BAB 3

420 68 13
                                    

2012

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2012

"Sudah aku katakan, aku tidak ikut campur." Suara itu terdengar jengkel, bahkan semakin jengkel karena langkahnya diganggu begitu saja. Rumor tidak berdasar datang dan menjadikannya tersangka dari cinta segitiga antara ketua kelas, ketua taekwondo dan seorang gadis populer berambut ikal. Rumor itu menyebalkan, karena yang sebetulnya terjadi adalah ia sama sekali tidak menyukai gadis berambut ikal itu. Perlahan ia menghela napas karena tatapan itu masih menuduh. Ia mengerutkan sudut mata dan bangkit setelah beberapa menit menikmati kursi di bawah guyuran sinar mentari di musim semi kali ini.

"Kau terus menggodanya brengsek Taehyung." Ucapan itu semakin terdengar menyebalkan di telinganya. Tampaknya, ketua kelas tidak mendengar apapun yang diucapkan, bahkan penjelasan panjang lebar mengenai ia meminjamkan payung pun diabaikan. Taehyung ingin berucap satu kali lagi, Taehyung tidak akan pernah meminjamkan payung pada siapapun walaupun di dunia ini hanya dirinya yang memiliki payung. Namun, Taehyung baru menyadari, ketua itu mengumpat pada nya membawa kening nya berkerut dan tatapan yang tak lagi bersahabat.

Perlahan, kaki nya melangkah, mendekat ke arah ketua kelas yang tampaknya mencium bahaya hingga kaki nya mengambil langkah mundur. Taehyung memasukkan jarinya ke dalam saku celana, setelah mengusap pelan alis yang bahkan tak terasa gatal karena jengkel terasa. Iris berwarna cokelat itu kini tertuju pada pria yang cemburu dengan alasan yang membuatnya ingin memberikan hadiah satu tinju pada pipi, tetapi itu tak mungkin dilakukan hingga Taehyung akan mencoba bicara sekali lagi. "Aku tidak ada hubungan apapun dengan Naya dan aku tidak peduli kau menjadi kekasihnya—" Taehyung pun menghentikan ucapannya dan menyeringai kecil. "Ah— aku lupa, kau sudah ditolak."

Tidak, itu bukan berarti Taehyung benar- benar lupa. Pria itu hanya ingin memperlihatkan di mana ketua kelas seharusnya berada. Kaki nya pun kembali mengambil satu langkah lebih dekat, seringai menghilang, tetapi tatapan nya terlihat semakin jengkel. "Jika kau ditolak, lihatlah dirimu sendiri. Jangan menyalahkan orang lain." ucap Taehyung sambil menatap wajah gelisah itu, menyebalkan dan Taehyung sama sekali tidak menyukainya. Hal itu membuat Taehyung mengambil langkah, sengaja menyenggol bahu ketua kelas dan meninggalkan pria itu sendiri. Taehyung paham jika dirinya bukan lah seorang penyabar seperti Pendeta di gereja. Ia hanyalah manusia biasa dan ia selalu berharap tak ada yang memancing emosinya.

"Sial, waktu makanku." gumamnya sambil mengumpat ketika ia mendengar suara bel berbunyi tanda pelajaran akan dimulai kembali. Namun, dengan rasa penasaran Taehyung pun memilih untuk melangkahkan kakinya ke ruang guru yang ada di depan, terlewati sebelum ia kembali ke kelas. Taehyung ingin memastikan apakah guru sejarah akan hadir ke kelas atau tidak. Jika tidak, ini waktunya untuk berbalik arah dan menunggu di kantin sambil menunggu kelas berikutnya. Perlahan, Taehyung mengintip, memperhatikan ruang guru yang tampak sepi dan satu orang yang tak ia kenal tidak menggunakan seragam. Sepertinya, akan ada anak baru. "Kim Taehyung?"

Panggilan untuk namanya itu cukup membuat Taehyung tersentak, pandangannya mengedar untuk menemukan siapa yang memanggil namanya. Pandangannya kini terarah pada salah satu guru pria yang tampak bersiap. Penemuan itu cukup membuat Taehyung meluruhkan pundak, menghela napas pelan dan mencoba untuk tersenyum sebagai sapaan jika dirinya menyadari panggilan itu. Benar, guru sejarah memanggil dan ada di hadapannya. Itu berarti, tidak ada kesempatan untuk pergi ke kantin atau mengambil minuman dari vending machine di dekat ruang olahraga.

Obscure SorrowsWhere stories live. Discover now