XXVI

1.8K 66 0
                                    

Kelas yang awalnya ramai bagaikan pasar pagi seketika menjadi hening.

Seorang guru memasuki kelas XII MIPA 1. Saat pintu kelas terbuka, para murid yang semula tak beraturan kini terduduk rapih di kursinya masing-masing.

Guru pria yang biasa di panggil pak Herald membawa langkahnya menuju kursi duduknya.

"Buka buku paket halaman 112, kerjakan bagian C dan D setelah selesai tukar hasil belajar kalian dengan teman sebangku." Seakan patuh, semua murid segera mengerjakan apa yang sang guru perintahkan.

Situasi yang sunyi, menambah kesan horor bagi siapapun yang melewati kelas itu. Hingga, suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka.

Terlihat, seorang wanita memasuki kelas dengan santainya.

"Aura, dari mana kamu?"

"Toilet." Setelah mengatakan itu, Aura berjalan ke arah tempat di mana kursinya berada.

Tanpa di sadari, ada seseorang menatap benci ke arah dirinya.

Kringg

"Baik, sampai di sini saja pelajaran kali ini." Pak Herald keluar dari kelas MIPA 1.

Tak terasa satu jam berlalu, hawa senyap tadi berangsur kembali ricuh.

"Anjir, kenapa si tiap mapel pak Herald kaya ada sihir tersendiri yang buat kita diem."

"Iya cuyy gue juga bingung."

"Sihir apaan, gue tau di otak kalian pasti masih membekas banget kejadian seminggu yang lalu." Seketika kedua pria tadi menggaruk belakang kepalanya.

Berbeda dengan Aura yang menaikan satu alisnya, "Seminggu yang lalu?"

Memilih abai, dia memilih untuk berjalan keluar dari kelas dan menuju kantin.

Di persimpangan kantin, ponselnya berdering.

"Kenapa?"

"Kakak di mana?"

"Bentar lagi sampai kantin"

"Okey, aku agak telat kak. Soalnya masih ada urusan."

"Hmm"

Sesampainya di kantin, terlihat semua meja duduk yang sudah penuh.

Matanya terus mencari seseorang, dan gotcha.

Aura membawa langkahnya ke arah meja nomor 19. Sesampainya di meja itu, Aura mendudukkan dirinya di samping wanita yang tengah menikmati bakso mercon.

Berbeda dengan wanita yang merasa hawa familiar, ia mencoba bodo amat. Laper cuyy.

"Tumben Ra baru keluar."

"Biasa mapel pak Herald."

"Haha kelas gue aja kalo di ajar pak Herald serasa di ajar sama mafia, ngeri borr hawanya."

"Emang dia mafia."

Uhuk uhuk.

Kedua wanita itu tersedak minumannya.

"Kalo ngomong ga mikir dulu." Ucap wanita yang masih menikmati bakso merconnya.

"Kalo gue bilang ke Abang, lu makan itu hukuman apa yang lu dapet yaa" Saut Aura sembari memainkan ponselnya.

"Ngga lucu babi. Gue baru makan Ra, demi dah." Ucap Aluna memelas yang hanya di tanggapi hendikan kedua bahu Aura

Tak lama pesanan Aura sampai, melihat apa yang di pesan wanita di sampingnya itu membuat Aluna mengernyitkan dahi.

BACKWhere stories live. Discover now