35

449 75 3
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

Shanka menatap Gio yang baru saja masuk kedalam ruangannya, "Gimana?" tanyanya dengan wajah serius.

"Aman, nih sertifikat rumahnya" jawab Gio dan Shanka terlihat mengembuskan nafas lega sembari menerima berkas berupa sertifikat rumah Sisca.

"Thanks Yo, selalu mau di repotin bahkan untuk urusan di luar kerjaan" ucap Shanka yang menyadari betapa beruntungnya ia memilih sang sahabat menjadi sekretaris juga orang kepercayaannya.

"Naikin gaji gua gak sih" timpal Gio sementara Shanka seketika memutar matanya malas, "Gaji lu udah gede banget Yo" jawab Shanka dan Gio hanya tertawa, ia bercanda perihal gaji, sebab sejujurnya gajinya lebih dari cukup menurutnya, Shanka benar-benar menghargai kinerja Gio selama menjadi sekretarisnya, bahkan jika di bandingkan dengan gaji orang-orang dengan posisi sama sepertinya di perusahaan lain mungkin ia memiliki gaji paling besar di antara semuanya.

"Ada lagi gak yang harus gua kerjain? Kalau gak ada gua izin nemenin Dey ke rumahsakit bentar yah, tuh anak demam udah 3 hari gak turun-turun" ucap Gio sementara Shanka cukup kaget mendengar kabar itu.

"Kenapa lu baru bilang sekarang sih? Tau gitu lu gak perlu masuk hari ini Yo, yaudah sana pergi, gak usah balik ke kantor, temenin Dey aja selesai dari rumahsakit nanti, bilangin salam dari gua, semoga cepat sembuh" Shanka berbicara dengan cukup panjang saat mendengar keadaan pacar Gio itu, pasalnya ia tau pacar Gio itu merupakan anak rantau yang tinggal sendirian di ibu kota ini, dan pastinya akan begitu kesulitan jika jatuh sakit dan herus mengurus dirinya sendiri.

"Siap, gua berangkat yah, telfon gua kalau tiba-tiba ada kerjaan menda-"

"Udah sana pergi, jaga pacar lu" Shanka memotong ucapan Gio dan memerintahkan Gio untuk bergegas pergi sementara Gio segera mengangguk keluar dari ruangan Shanka.

Setelah Gio pergi, Shanka menatap berkas di depannya yang tadi di antarkan Gio, dan ia mulai meraih ponselnya terlihat akan menelfon seseorang.

"Iya kak" ucap seseorang dari balik ponselnya begitu cepat bahkan Shanka seolah tak sempat mendengar nada sambung panggilannya.

"Kamu lagi di kantor kan?"

"Iya kak"

"Ke ruangan saya bentar"

"Siap kak"

Shanka mengakhiri panggilannya, dan meletakan ponselnya di atas meja sebelum beralih meraih ipadnya dan mulai melihat pekerjaan lainnya.

TOK TOK TOK

"Masuk" Shanka bisa melihat pintu ruangannya terbuka dan Zean perlahan masuk dari sana, iya Zean adik Sisca, ia tadi menelfon Zean meminta anak itu ke ruangannya, posisi Zean yang sekarang merupakan karyawan Natio Grup cukup mempermudahnya untuk setidaknya terhubung dengan salah satu anggota keluarga Sisca.

"Duduk Zee" perintah Shanka, dan Zean mengangguk sopan sebelum duduk di kursi depan meja kerja Shanka.

Shanka menyerahkan berkas yang di berikan Gio padanya tadi, "Sertifikat rumah kalian" ucapnya.

"Makasih kak, makasih banyak kak, maaf keluarga kita sering banget ngerepotin kak Shanka" ucap Zean dengan suara bergetar dan mata yang nampak berkaca-kaca juga berkali-kali membungkuk sopan pada Shanka, sama seperti Sisca, adik Sisca itupun benar-benar merasa tak enak pada Shanka namun di sisi lain juga benar-benar merasa bersyukur sebab Shanka bersedia membantu mereka, ia sama sekali tak tau bagaimana jadinya keluarganya jika tak ada Shanka, mereka harus keluar dari rumah peninggalan terakhir mendiang papanya.

"Sama-sama Zee"

"Kak aku janji aku bakal kerja dengan baik disini, aku bakal dedikasiin hidup aku buat Natio Grup" ucap Zean, merasa bahwa hanya itu yang bisa ia lakukan untuk setidaknya membalas kebaikan Shanka, yaitu dengan ikut andil dalam mengembangkan perusahan pria itu.

Golden RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang