A Killer

37 11 22
                                    

Tarian Paris terefleksikan dengan sempurna pada cermin besar di ruang latihan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tarian Paris terefleksikan dengan sempurna pada cermin besar di ruang latihan. Tiap gerakan mampu dilakukan dengan perpaduan anggun dan energik mengikuti iringan irama yang memenuhi seantero ruangan. Sinar penerangan yang redup memberikan sentuhan dramatis pada lekuk tubuh yang penuh semangat, bahkan bayangan dirinya tak kalah sempurna dari sosoknya. Detik demi detik pun berganti, suasana sepi malam semakin mendekap ruang latihan tersebut. Namun, Paris tetap fokus pada gerakannya yang penuh emosi dan tidak memerdulikan situasi di sekitarnya.

Pintu ruang latihan perlahan terbuka, Paris menghentikan tariannya dan melihat ketiga rekannya menghampiri dirinya dengan tatapan khawatir. Hal yang bisa Paris lakukan adalah diam membatu, mengatur deru napas yang masih berburu, dan bulir keringat mengalir di jidatnya.

"Paris, kau tidak apa-apa?" Jane meraih tangan Paris guna menggenggamnya erat. Terasa dingin tangan rekannya itu dan wajahnya terlihat sangat lelah. "Kau sudah hapal diluar kepala koreografi tarian ini."

Ollie mengangguk setuju dengan pernyataan Jane. Menyakin Paris untuk menghentikan latihannya. "Kau sudah berusaha sangat keras, Paris. Tarian itu sudah tertanam jelas di dalam ingatanmu. Jangan khawatir dan rehatlah sejenak. Kau bisa sakit jika seperti itu. Kau bukan robot."

"Aku tahu kau ingin memberikan yang terbaik dan tidak ingin mengacaukan penampilan di panggung stadion nanti yang akan ditonton oleh para penggemar. Namun, kau harus istirahat. Masih ada hari esok untuk latihan bersama dan masih ada waktu. Jangan terlalu memaksakan diri," tegas Venus dengan raut wajah serius agar Paris mendengarkan ucapannya dan rekan-rekannya.

Tanpa adanya penentangan, Paris mengangguk setuju dan tersenyum menuruti ucapan rekan-rekannya tersebut. "Baiklah. Terima kasih telah mengkhawatirkanku."

"Pengawal Yu dan Pengawal Kim akan datang menjemputmu 'kan?"

Paris mengiyakan pertanyaan Venus. "Ya. Kalian pulanglah dan istirahat. Sampai jumpa esok hari."

Jane, Ollie, dan Venus melambaikan tangan pada pribadi Paris yang menatap mereka dengan tersenyum sebagai tanda perpisahan. Masing-masing dari mereka pun mempunyai pengawal pribadi layaknya Paris yang dijaga oleh Moony dan Sydney mengingat bahaya bisa datang dari mana saja karena tingkat popularitas mereka sangat tinggi dan tentu banyak yang iri. Itulah kebijakan dari agensi yang menjaga keamanan idol mereka.

Ruang latihan kembali sepi setelah ketiga wanita cantik itu pergi. Paris mendudukkan dirinya di depan kaca besar, merefleksikan dirinya yang sangat lelah fisik dan lelah batik. Secarik kertas kusut ia keluarkan dari saku celana, membacanya dalam hati dengan air wajah serius diiringi dengan kerutan jidatnya yang mulai terlihat.

Kau adalah anak dari seorang pembunuh. Dan tentu kau juga pembunuh karena buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

Terdengar derap langkah samar-samar ditengah keheningan di luar ruang latihan, secepat kilat Paris melipat kertas dengan tangan bergetar dan memasukkannya kembali ke dalam saku celana. Berdiri—terpaku ketika kedua rungunya menangkap suara langkah kaki berat itu kian mendekat. Rasa lelahnya membunuh perasaan takutnya, walaupun begitu wajahnya terlihat pucat dan helaian surainya basah karena kuyup oleh keringat.

Obsessed: RecallWhere stories live. Discover now