32. Hurts so Good

2.8K 362 71
                                    

VOTEMENT !!!!





Si kecil telah tidur, Mark dengan celana pendek hitam dan kaos putih tanpa lengan kini tengah terduduk di depan meja makan. Tertawa, seperti beban masalah di hidupnya telah hilang. Perkara Lucas, yang memberi tau Haechan tentang penyakitnya. Mengapa Mark bisa tertawa sepuas itu??

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, Haechan belum juga pulang. Memang, Mark tidak perlu menunggu kehadirannya—tetapi ayah dua anak ini tidak bisa memejamkan matanya kalau belum melihat kepulangan istrinya.

Tidak mengenal rasa sakit yang sedang di deritanya saat ini, Mark berjalan menuju ruang tamu. Melihat beberapa gelas wine yang masih berjajar rapi di atas meja kaca, karena sore ini rumahnya kedatangan kolega daddy Jung.
Mark mengambilnya, mencucinya hingga bersih di dapur dan mengelap bekas percikan air yang menyebar di atas wastafel tempat cucian.

Malam semakin larut, membuat Mark berpikir—'apa kau menemui dia lagi??'

Maksudnya, pria bermarga Kim yang pernah menaungi Haechan untuk bekerja di restorannya sekaligus menjadikannya simpanan.

Kim Doyoung, siapa lagi kalau bukan beliau? Mark tersenyum sumir, lagian untuk apa ia memikirkan sosok yang sudah benar-benar lepas kendali.

Rumah tangganya sudah hancur dan mereka bertahan demi anak, tepatnya begitu. Tetapi, seburuk apapun masa lalu Mark—ia tidak bisa membiarkan Haechan dengan sifat buruk yang menguasainya saat ini. Tidak ada secuilpun perasaan 'masa bodo' di hidupnya

Mark kembali berjalan membuka pintu utama mansionnya, membiarkan udara dingin menusuk kulitnya. Merambat, hingga terasa nyeri di bagian dada.

"Channie??" Mark terkejut, pria manis yang sedang ia pikirkan kini telah berdiri di depannya.

Membawa tubuh basahnya dan Haechan pun terlihat menggigil dengan bibir membiru, seperti tidak ada sesuatu yang melindunginya dari hujan. Dari kilat di atas kepalanya yang saat itu tempak memancarkan pesonanya, membuat pusaran dan menghias awan gelap pekat malam itu.

Mark ingin bertanya, namun Haechan terlanjur memeluk tubuhnya. Membiarkan tubuh Mark basah sepertinya, walau Mark tidak membalas pelukan itu.

Ia biarkan tubuh Haechan bergelanyut, bermanja seperti hubungan mereka yang sedang baik—namun itu dahulu.

"Markk—,,"

Hening, Haechan merasa tubuhnya terbang saat ini. Di saat kedua tangan Mark menggendongnya ala bridal, seperti pengantin baru, seperti Mark yang dulu, Mark yang suka membuat Haechan terkejut, Mark Jung yang tangguh, pemaksa dan antagonis jika sudah bertemu dengan birahinya.

Ya!

Hanya itu yang Haechan rasakan saat ini. Ia menatap rahang Mark yang terlihat kurus, dengan jambang halus yang tumbuh di dagunya. Jangan lupakan, kumis tipis Mark menghias di atas garis bibir tipisnya.

"Hujan-hujanan biar apa? Dimana mobilmu?" sungguh, Mark tidak bisa marah.

Sedangkan yang di tanya, malah terisak dan mengalungkan tangannya di leher Mark. Seperti tidak ada hari esok, Haechan tidak mau moment ini berakhir.

Berakhir tragis, setelah Mark mengetahuinya nanti.

"Kau tidak menjawab? Atau aku turunkan di sini" Mark berhenti, menatap Haechan dengan dadanya yang sesak karena isak tertahan.

Lantai di bawah kaki Mark menampung tetesan air yang turun dari ujung mata Haechan. Bercampur dengan basahnya baju Haechan dan rambutnya.

"Masih tidak mau menjawab juga??" Mark menurunkan tubuh Haechan di lantai, menumpu punggungnya melalui tangan yang melingkar di perut Haechan.

Im Your Mommy || MARKHYUCK ENDWhere stories live. Discover now