Bab 6.1

446 101 3
                                    

Happy reading, semoga suka.

Full version sudah bisa didapatkan di Karyakarsa dan Playstore ya. Bisa search di Playstore dengan kata kunci : carmen labohemian love

 Bisa search di Playstore dengan kata kunci : carmen labohemian love

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Luv,

Carmen

_________________________________________________________________________

"Hei, Buddy." Terdengar seorang pria memanggil Flynn, dia tampak berusia 20an, tinggi dan cukup tampan. Aku sedang berdiri agak jauh dari mereka, sibuk menyiapkan minuman bagi sekelompok pemuda dari college yang sedang duduk di meja 15.

"Ya?" jawab Flynn.

"Apa dia sudah punya pacar?" Pria itu mengedik ke arahku. Aku mencoba menyimpan senyum. Aku tidak tahu apakah Flynn tahu kalau aku mendengar mereka.

"Yeah," jawab Flynn sambil meletakkan minuman pria itu ke atas meja, agak keras dari yang seharusnya, menurutku. "Ya, dia sudah punya pacar."

Aku kembali menahan senyum. Nada Flynn terdengar agak dingin tapi aku bisa mendeteksi rasa posesif dalam suara pria itu.

"He is a lucky bastard," ujar pria itu muram sambil kemudian membawa pergi minumannya dan menghilang dalam keramaian bar.

"Ya, kau benar," gumam Flynn sambil melihat saingannya itu berjalan pergi sebelum menoleh dan memberiku senyuman seksinya. Aku menggeleng sambil tertawa pelan sementara Flynn memberiku tatapan akulah sang bajingan beruntung itu.

Saat malam berakhir dan satu persatu meninggalkan bar, menandakan akhir hari, aku tidak pernah sesenang ini. Kedua kakiku rasanya sakit dan bengkak akibat berdiri terlalu lama dan telapak kakiku rasanya berdenyut. Aku lelah dan kelu karena berdiri hampir dua belas jam tanpa istirahat. Kurasa wajar jika kedua kakiku mulai protes.

Kali ini, kegiatan berbenah setelah tutup memakan waktu lebih lama, belum lagi mengisi kembali coolers dengan botol-botol bir baru dan kemudian melakukan closing. Saat akhirnya kami tiba di apartemenku, rasanya aku sudah nyaris tak sanggup lagi berjalan. Flynn mengambil kunci dari tanganku dan membuka pintu, lalu membantuku melepaskan coat dan sepatuku. Dia bergerak tanpa ragu di dalam apartemenku seperti seseorang yang sudah sering tinggal di sini - yang tentu saja sudah sering dia lakukan selama dua minggu terakhir ini.

Aku menghempaskan tubuhku ke sofa sementara pria itu membawakanku bir.

"Good work tonight, Lou," ujar pria itu sambil menyodorkan sebotol bir yang sudah dibukanya. Lalu dia sendiri duduk di sampingku, mendesah lelah sambil menenggak bir dari botolnya sendiri. Pria itu kemudian merentangkan lengannya dan aku masuk ke dalam dekapannya. It's so comfortable.

"Syukurlah, sudah berlalu dengan baik. Sampai jumpa lagi di tahun mendatang," ucapku sambil menguap lebar.

"Mmm... tapi sebentar lagi Hari St. Patrick," komentar pria itu dan aku langsung menyikutnya.

"Don't remind me first."

Mengiringi jawabanku, pria itu hanya tertawa pelan. Lalu aku merasakan tangannya bergerak malas ke sepanjang lenganku, mengelus naik turun sebelum bergerak ke lekukan bawah dadaku. Aku bergetar sementara pria itu terkekeh kecil. "Kupikir kau capek, Lou," goda pria itu tapi tangannya semakin mengusap naik hingga jari-jarinya menyentuh puncak dadaku.

"Mmm... rasanya sangat menyenangkan," ujarku, semakin meleleh dalam dekapan pria itu.

"Kau benar-benar godaan yang tidak bisa ditepis, Lou."

Aku menaikkan sebelah alisku. "Kau sedang berbicara mengenai dirimu sendiri?"

"Kaulah orang yang memiliki dada yang fantastis."

Aku terkikik. "Kau mesum."

"Ayolah, kita ke tempat tidur. Aku sudah terlalu tua untuk bermain-main di sofa," ajak pria itu kemudian.


Scandalous Love with The BossWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu