Paris

35 8 11
                                    

Kedua netra Paris terbuka—membola mendadak sebab terkejut dan sesak napas yang dialami akibat dicekik kuat membuat wajahnya perlahan berubah warna: memerah kebiruan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua netra Paris terbuka—membola mendadak sebab terkejut dan sesak napas yang dialami akibat dicekik kuat membuat wajahnya perlahan berubah warna: memerah kebiruan. Tak ingin mati sia-sia, dengan gerakan spontan Paris menjulurkan tangannya menuju permukaan nakas lalu mengambil lampu tidur dengan kuat dan cepat sehingga kabelnya terlepas dari stop kontak. Lampu tidur tersebut ia pukulkan tepat mengenai pelipis pria yang sedang mencekiknya.

“Ah, sial,” gerutu pria itu melepaskan genggamannya pada batang leher Paris guna menyentuh cairan yang mengalir dari pelipisnya.

Paris tergemap melihat siapa yang ingin membunuhnya. Sosok yang ia kenal dan menjaganya dengan baik selama ini, Sydney Yu.

Situasi berbahaya dan sangat mendesak membuat Paris berhasil memukul Sydney dengan lampu tidur dan membuat pengalihan. Bangkit dari tempat tidur, berusaha untuk keluar dari kamar pergi sejauh yang ia bisa agar Sydney tidak mengejarnya lagi.

Entah mengapa, cuaca diluar sana mendukung rasa takut Paris. Angin berhembus sedikit lebih kencang dan terdapat kilat cahaya putih di langit malam yang mendung. Paris yang merasa berhasil terlepas dari Sydney membuatnya menghentikan sebentar larinya. Berusaha untuk merapikan helaian surai yang berantakan dan mengatur pernapasannya yang sempat begitu sesak.

Paris lengah, tidak menyadari langkah kaki Sydney begitu pelan hampir tak berbunyi mulai mendekatinya. Insting mengatakan bahwa ia seperti ditatap seseorang dari belakang sana, ia ingin membuktikan apakah perasaannya tersebut benar atau salah.

Wajah ramah Sydney yang terbiasa tersenyum padanya dan perilaku hangatnya saat membantu itu lenyap bak terbakar oleh sosok gelap yang membuatnya berubah drastis. Wajahnya begitu kaku, tatapannya begitu tajam nan menusuk, dan mengambil langkah tanpa rasa takut barang sedikit pun.

Sydney menjulurkan tangannya dan membidik mata kiri Paris dengan ujung pistol yang telah ia berikan peredam suara. Saat ingin melepaskan pelurun, ia dapati Paris berbalik memunggunginya, berlari secepat yang wanita itu bisa dengan kepala terasa berat karena harus terbangun dengan cara mendadak.

Paris dan Sydney saling kejar-kejaran hingga menuju lantai dua yang tak luas dari lantai satu. Begitu banyak pintu-pintu tertutup membuat Paris memilih untuk terus berlari tanpa tahu arah. Sesekali menoleh ke arah belakang untuk mengetahui posisi Sydney hingga tersandung oleh kakinya sendiri: terjatuh dan berusaha untuk berdiri. Namun, ia tak kuasa untuk berdiri, kedua kakinya terasa lemah bahkan harus merangkak untuk menghindari Sydney yang kian mendekat.

“Moony, tolong aku … aku mohon … datanglah sekarang … ,” rintihan Paris membuat Sydney mengulas senyum lalu bertekuk satu kaki di hadapannya. Kedua netranya berkaca-kaca, tak kuasa menahan genangan danau kecil karena perasaannya begitu takut.

Sydney menyibak juntaian surai Paris dengan ujung peredam pistolnya yang berada dingin dan mendorong glabella wanita itu dengan kuat. “Kau pikir Moony akan melindungimu?”

Obsessed: RecallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang