BAB 8

292 61 16
                                    

Kantin begitu ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kantin begitu ramai. Padahal bel baru saja berbunyi sepersekian detik yang lalu. Langkah kaki siapapun akan begitu cepat jika menuju kantin dan begitu lama jika menuju lab untuk melanjutkan pelajaran. Beberapa anak pria berkumpul entah melihat apa, beberapa memilih untuk mengisi perut dan ada juga yang hanya duduk sambil melamun. Tampak panas di kepala karena melewati pelajaran kimia di siang hari. Entah siapa yang membuat jadwal, tampaknya itu cukup membuat anak kelas 12 berhenti di kantin, tenaga nya habis hanya untuk berhitung dan berpikir.

Namun, ketua taekwondo tampaknya masih memiliki tenaga untuk duduk dan menyapa beberapa rekannya yang tengah membeli makanan. Ia menopang kepala dengan lengan dan memperhatikan kantin yang begitu ramai. Ia merasa lapar, tetapi harus memikirkan cara bagaimana agar ia tidak mengantri. Rasanya, mengantri adalah kegiatan yang paling melelahkan hingga ia menghela napas dan menjatuhkan kepala di atas meja. Matanya terpejam perlahan sebelum suara meja yang dijadikan drum itu membangunkannya bahkan sebelum ia berencana untuk tidur. Pandangannya terlihat tajam dan mengancam pada sahabat nya. Hanya pria itu yang berani mengganggu nya seperti ini. "Kau bosan hidup?" tanyanya pada Jimin yang kini tertawa kecil dan memilih untuk duduk berhadapan.

"Bagaimana dengan Dearesty?" tanya Jimin dengan candaan membuat Taehyung mengeluh dan meminta Jimin untuk tidak membahasnya. Ia tidak mendapatkan petunjuk apapun mengenai Dearesty itu. Bahkan, ia telah meminta tolong pada Jungkook untuk mengirimkan email pada pemilik domain itu, tetapi semuanya gagal dan Taehyung menyerah. Ia tidak akan lagi memikirkan Dearesty. Taehyung akan melupakannya dengan cepat. "Bagaimana," ucap Jimin sedikit mengambang membuat Taehyung bangkit dari tidurnya dan menghela napas sambil menggelengkan kepala. Ia tidak ingin mendengar apapun.

"Jangan bicara apapun, aku lapar." ucap Taehyung yang kembali menatap ke arah kerumunan massa yang tidak ada habisnya. Ia kembali menghela napas dan memejamkan mata lelah. Setelah istirahat selesai ia akan bertemu dengan pelajaran matematika peminatan. Taehyung pun menggelengkan kepala, siapa yang berminat pada matematika? Itu adalah suatu bentuk paksaan halus dan ia ingin menjalankan aksi untuk menolak matematika dalam bentuk peminatan itu. "Di mana anak baru itu? Aku ingin berkenalan." ucap Jimin yang cukup membuat Taehyung kembali mengangkat pandangan dan menggelengkan kepala.

"Dia tidak akan menyukaimu. Tidak perlu berkenalan." ucap Taehyung yang cukup membuat Jimin hendak memberikan tepukan kencang pada kepala pria itu. Namun, Jimin mengurungkan niat, ia masih ingin hidup setidaknya sampai besok. Pertanyaan itu pun membuat Taehyung mengedarkan pandangannya, dimana pemuda itu? Seharusnya pemuda itu sudah sampai di kantin atau mungkin pemuda itu pergi ke tempat lain. "Benar, dimana Jungkook?" tanya Taehyung membuat Jimin melebarkan iris mata karena tak percaya. "Kau mencari seseorang? Kau yakin mencarinya?"

Pertanyaan Jimin cukup membuat kening Taehyung berkerut. Ia tidak mengerti maksud pertanyaan itu. "Kau pun tak pernah mencari ku Taehyung. Aneh sekali kau mencari Jungkook." ucap Jimin sedikit menggoda, tetapi Taehyung abaikan. Ia tidak tertarik untuk mendengar godaan itu. Namun, kejadian semalam cukup tak mampu membuatnya tertidur. Setelah menurunkan Jungkook di depan rumah dan dalam keadaan pemuda itu setengah sadar, Taehyung tak mampu berhenti memikirkannya. Jungkook terlalu menarik untuk dilewatkan.

Obscure SorrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang