74 | Dukungan

571 68 21
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Rud, aku pulang dulu, ya. Diana dan Reza tetap akan ada di sini menjagamu. Mereka berdua sudah meminta cuti ke sekolah, sementara aku sama sekali tidak bisa meninggalkan pekerjaan di kantor," jelas Zuna.

"Iya, Zu. Pulanglah. Terima kasih karena kamu sudah ikut menjagaku di sini," ucap Rudi.

"Sekalian bilang terima kasih karena Zuna selalu berhasil membuatmu minum obat, Rud. Jangan lupa," saran Diana.

Rudi bergidik sesaat, ketika mengingat bagaimana bar-barnya Zuna ketika membantunya minum obat semalam dan pagi itu. Reza mungkin hanya membantu memegangi tubuh Rudi, tapi Zuna berperan menjadi eksekutor agar Rudi benar-benar menelan obat yang harus diminum. Hal itu jelas membuat Rudi susah lupa dengan rasa obat yang ia telan.

"Entah bagaimana kalimat yang tepat untuk mengungkapkan rasa terima kasihku atas kebar-baranmu saat membantuku minum obat, Zu. Tapi yang jelas, aku sangat berterimakasih atas upayamu dan tolong tidak usah diulangi lagi. Cukup semalam dan pagi ini saja hal itu kamu lakukan," mohon Rudi, bersungguh-sungguh.

Zuna pun terkekeh senang saat mendengar Rudi memohon pagi itu. Hal itu membuat Reza menggeleng-gelengkan kepalanya, karena tahu bahwa Zuna tetap akan melakukan hal itu lagi kepada Rudi--jika ada kesempatan.

"Tenang saja, Rud. Untuk urusan minum obat, jelas aku tidak akan lagi membantumu jika sudah pulang dari sini. Tapi kalau aku ada waktu luang, maka aku akan berupaya untuk datang ke sini demi bisa membantumu minum obat lagi. Insya Allah," janji Zuna, sukses membuat harapan Rudi kandas begitu saja.

Zuna kemudian langsung melarikan diri dari ruang perawatan tersebut, sebelum terkena sambitan sendok dari Diana. Janji yang diutarakan oleh Zuna jelas tak hanya membuat Rudi kecewa, tapi juga sukses membuat Diana langsung berakting menggondok.

"Janji macam apa itu? Bisa-bisanya bibir tipis yang dia punya mengeluarkan janji tidak berfaedah semacam itu. Mana raut wajahnya penuh sekali dengan rasa percaya diri!" gerutu Diana.

Wanita itu sengaja mengomel panjang, padahal dalam hati ia sedang bersorak senang atas kreativitas Zuna dalam urusan membuat gondok Rudi. Karena sejujurnya, Diana ingin sekali memuji-muji Zuna setinggi langit daripada mengomelinya seperti barusan.

"Sabar, Na. Orang sabar pasti selalu makan hati," bujuk Reza.

"Enggak usah nambah-nambahin beban pikiranku, ya, Za!" amuk Diana, sambil melotot.

Rudi dan Reza--yang sedang membantu membersihkan tubuh Rudi dengan air hangat--langsung berjengit kompak saat melihat wanita itu mengamuk. Keduanya segera berupaya untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun, agar Diana segera berhenti melotot.

Zuna tiba di mobilnya dan langsung berpacu di tengah keramaian jalanan. Ia akan pulang untuk mandi dan berganti pakaian, setelah itu baru pergi ke kantor. Semua hal sudah benar-benar ia siapkan dengan matang. Entah itu hal yang akan berkaitan dengan Mita ataupun hal yang berkaitan dengan Rudi. Hari itu adalah hari yang sangat penting dan Zuna tidak ingin ada satu saja kesalahan yang bisa membuat segalanya berantakan. Maka dari itulah ia memilih bersikap sangat tenang agar tidak ada tindakan gegabah yang harus terjadi.

DIANA
Apa pun yang akan kamu lakukan hari ini, tetaplah selalu tenang ketika melaksanakannya. Aku sayang kamu, Zu, jadi aku mau kamu baik-baik saja saat aku tidak ada di sisimu. Nanti malam kita akan sama-sama bertugas lagi seperti biasanya. Aku akan membuka identitasku nanti malam, setelah kamu dan Pak Septian berhasil membongkar kebusukan dan kebiadaban Rudi yang selama ini selalu ditutupi oleh Ibu dan Bapaknya.

Zuna membaca pesan itu ketika ia telah tiba di halaman rumahnya. Ia tersenyum saat mendapat ungkapan yang begitu jujur dari Diana. Ungkapan sayang itu adalah hal terbaik yang selalu ia harapkan dari Diana selama ini. Ungkapan sayang yang akhirnya benar-benar tertuju hanya untuk Zuna, bukan untuk pria lain.

ZUNA
Aku juga sayang kamu, Na. Insya Allah akan aku ceritakan padamu segalanya, tentang sejak kapan aku memiliki rasa sayang di dalam hati ini untuk kamu. Dan, ya, nanti malam kita akan kembali bekerja bersama seperti biasanya. Penyamaranmu akan berakhir nanti malam, saat kita menjatuhkan Rudi ke dalam jurang kebiadabannya selama ini. I love you, Na.

Setengah jam kemudian--setelah semua urusan di rumah selesai--Zuna kembali mengemudi menuju kantor. Septian sudah menghubunginya dua kali, karena kasus lama mengenai pembakaran rumah keluarga Zuna harus segera diselesaikan siang itu juga. Ia langsung menemui Septian ketika akhirnya tiba di kantor. Septian sudah menyiapkan beberapa orang anggota lain yang akan membantu mereka bekerja sama siang itu. Dua orang di antara para anggota Polisi yang dikumpulkan oleh Septian bertugas menjaga tersangka dalam kasus tersebut yang sudah tertangkap dua hari lalu. Zuna menatap ke arah tersangka dengan sangat tajam, sehingga tersangka terus mencoba menghindari tatapan yang Zuna layangkan.

"Apakah target utama yang tidak lain adalah otak dari kasus pembakaran rumah keluargamu sudah memberi kepastian dalam pertemuan yang telah kita rancang?" tanya Septian.

"Sudah, Pak. Ini adalah bukti interaksi dalam penyamaran online yang saya lakukan terhadap target. Bapak bisa membacanya secara langsung," jawab Zuna.

Septian menerima ponsel tersebut dan mulai membacanya dengan seksama. Zuna membuka ponsel pribadinya untuk memberi kabar pada Reza yang masih berada di rumah sakit. Selang beberapa saat kemudian, Septian pun kembali menyerahkan ponsel itu kepada Zuna.

"Amankan semua bukti percakapan itu. Screenshot dan print hasilnya. Setelah itu masukkan ke dalam berkas agar nanti bisa digunakan menjadi bukti tambahan, bahwa tersangka kedua memiliki usaha untuk menghilangkan bukti yang ada pada tersangka pertama," titah Septian.

"Baik, Pak. Saya paham. Akan segera saya laksanakan perintah anda barusan," tanggap Zuna.

"Kalau begitu, mari, sebaiknya kita segera menuju lokasi sebelum target tiba di sana lebih dulu," ajak Septian.

Pesan balasan dari Reza masuk tak lama kemudian. Zuna membuka dan membacanya dengan cepat, sebelum ia benar-benar pergi bersama seluruh anggota tim hari itu.

REZA
Apa pun yang akan kamu hadapi hari ini, hadapilah dengan tenang. Jaga emosimu, meski kamu akan menghadapi sesuatu yang sangat menyayat rasa emosionalmu. Ingat, seluruh anggota keluargamu butuh keadilan dan keadilan itu bisa kamu dapatkan kalau Mita tetap hidup untuk menjalani hukumannya.

Usai membaca pesan itu, Zuna akhirnya paham bahwa Reza tetap akan selalu memberinya dukungan sebagaimana ia dan Diana yang selalu memberinya dukungan mengenai Sekar. Jadi meski Reza sedang tidak ada bersamanya, pesan yang dikirimkan oleh pria itu cukup untuk mewakili keberadaannya.

ZUNA
Terima kasih banyak atas dukungan dan pesanmu untukku, Za. Insya Allah aku akan menjaga emosiku, agar Mita bisa tertangkap dan menjalani hukuman di sepanjang sisa hidupnya.

* * *

Rahasia Di SekolahWhere stories live. Discover now