setelah peristiwa naas yang terjadi. Beberapa siswa yang melihat kejadian itu secara langsung bahkan memerlukan pendampingan psikolog.

Sudah tiga hari berlalu tapi berita yang tersebar masih sangat sulit di tekan. Beberapa yang merekam sudah terlanjur membagikan videonya di media sosial. Benar-benar sangat sulit untuk membersihkan semuanya.

Semua orang menyimpulkan Jimin nekad melakukan semua itu karena sudah tidak kuat dengan rundungan yang dia terima. Mereka sepakat menjadikan seokjin sebagai tersangka kuat yang menjadi alasan untuk Jimin melakukan tindakannya itu.

JIN HAREM UNIVERSE Où les histoires vivent. Découvrez maintenant