76 | Dekap Hangat Pelipur Lara

578 69 23
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"Zu--Zuna? Ka--kamu ... apa yang kamu lakukan di sini? Ke--kenapa kamu bisa ...."

"Andai saja Diana tidak mengatakan apa-apa pada Kalingga soal perbuatanmu di masa lalu terhadap seluruh anggota keluargaku, maka aku mungkin tidak akan pernah mengorek luka masa laluku lagi. Tapi Allah memang tidak pernah tidur, Mita. Allah tidak pernah abai terhadap kejahatan yang dilakukan oleh manusia, meski manusia itu sudah bersusah payah mengubur sedalam-dalamnya kejahatan yang diperbuat. Begitu pula dengan kamu. Diana mungkin lebih memilih menutupinya dariku, agar duka dan lukaku tidak perlu lagi terusik. Tapi aku justru mendengar soal fakta kejahatanmu dari Kalingga, setelah Diana berbagi cerita dengannya mengenai tragedi masa laluku. Jadi ... di sinilah kita sekarang, Mita. Aku datang untuk menyeretmu ke penjara, agar kamu menjalani hukuman atas kebiadaban yang kamu perbuat terhadap keluargaku!!!" tegas Zuna.

Mita mundur beberapa langkah ke belakang demi menghindari Zuna yang mulai mendekat ke arahnya. Amarah pria itu bukanlah amarah sesaat. Amarah yang ditunjukkan pria itu adalah amarah yang sudah terpendam bertahun-tahun lamanya dan siap untuk diledakkan.

"Ti--tidak, Zu. Tidak. Aku tidak mau dipenjara, Zu. Tolong ampuni aku, Zu. Tolong ampuni aku," mohon Mita, berusaha memelas.

"Tutup mulutmu!!! Jangan lagi bicara karena aku tidak ingin mendengar suaramu yang menjijikan!" balas Zuna.

Mita semakin gemetaran di tempatnya berdiri, namun tak juga berani lari dari sana karena takut kalau Zuna akan menembak kakinya. Ia sudah menatap pistol yang terselip di pinggang Zuna sejak tadi. Jadi jelas ia sudah memikirkan apa risikonya jika ia nekat melarikan diri dari hadapan pria itu.

"Poin kedua. Apa tadi kamu bilang? Ibumu merasa iri pada kehidupan yang Ibuku miliki? Asal kamu tahu saja, Mita, Ibumu adalah sumber masalah yang sebenarnya! Saat aku mencari tahu semua hal yang berkaitan dengan masa lalu, aku akhirnya menemukan fakta mengenai Ibumu dan sangkut pautnya dengan keluargaku! Ibumu adalah perempuan paling tidak tahu malu yang pernah ada di dunia ini, Mita! Ibumu dulu berani datang ke pernikahan kedua orangtuaku, lalu mengacau dan mengatakan pada semua orang bahwa seharusnya dialah yang menjadi pengantin wanita yang bersanding dengan Bapakku. Padahal semua orang tahu persis, bahwa Ibumu telah menolak lamaran dari keluarga Bapakku jauh sebelum Bapakku mengenal Ibuku. Ibuku memilih memaafkannya dan menganggapnya angin lalu, Mita. Andai Ibuku mau memperpanjang masalah dan memenjarakan Ibumu atas pencemaran nama baik, menurutmu Ibumu akan menikah dengan seseorang dan kamu akan lahir ke dunia ini?" tajam Zuna.

Mita tercengang usai mendengar fakta yang dibeberkan oleh Zuna mengenai Ibunya. Ia jelas merasa kaget, karena ternyata Ibunya sendirilah biang masalah dari semua masalah yang terjadi. Selama ini ia tidak pernah kepikiran untuk mencari tahu lebih dulu akar masalahnya. Ia dulu hanya menuruti semua keinginan Ibunya, demi diberi pengakuan bahwa dirinya adalah anak terbaik yang Ibunya miliki.

"Jadi sebaiknya sekarang kamu harus bersyukur, karena aku tidak langsung membunuhmu demi membalas semua rasa sakit hatiku atas meninggalnya kedua orangtua serta Adik kesayanganku. Kalau aku tidak ingat apa yang Diana perjuangkan untukku secara diam-diam, kalau aku tidak ingat bahwa Reza selalu mendukungku dalam setiap hal yang aku jalani saat menghadapi kamu, maka saat ini sudah kupastikan kamu akan meregang nyawa tanpa ada yang akan menolongmu. Bersyukurlah karena aku masih menggunakan akal sehatku hari ini," tutup Zuna, yang kemudian segera memberikan tanda pada Polisi lain untuk membekuk Mita.

Mita awalnya tidak memberi perlawanan saat akan ditangkap. Tatapannya kini terlihat kosong, akibat merasa sangat bersalah terhadap Zuna. Namun ketika kedua tangannya akan diborgol, mendadak perempuan itu kembali menatap ke arah Zuna dan kembali membuat drama baru.

"Zu, dengarkan aku dulu! Aku cinta kamu, Zu! Aku melakukan semua itu di masa lalu karena aku cinta kamu, Zu! Aku cuma ingin kita bisa membangun keluarga setelah lulus SMA tanpa mendapat halangan dari pihak mana pun, Zu! Dengarkan aku dulu, Zu! Aku mohon!"

Mita terus berontak dan berusaha melepaskan diri saat dibekuk. Namun Polisi lain segera menyeretnya karena Zuna juga sudah tidak mau dengar soal drama yang dibuat oleh Mita. Pria itu lebih memilih segera berbalik dan menatap sosok Rania untuk terakhir kalinya. Sosok itu melambaikan tangan kepada Zuna seraya tersenyum cantik seperti dulu, sebelum akhirnya menghilang untuk selamanya. Hati Zuna telah ikhlas. Segalanya telah selesai bagi pria itu setelah Rania benar-benar pergi dengan tenang.

Zuna mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana, lalu mengetik pesan dan segera mengirimkannya kepada Diana. Ia berharap mendapat ketenangan, setelah meluapkan semua amarahnya yang telah terpendam selama bertahun-tahun. Kini, satu-satunya ketenangan itu sangat ia harapkan dari Diana.

Diana--yang baru saja keluar dari kamar mandi--langsung membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Meski dadanya mendadak bergemuruh tak tentu arah usai membaca pesan dari Zuna, namun ia tetap berusaha mengontrol ekspresinya di hadapan Rudi. Hanya Reza yang tahu kalau ada sedikit perubahan pada wajah Diana. Rudi tidak mencurigai apa pun atas diri wanita itu, karena Diana memang selalu terlihat meyakinkan jika sudah kembali menghadapi tugas penyamarannya.

"Rud, aku pulang dulu, ya. Aku tidak bisa mandi di sini karena kamar mandinya kecil sekali. Jadi aku pulang dulu dan Insya Allah akan kembali lagi secepat mungkin," ujar Diana.

"Iya, Na. Pulanglah. Kamu jelas tidak bisa berada di sini terus-menerus, meski kamu selalu berniat menjagaku di sini. Kamu jelas perlu mandi agar dirimu tetap nyaman," tanggap Rudi, seraya tersenyum untuk Diana.

Diana pun membalas senyumnya, seraya meraih tas yang sejak semalam di simpan di dalam lemari bagian bawah.

"Oh ya, kamu mau aku bawakan makanan apa, Rud? Nanti aku akan masak di rumah untuk dibawa ke sini, agar aku dan Reza juga bisa makan bersama denganmu."

"Apa pun yang kamu masak pasti akan aku makan, Na. Silakan masak apa pun yang kamu suka," jawab Rudi.

Diana segera meninggalkan rumah sakit setelah berpamitan pada Rudi dan Reza. Ia mengemudikan mobilnya lebih cepat dari biasa, karena ingin sekali cepat-cepat tiba di rumah. Perasaannya benar-benar sulit untuk ditenangkan, dan bertemu dengan Zuna adalah satu-satunya hal yang bisa mengembalikan ketenangan hatinya.

Wanita itu memarkirkan mobilnya asal-asalan ketika akhirnya sampai di depan rumah. Tatapannya hanya tertuju pada Zuna yang tampak sudah menunggu kedatangannya sejak tadi. Pria itu berada di depan mobilnya dan bersandar dengan wajah penuh pilu. Diana langsung berlari dan membawanya ke dalam dekapan yang erat, seakan tidak ingin lagi melepaskannya meski hanya sekejap.

"Zu, maafkan aku yang tidak berkata jujur padamu soal Mita. Aku benar-benar ...."

"Sudah selesai, Na," potong Zuna dengan cepat.

Pria itu melepas dekapan Diana dan menatap wajahnya seraya berupaya untuk tersenyum.

"Karena kamu dan usaha diam-diammu itulah, segalanya tentang masa laluku akhirnya selesai. Terima kasih, Na. Terima kasih karena kamu selalu menjaga perasaanku selama ini tanpa aku tahu. Aku sayang kamu, Na. Aku sayang kamu," ungkap Zuna, yang kemudian mengecup lembut bibir Diana selama beberapa detik.

Diana pun ikut tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca. Ia menangkup wajah Zuna dengan penuh kehangatan, lalu membalas kecupan singkatnya dengan sangat manis.

"Aku juga sayang kamu, Zu. Aku sayang kamu dan selamanya akan seperti itu," balas Diana, lalu kembali membawa Zuna ke dalam dekapannya.

* * *

Rahasia Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang