BAB 6

290 57 11
                                    


2012

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

2012

Ruangan yang cukup besar untuk kamar satu orang itu terlihat remang, hanya ada lampu tidur yang menyala dan lampu utama dibiarkan padam. Lampu utama itu sangat mengganggu dan sebaiknya tidak dinyalakan jika tidak tengah mencari sesuatu. Lantunan musik lembut itu memberikan pertanda jika si pemilik ruangan adalah sosok melankolis yang terjebak di dalam ruangan, di hari minggu pula.

Seharusnya, ia bermain dengan teman sebaya nya sekedar pergi ke tempat karaoke. Namun, nyatanya kamar menjadi pilihan. Memikirkan untuk melangkahkan kaki ke halte bus di depan pun sudah cukup membuatnya lelah. Ia akan menghabiskan waktu di kamar dan berjalan sebentar jika memang bosan. Rumah nya sepi seperti biasa, orang- orang tampak sibuk dengan kegiatan masing- masing. Orang tua nya pergi ke rumah Nenek yang cukup jauh dan Kakak nya tinggal di asrama. Jika ditanya ia kesepian atau tidak, jawaban nya adalah tidak.

Kakak Tertua

Dimana? Jangan bilang kau terus berdiam diri di dalam kamar.

Itu adalah alasan utama Taehyung tidak pernah merasa kesepian. Orang tua dan Kakaknya sangat rajin mengirimkan pesan. Bukan Taehyung merasa terganggu, tetapi ia berterima kasih karena tak ada yang membiarkannya sendiri. Hanya saja, pemikiran itu membuat Taehyung memikirkan sesuatu mengenai Jeon Jungkook. Tak ada orang tua yang mengantar ketika pemuda itu tiba di ruang guru atau mungkin Taehyung terlambat mengetahuinya.

"Aku penasaran." gumam Taehyung yang kini membuka salah satu SNS yang cukup terkenal di negaranya. Namun, jari nya berhenti menggulirkan layar, Taehyung baru saja mengingat jika pemuda itu berasal dari negeri lain dan Taehyung tidak yakin pemuda itu memiliki SNS yang sama dengannya. Hal itu membuat Taehyung melemparkan ponsel nya dengan asal ke atas meja dan tidur terlentang menghadap langit- langit yang tinggi.

"Dia sebenarnya, " ucap Taehyung yang memberikan jeda pada ucapannya. Ia kembali mengingat hari di mana pemuda itu menatap ke arah senja, menggunakan headset dengan poni yang menutupi kening. Hampir seperti rambut mangkok, tetapi masih ada celah diantara poninya. Pemikiran itu, membuat Taehyung terdiam sejenak lalu mengusap wajahnya cukup kasar sambil menghela napas. "Kenapa aku bisa mengetahui hal itu." gumam Taehyung yang tak percaya akan ingatannya.

Biasanya, ia bahkan tak mengetahui siapa yang menggunakan sabuk kuning dan siapa yang menggunakan sabuk cokelat. Namun, mengenai Jungkook, Taehyung mampu mengingat semuanya. Bahkan, bulu mata yang tidak terlalu lentik, tetapi panjang itu Taehyung mengingatnya. Wah, luar biasa sekali, Kim Taehyung. Taehyung menggerutu di dalam hati dan melipat lengan di depan perutnya. Pikirannya selalu bermuara pada pemuda itu dan Taehyung masih penasaran mengapa pemuda itu pindah di akhir semester seperti ini.

"Apa yang membuatmu ragu bertanya, Kim Taehyung" ucap Taehyung untuk dirinya sendiri. Ia tengah melawan pikirannya yang mengatakan untuk tidak perlu menanyakan hal itu tanpa alasan yang jelas. Benar, pikirannya tidak memiliki alasan untuk bertanya dan tak memiliki alasan untuk tidak bertanya. Lagi- lagi, Taehyung tidak percaya pada dirinya sendiri. Biasanya ia akan dengan cepat bertanya dari sanggar mana anggota klub nya dan kenapa keluar dari sanggar itu. Ini pertanyaan yang sama, 'kan?

Obscure SorrowsWhere stories live. Discover now