#ReaDy to welcome her mother | Chapter 92

971 132 8
                                    

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

• • •

Hari pun berlalu. Reana dan Freddy menjalani harinya dengan kesibukan masing-masing. Keduanya menyempatkan diri untuk bertemu sesekali. Entah Freddy yang mampir ke rumah Reana, ataupun sebaliknya.

Hingga tibalah di sehari sebelum kepulangan ibu Reana dari Australia. Freddy sudah berjanji ke Reana untuk menemani kekasihnya menjemput sang ibu di bandara.

Jam 4 sore, Reana telah selesai mandi dan tengah mengeringkan rambutnya di atas kasur. Gadis itu bersiul dengan riang, mengingat hari ini dirinya akan bertemu dengan sang ibu lagi. Freddy baru saja mengabarkan dirinya akan menuju rumah Reana sekitar pukul 5.

"Mbak Sani", panggil Reana. Sore itu Reana mengenakan sweater berwarna putih gading dan celana jeans berwarna hitam. Mbak Sani berjalan keluar dari kamarnya sambil menggendong Rahma. "Ya non?", jawabnya.

"Mbak, hari ini ibu pulang. Aku mau pergi jemput sama mas Freddy yaa..", jelas Reana. Gadis itu mengulurkan tangannya dan menggendong Rahma. "Rahma seneng ya bisa ketemu oma?", tanya Reana sambil mencium pipi gadis cilik yang tengah tersenyum lebar.

"Baik non. Kamar ibu sudah mbak bersihin dan rapihin", jawab mbak Sani.

Reana mengangguk. "Makasih banyak mbak Sani", Reana tersenyum lalu menggendong Rahma dan mendudukkan gadis itu di ruang keluarga. Keduanya bermain sambil tertawa. Reana sering mencium kedua pipi Rahma karena gemas.

Sekitar pukul 6 sore, Freddy tiba di depan rumah Reana. Hari itu Freddy mengenakan pakaian loreng TNInya. Baret merah masih terpasang saat pria itu turun dari mobilnya.

Reana yang mendengar suara mobil Freddy di depan rumahnya, berjalan keluar sambil menggendong Rahma. Gadis cilik itu sedari tadi menanyakan kedatangan Freddy.

"Halo om Freddy", ujar Reana mengajari Rahma untuk menyapa Freddy. Gadis cilik dengan rambut panjang sebahu itu melambaikan tangannya ke arah Freddy. "Om Ddyy!", serunya riang.

Freddy tersenyum lebar saat melihat Rahma dan Reana. Pria itu membayangkan masa depannya dengan Reana nanti, dirinya pulang ke rumah dan melihat Reana tengah menggendong anaknya.

"Hehehe sore mas", sapa Reana. Mbak Sani membukakan pagar untuk Freddy dan tersenyum. Meskipun sudah sering melihat Freddy, tetap saja mbak Sani masih terpukau setiap melihat Freddy.

Terlebih lagi ketika pria itu mengenakan seragam dinas TNInya. Seperti ada aura yang menarik hati, pikir mbak Sani.

"Halo Rahma", sapa Freddy sambil menoel pipi gadis cilik itu. "Dari tadi cariin om ya?", tanya Freddy yang disambut dengan anggukan dari Rahma. "Ndooongg om", Rahma mengulurkan kedua tangannya ke arah Freddy, meminta untuk digendong.

Sambil tertawa renyah Freddy menggendong Rahma dan memeluknya. "Sore dek, udah siap?", tanyanya ke arah Reana.

"Eh iya mas, aku ambil tas dulu ya", jawab Reana sambil berlalu masuk ke dalam rumah. Sembari menunggu Reana, Freddy bermain dengan Rahma.

Pria itu mengangkat Rahma tinggi-tinggi yang membuat gadis cilik itu tertawa dengan riang. "Agi om, agi", ujar Rahma sambil tertawa kecil.

"Udah adek, udahhh.. Kasian om nya, ayo turunnn", mbak Sani buru-buru mengambil Rahma dari Freddy. "Maap ya pak Freddy..", ujar mbak Sani.

Freddy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Pak Freddy mau minum apa pak?", tanya mbak Sani dengan ramah.

"Ah terima kasih mbak Sani, saya ada minum di dalam mobil..", tolak Freddy dengan sopan.

Mbak Sani mengangguk. Dirinya sibuk menggendong Rahma yang menggeliat, memberontak untuk turun. "Aduh adekkk, ikut ibu ke dalam aja ayo", serunya. Mbak Sani lalu menggendong Rahma dan mengajaknya masuk ke dalam. Tak lama kemudian Reana berjalan keluar.

"Yuk mas", ajak Reana. Freddy mengangguk. Reana lalu menutup pagar rumah dan menguncinya. Saat gadis itu menoleh, Freddy sudah menunggu di samping pintu untuknya. "Silahkan naik", ujar Freddy sambil tersenyum lebar.

Reana tertawa dan menggelengkan kepalanya.

• • •

Perjalanan sore itu ke bandara ternyata memakan waktu cukup lama. Keduanya baru tiba di bandara dua jam kemudian. "Pesawat ibu jam berapa sayang?", tanya Freddy sambil mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.

"Hmmm.. Jam 9 baru mendarat mas", jawab Reana sambil melihat histori percakapannya dengan sang ibu tadi pagi. Freddy mengangguk.

Setelah memarkir mobilnya, Freddy dan Reana berjalan menuju ke bandara untuk menunggu. Keduanya mampir ke supermarket terdekat dan membeli beberapa tangkup roti untuk mengganjal perut Freddy.

Sepanjang perjalanan, keduanya menarik perhatian para pengunjung yang ada di bandara. Freddy dan Reana sudah terbiasa dengan kamera yang menyorot dari segala area. Keduanya sesekali tersenyum. Freddy dengan santai berjalan sambil menggandeng tangan Reana.

Reana mengajak Freddy untuk duduk di sudut bandara yang dekat dengan pintu kedatangan Internasional. Membiarkan kekasihnya untuk makan roti sambil menunggu. "Mas, makan dulu ya", saran Reana. Freddy mengangguk.

"Mas, aku kepikiran mau resign nih.. Mau kerja di Indonesia aja", ujar Reana sambil menatap Freddy yang tengah menikmati rotinya.

Freddy cukup terkejut. Pria itu menoleh ke arah Reana. "Kok tiba-tiba sayang?"

Reana mengangguk. "Iya mas, pengen cari suasana yang baru aja..", Reana menghela nafas. Bekerja secara remote ternyata cukup membuatnya merasa jenuh.

Seharian hanya ia habiskan di depan laptopnya. Reana bahkan tidak memiliki rekan kerja yang berada di Jakarta, karena semua rekannya berada di Australia.

Dan terkadang jika ada urusan yang mendadak, karena perbedaan zona waktu, Reana kerap kali menerima panggilan untuk meeting di subuh hari.

Freddy mengangguk pelan sambil menatap ke arah Reana.

"Tapi aku bingung juga mas mau kerja apa disini", Reana tertawa. Freddy ikut tertawa mendengarnya.

"Lulusan kamu mungkin masuknya di BIN gitu dek", ujar Freddy.

"BIN? Badan Intelijen mas?"

Freddy mengangguk. "Iya, ada beberapa divisi di BIN yang menurut mas sesuai dengan latar belakang kamu." Freddy lalu menjelaskan kalau di BIN ada beberapa divisi yang dirasa sesuai untuk Reana. Misalnya bidang analis, jelas Freddy.

Reana mengangguk dan tertarik. "Nanti aku coba cari-cari informasi mas soal BIN, kayaknya aku mulai tertarik."

Sambil berbincang mengenai rencana Reana yang ingin berkarir di Indonesia, tiba-tiba handphone gadis itu berdering. "Eh ibu", serunya. "Assalamualaikum bu", sapa Reana setelah mengangkat telepon.

"Iya bu, Reana sudah di depan sama mas Freddy", jelas Reana. Gadis itu lalu mengajak Freddy untuk berdiri dan menuju ke depan gerbang kedatangan. Sepertinya sang ibu telah berjalan keluar.

"Ibu udah mau keluar dek?", tanya Freddy sambil berjalan berdampingan. Reana mengangguk. "Baru selesai ambil bagasi katanya mas..", jawab Reana.

Freddy dan Reana lalu menunggu sang ibu di depan gerbang kedatangan bersama dengan para pengunjung yang lain. Beberapa tersenyum dan melirik ke arah keduanya. Freddy masih menggenggam tangan kekasihnya dan sesekali merengkuh pundak Reana.

"Ibuu!", pekik Reana saat melihat kedatangan sang ibu yang mendorong satu troli. Sang ibu melambaikan tangannya sambil senyum sumringah melihat anaknya.


..to be continued..

• • •

Akhirnya tante Aira sudah kembali ke tanah air, siap untuk mempersiapkan acara lamaran putri bungsunya nih tante :"D siap mengawal prosesi lamaran pasangan #ReaDy sampai nanti resepsi! Huahahaha..


#ReaDy for LoveWhere stories live. Discover now