XXVI + SEVEN

17 7 0
                                    

Episode 26

▪️💠▪️

Hanna sedang membuat adonan untuk berjualan hari ini, dia sibuk dengan mixer dan spatula, mengaduk-aduk bahan untuk membuat cupcake yang lezat.

Sesudah adonan terasa cukup merata, Hanna menuangkannya ke dalam cetakan muffin yang telah diberi paper cup hingga tiga seperempat penuh. Setelah adonan habis, Hanna beranjak berjalan ke arah oven untuk memanggang kue cupcake tersebut.

Tangan Hanna memutar temperatur suhu oven sampai 180 derajat celcius dan akan membiarkan cupcake matang selama 15 menit.

Setelah 15 menit berlalu dengan cepat, Hanna mengangkat cupcake dan mendinginkannya. Hanna menggerakkan tangan mengambil semprotan chocolate ganache dan memberikan toping di atas permukaan cake, dia pun menambahkan hiasan berupa potongan stroberi dan kiwi.

Semua rentetan pembuatan cupcake sudah selesai, Hanna tersenyum kecil melihat maha karyanya yang nampak sangat cantik. Kemudian dia pajang di etalase toko tepat pukul 5 sore saat anak-anak bimbel di dekat sana selesai pembelajaran.

Namun, baru saja ingin memajang cupcake loyang kedua di etalase, kue itu sudah hilang satu, diambil oleh orang tidak bertanggung jawab yang sekarang sedang menikmati cupcake coklat tanpa banyak bicara.

"Astaga, Zein!" amuk Hanna kala melihat Zein di depannya.

"Eum, sumpah demi apa, kue ini adalah kue terenak yang pernah aku makan, Nona. Ini benar-benar lezat!" ujar Zein sambil menjilati tangannya yang ditempeli remah-remah kue.

Dia sekarang sedang berdiri tegap di depan pintu belakang toko, menggunakan topi dan jaket seperti biasa.

"Sudah nyuri, cari muka pula," sindir Hanna lanjut mengambil nampan kedua dan memajangnya.

"Aku lapar, Nona. Memberi orang yang lapar itu hadiahnya syurga," kata Zein dengan pedenya.

Dia kemudian duduk di ambang pintu, melihat Hanna yang sedang sibuk merapihkan etalase toko.

"Terserah kamu saja, Zein."

Beberapa pembeli pun mulai berkunjung ke toko Hanna, sebagian besarnya adalah anak-anak muda yang menggendong ransel dan membawa alat musik seperti gitar, biola, suling, dan lain-lain.

Zein lalu berjalan ke depan toko, mengajak mengobrol beberapa anak yang sedang mengantri atau menunggu temannya.

Jreeng!

Suara gitar itu menghentikan aktivitas mereka semua dalam sekejap, suara itu berasal dari Zein yang tengah terduduk sambil memegang gitar hasil pinjaman.

"Kaka bisa main gitar?" tanya salah satu anak yang gitarnya dipinjam.

"Lumayan," kata Zein sambil tersenyum kecil.

Tangannya dengan lihai memetik gitar dengan melodi cinta yang sangat romantis, melantunkan lagu SEVEN yang dinyanyikannya dengan sepenuh hati.

"You wrap around me and you give me life ... and that’s why night after night, I’ll be lovin you right."

Zein bernyanyi sambil disorak-soraki anak-anak, membuat beberapa orang yang lewat pun ikut memalingkan atensinya pada keseruan yang Zein buat. Begitupun dengan Hanna yang ikut melihat Zein bermain gitar di dalam toko, tanpa sadar gadis itu mengembangkan senyum kecilnya.

NEVER For 'EVER'Where stories live. Discover now