0,038. Bermuka Dua

806 28 1
                                    

"Kay, Lo lihat kan sekarang Elgara udah mengakui kesalahan nya. Hati gue sakit Kay di saat Elgara bilang kalau dia kangen sama kebawelan Lo. Tapi gue ngga bisa maafin Abang Lo Kay. Gue ngga bisa" batin gadis itu yang pergi tanpa berucap meninggalkan Elgara begitu saja.

"Aarghh!!" Marah Elgara yang mengobrak semua barang di dekat nya.

"GUE NGGA MAU KEHILANGAN LO, DEK. GUE NGGA MAU KEHILANGAN UNTUK KEDUA KALINYA. TUHAN KENAPA KASIH PENYAKIT MEMATIKAN INI PADA ADIK GUE?!! KENAPA TUHAN?! KENAPA DI SAAT GUE UDAH COBA SAYANG DAN NYESEL DI SAAT ITU TUHAN KASIH COBAAN BERTUBI INI?!!" Teriak Elgara sambil menatap langit yang berwarna biru yang kini perlahan gelap.

Usai Elgara  tau tentang penyakitnya kini ia berdiri di depan ruangan. Ia menatap pasien dengan alat-alat menempel di tubuh gadis itu dan tak lupa alat oksigen yang tertempel di hidung gadis itu.

Ia memukul pelan pintu ruangan itu dari luar. "Jika gue kembali apa semua akan seperti ini. Apa gue kembali mereka tangisin gue atau tangisin Kayla yang pergi?" Tanya gadis itu.

"Gue ngga tau harus kayak gimana Kay. Gue ngga tau harus berbuat apa. Di sisi lain gue nyaman di kehidupan Lo. Tapi di sisi lain nya juga gue ngga bisa tinggalin mamah dan adik gue"

Saking bingung nya ia berlutut dan memeluk kedua lututnya. Darah di tangan nya pun sudah mengering.

Suara langkah yang semakin mendekat tidak membuat nya sadar jika ada seorang gadis akan masuk kedalam ruangan itu.

"Kakak siapa?" Tanya gadis itu saat mereka pun kini menatap satu sama lain.

"Sab" panggil pelan saat menatap adiknya terlihat baik-baik saja.

"Kenapa kakak nangis di luar ruangan kakak saya? Apa kakak kenal sama kakak saya?" Tanya Sabrina membuat Kayla terdiam ia sangat ingin memeluk adiknya.

Tapi ketika adiknya memanggil kakak membuat nya sadar. Jika sekarang dia bukan lah Kiara tapi seorang kakak yang tak ia kenali.

Sabrina melihat Kayla sedikit familiar. Ia baru tau jika didepan nya adalah Kiara gadis yang sering Jovita ceritakan bahkan ia juga baru ingat jika Kayla yang menolong nya dari sekapan itu.

"Kakak, kak Kayla kan temen nya kak Aleora yang nyelamatain Sabrina?" Tanya Sabrina dengan senang dan memeluk Kayla begitu saja.

"Makasih kak. Makasih udah nyelamatain Sabrina. Kalau kak Kia bangun dan tau kalau kakak nyelamatain aku. Kak Kia akan mengucapakan hal yang sama bahkan mungkin akan mengganggap kakak sebagai teman baru nya" ujar Sabrina membuat Kayla kembali menangis.

Kedua tangan nya perlahan ia angkat kan untuk membalas pelukan Sabrina. Tapi ketika hendak membalas Sabrina sudah melepaskan pelukan.

"Kalau ngga ada kakak mungkin Sabrina ngga bisa ada di sini" ucap Sabrina yang terus mengucap terima kasih pada Kayla.

Sedangkan Kayla terus saja memperhatikan Sabrina tanpa henti, ia sangat senang dan sangat merindukan adiknya ini.

Jika seandainya ia bisa ia ingin mengetakan jika di depan nya sekarang adalah kakak nya mungkin Sabrina akan sangat senang dan memeluk nya kembali.

Air mata Kayla kembali lolos. Sabrina yang melihat nya pun melap air mata di wajah Kayla sambil tersenyum.

"Kakak kenapa nangis?" Tanya Sabrina.

Kayla diam "Apa kakak ngerasain sakit?" Tanya Sabrina kembali sambil melirik seluruh tubuh Kayla.

Darah. Sabrina melihat bekas darah dari tangan Kayla. "Kak, tangan kakak" ujar Sabrina yang menarik Kayla masuk kedalam ruangan Kiara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K or KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang