Tumbuh Dewasa+

4.1K 201 8
                                    

Chika yang merasakan tubuhnya sedikit kaku memutuskan untuk menggerakkannya. Namun tidak bisa. Seperti ada yang menahannya di belakang. Perlahan ia membuka matanya, ia ingat bahwa dirinya tertidur di sofa ruang tengah.

Hendak memeriksa keadaan, ia dan juga Christy melenguh secara bersamaan. Chika menyadari bahwa anaknya berada di dalam dasternya. Dan juga milik anaknya yang terbenam sempurna.

"Ahh, Bunda, jangan gerak." Christy memeluk perut bundanya dari belakang. Ia elus elus hingga membuat Chika merinding. Membangkitkan gairah Chika yang masih tertidur.

Christy juga sesekali menyentuh payudara bundanya yang masih tertutup lakban itu. Christy menggenggamnya kemudian melepaskan lakban tersebut.

"Nghh," lenguh Chika merasakan lakban itu yang terlepas dari putingnya.

"Anghhh, Dedek!" Chika mendesah ketika Christy mendorong penisnya lebih dalam. Dengan perlahan menggerakkannya.

Bibirnya mengecup serta mengulum tengkuk bundanya. Sedangkan kedua tangannya sibuk memainkan payudara sang bunda.

Chika kewalahan. Semua bagian sensitifnya di mainkan dengan apik dan juga ciamik. Tidak ada alasan jika Chika tak merasa terpuaskan. Setelah sekian lama, akhirnya Chika dapat merasakannya lagi. Walaupun dengan anaknya sendiri.

Christy terus memompa miliknya. Mempercepat temponya kala merasakan miliknya yang semakin dijepit oleh bundanya.

"Adekk..." Racau Chika yang sebentar lagi akan mencapai puncaknya. Chika meraih tangan kanan Christy kemudian mengulumnya. "Ahh, Bundaa..."

Christy menstabilkan kembali temponya. Membiarkan bundanya yang menikmati pelepasan pertamanya.

Dirasa cukup, Christy mengangkat tubuh bundanya dan diletakkan di atas tubuhnya. Christy memeluk tubuh bundanya dengan erat supaya tidak terjatuh.

Christy kembali menggerakkan bokongnya. Maju mundur menggesek milik bundanya. Chika hanya bisa mendesah sembari memejamkan kedua matanya.

Cairan bundanya yang hangat itu bagaikan penyemangat bagi Christy. Ia merasakan penisnya yang menegang di dalam sana.

"Bundaa," erang Christy kembali merangsang tubuh bundanya. Tangannya bergerak untuk meraih payudara bundanya kemudian memainkannya.

Bunda mendesah. Membuat tubuh Christy merinding. Tangan Chika terulur untuk menyentuh klitoris miliknya. Karena merasakan akan mencapai puncaknya lagi.

Dan benar saja. Mereka memanggil nama mereka masing masing, dibarengi dengan pelepasan mereka.

Nafasnya terengah engah. Chika masih berada di atas tubuh anaknya, dengan milik Christy yang masih tertancap. Bahkan Chika merasakan hangat di dalam sana.

Di dorong keluar pun tidak bisa karena milik Christy masih menutupinya. Chika hanya bisa pasrah jika ia dihamili oleh anaknya sendiri.

°

"Hai,"

Chika menyunggingkan senyumnya. Membalas sapaan dari orang di depannya ini.

"Sini, masuk guys."

Seminggu sudah berlalu. Kini Chika mengajak temannya untuk berkumpul di rumahnya. Sejak pagi Chika sudah sibuk menyiapkan segala macam. Dibantu oleh Christy juga tentunya.

Mengetahui teman bundanya datang, Christy memilih untuk bermain bersama teman temannya. Memberikan Chika waktu bersama temannya.

"Chika, anak lo kemana?" Tanya salah seorang temannya.

"Keluar. Main sama temennya."

"Keluar? Nggak di dalem 'kan?"

Sontak ucapan itu membuat Chika terbatuk. Temannya dengan cepat menyerahkan minuman kepada Chika. "Pelan pelan, Chika."

Bahasan ambigu seperti itu memang sudah biasa di perkumpulan mereka.

Banyak hal yang mereka ceritakan. Mulai dari kehidupan keluarganya, hingga anak anak mereka yang sudah beranjak dewasa.

Kini rumah Chika kembali sepi. Teman temannya sudah pamit pulang karena hari yang menjelang petang. Para suami juga sudah mulai mengirimi mereka pesan.

Kapan kapan lagi ya, begitu kira kira ucapan mereka. Yang entah kapan terealisasikannya.

Entah mengapa Chika merasakan perutnya yang sedikit mual. Seingatnya ia tak ada makan makanan yang aneh tadi. Bertepatan dengan itu, Christy datang.

"Bunda kenapa?" Christy berlari menghampiri bundanya dan merasakan suhu tubuhnya yang tinggi. "Ayo kita ke rumah sakit, Bun!"

°

Mereka berdua terpaku tatkala hasil pemeriksaan telah keluar beberapa menit yang lalu. Chika dinyatakan positif hamil dan sang dokter menyampaikannya dengan wajah yang gembira. Tak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Di atas bangsalnya, Christy meraih tangan bundanya lalu dielusnya dengan lembut. "Maafin Christy, Bunda." Chika diam tak bergeming.

Ini murni kesalahannya. Karena ia tak memberi tahu Christy tentang bahaya yang mereka lakukan.

"Kalau di hilangin gimana, Bunda?" Dengan cepat Chika mencomot bibir anaknya dengan tatapan tajam.

"Emangnya kamu mau kehilangan Bunda sekaligus?" Christy menggeleng dengan cepat kemudian memeluk Chika. "Nggak mau. Mau sama bunda terus."

"Makanya, jangan asal ngomong."

ONESHOOT48Where stories live. Discover now