Bagian Sembilan Belas (3)

31.7K 3.7K 318
                                    

"Pangeran dan sang Putri pun hidup bahagia, selamanya. Tamat." Natelia mengakhiri dongeng malam itu dengan menutup buku cerita. "Nah, sekarang waktunya Lala tidur."

"Benar. Supaya besok pagi kita bisa bermain dengan Chocho lagi," timpal Joviette yang berdiri di belakang Nana.

Labelina bergegas membenahi posisi dan menarik selimut ke batas dada dengan patuh. "Ung!"

Ututu, squishy-nya Paman menggemaskan sekali. Tangan Joviette bergetar saking sulitnya menahan diri untuk tidak menguyel-uyel Lala.

Semenjak ada Chocho si kuda poni, betapa patuhnya balita itu sekarang. Apa-apa diancam dengan Chocho. Seperti, dia harus tidur agar tidak kelelahan dan bisa bermain dengan Chocho. Bersedia mandi supaya Chocho tidak kena kuman, atau harus mau minum vitamin pahit dari Bibi Ophelia biar Chocho tidak tertular sakit.

Chocho adalah penyelamat mereka!

"Anak pintar," puji Natelia, mengusap-usap rambut Lala. "Mimpi indah, Lala. Nana akan temani di sini sampai Lala tidur."

Alih-alih merapatkan mata, bola biru si kecil justru memutar ke arah Natelia dan Joviette bergantian. Entah apa isi kepalanya mencerna, tak ada angin tak ada topan, bibir mungil itu tiba-tiba dengan ringannya mengajukan pertanyaan seberat beban hidup orang dewasa.

"Paman dan Nana pacalan, ya?"

Refleks, kepala dua orang dewasa itu miring ke kanan secara bersamaan. "Hmm?"

"Nenek Dyana bilang, laki-laki dan pelemuan kalau belcama cebelum menikah, namanya pacalan."

Jov dan Nana bersitatap sesaat. Bibir mereka melengkung namun mukanya tetap datar. Sebenarnya, apa yang diajarkan Nyonya Diana Delta pada bocah empat tahun yang giginya saja masih gigi susu ini?

Beberapa hari lalu, Diana Delta dengan semangat mengajukan diri saat Duke berkata akan mencari guru untuk Lala. Wanita berusia lebih dari setengah abad itu langsung diterima tanpa pertimbangan apapun mengingat ia adalah anggota inti Dewan Negen sekaligus adik Margrave.

Hal pertama yang Duke perintahkan padanya adalah mengajari Lala tentang perempuan dan laki-laki. Selain itu, Diana Delta hanya diminta mengajarkan tentang pemahaman dasar yang tidak akan memberatkan otak bayi.

Meski belum memahami sepenuhnya, sekarang Lala sudah bisa membedakan dua jenis kelamin tersebut. Lalu soal pacaran, Diana hanya tak sengaja menambahkannya sebagai bumbu pemanis saja.

Tidak pernah ia sangka sedikitpun kalau itu akan menjadi senjata mematikan bagi sepasang insan yang kini tampak tertekan.

"T-tidak, Lala. Tidak semua laki-laki dan perempuan yang bersama disebut pacaran," koreksi Joviette, menelan ludah.

"Kenapa? Paman, 'kan, cuka Nana."

"Ahaha, Lala. Pengasuh Nana sudah seperti ponakan Paman sendiri. Tentu Paman menyukainya sama seperti Paman menyukai Lala."

Joviette, yang tidak tahu jika dirinya justru satu tahun lebih muda dari wanita yang dia anggap ponakan itu, berkata demikian.

Natelia syok, tercetak jelas dari senyum masamnya sekarang. Dasar laki-laki tahi!

"Ya, itu benar. Nana juga menganggap Sir Joviette seperti Paman!" balas Nana penuh emosi.

"Tapi, Nana, 'kan, juga cuka Pam-,"

Prok prok prok!

Sang pengasuh bertepuk tangan tepat sebelum Labelina menyelesaikan kalimat. "Wow, sudah jam berapa ini? Ayo, Lala harus tidur. Mataharinya keburu muncul!"

Be My Father?Where stories live. Discover now