XXI - Purple Tulips

21 9 0
                                    

Episode 21

Episode 21

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▪️💠▪️

Bagaimana cara untuk menunjukkan rasa suka pada seseorang? Tidak dipungkiri kalau itu adalah hal yang cukup sulit, menantang dan gila? Ya, cinta memang sekuat itu.

Semburat jingga di langit nampak sangat sempurna, menemani seorang laki-laki dan perempuan yang tengah beradu pandang sejak satu jam lamanya.

Si laki-laki nampak tersenyum, sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya. Dia memandang si perempuan dengan tatapan terpesona, seakan tidak percaya ada manusia secantik dan seindah orang di hadapannya sekarang.

Lain hal dengan si perempuan yang menatap penuh kecurigaan, asap rokok di tangan kanannya masih mengepul, mencoba untuk menetralisir gejolak aneh yang datang pada dirinya.

"Untuk apa buket bunga ini?" tanyanya kemudian menunjuk benda di atas meja dengan matanya, sebuah buket Purple tulips yang nampak sangat anggun dan menawan.

Senyum terlukis di wajah Zein mencerminkan hatinya yang sangat bersinar terang seperti keemasan di ujung pandang, senja kali ini membuat dirinya merasa kalau dunia adalah tempat yang paling berharga karena mempertemukan dia dengan yang namanya 'cinta'.

Zein menelan suapan kue terakhir yang dia pesan beberapa saat lalu, seusai merengek pada gadis di depannya minta makanan. Berbagai cara laki-laki itu lakukan hingga sempat melayani pelanggan di toko Hanna, gadis itu pun mau tidak mau memberi Zein strawberry spons cake  buatannya.

"Nona, tulip ungu memiliki arti yang sangat dalam kata ibunya Lukman saat aku menanyakan 'bunga apa yang cocok untuk perempuan cantik?' dan karena itu, aku memilihnya dan aku berikan kepadamu," jawab Zein seraya menggerakkan tangannya untuk membuka permen loli yang dia ambil dari saku jaket.

"Maksudmu?" tanya Hanna kebingungan, bukan bingung soal kalimat Zein yang menceritakan kenapa memilih bunga itu, tapi lebih kepada kalimatnya yang berbunyi 'perempuan cantik'. "Sudahlah Zein, jangan terus menghamburkan uangmu untuk membeli hal-hal seperti ini."

Zein kembali tersenyum, melihat Hanna dengan tatapan yang dalam. Tangan Zein kembali mengayun, mengambil rokok di tangan Hanna dan memaksa Hanna untuk mencicipi permen loli yang dia buka.

"Eumm! Zein!" protes Hanna yang disuapi Zein dengan permen loli secara paksa, membuat Zein terkekeh geli melihatnya.

Zein masih memandang Hanna dengan terkagum-kagum, entah sampai kapan gejolak di dadanya dapat mereda. Intinya, hari ini, kali ini, semua ini, Zein menikmatinya dengan senang hati.

"Jangan terlalu banyak merokok, Nona. Makan permen saja," kata Zein sambil membuang puntung rokok Hanna ke tempat sampah.

"Ish! Nanti saya sakit gigi!" protes Hanna yang mau tidak mau pun tetap ngemut permen pemberian Zein.

NEVER For 'EVER'Where stories live. Discover now