Naya dan kedua adiknya baru saja selesai makan siang. Naya membereskan dan membersihkan semuanya, lalu beristirahat sebentar.
[TING!!!].
[Tuan, sekarang sudah pukul 12.30].
"Oh, okay. Aku bakal siap-siap sekarang" ucap Naya.
Hanya 5 menit waktu yang dibutuhkan Naya untuk bersiap.
"Jo, Jasmine. Kakak pamit keluar bentar ya?" ucap Naya.
"Ehh, kakak mau kemana?" tanya Jasmine.
"Kakak mau ke toko emas bentar, nggak lama kok. Nggak apa-apa kan kalau kakak tinggal bentar?" ucap Naya.
"Nggak apa-apa kak" jawab keduanya.
"Kalian jangan nakal ya. Oh iya, ada puding mangga di kulkas, kalau kalian pengen makan langsung ambil aja" ucap Naya.
"Iya kak" sahut keduanya.
"Yaudah, kalau gitu kakak pergi dulu" pamit Naya.
"Iya kak, hati-hati di jalan kak" ucap Joshua. Naya hanya tersenyum menanggapi.
Ia pergi menggunakan motor matic miliknya.
Ia sampai di jalan Pattimura, pada pukul 12.45.
'Tem, yang mana tokonya?' tanya Naya menggunakan pikirannya.
Ia melihat beberapa toko emas yang berjejer, ia tidak tahu toko emas mana yang akan terjadi perampokan.
[Toko emas yang pintunya berwarna biru itu Tuan].
Melihat itu, Naya tidak heran kenapa toko emas itu menjadi sasaran perampokan. Toko emasnya sangat besar, di bandingkan dengan toko-toko lainnya, pantas saja.
Naya memarkirkan motornya, lalu masuk kedalam tokonya. Naya menyapa pak satpam yang menjaga keamanan toko emas itu.
Naya melihat berbagai emas yang terpajang. Ada kalung, gelang, cincin dan anting, dari berbagai ukuran dan beratnya.
Naya hanya melihat-lihat, tidak berniat membeli. Lagian dia ke toko itu untuk menyelesaikan misi utamanya.
Tiba-tiba terdengar keributan dari luar toko.
[TING!!!].
[Tuan, perampoknya telah tiba].
"Okay, aku mengerti" ucap Naya. Ia sedikit gugup, ini pertama kali baginya menghadapi perampok.
Naya langsung pergi menuju ke toilet. Untuk sementara menyembunyikan diri.
"Tem, tolong beritahukan hal ini pada polisi setempat, dan laporkan situasi saat ini. Minta mereka untuk segera datang" ucap Naya.
[Baik Tuan].
Naya bisa saja menelpon polisi sebelum kejadian, tapi tidak masuk akal rasanya, kalau langsung menelpon polisi sebelum terjadi perampokan. Bisa-bisa ia dicurigai sebagai satu komplotan lagi.
Setelah ia merasa sudah cukup lama berada di toilet, Naya keluar dari toilet dan bergabung dengan pengunjung lainnya.
Para perampok itu berjumlah 6 orang mereka mengenakan pakaian berwarna hitam, dengan topeng kain yang menutup wajah mereka seluruhnya, hanya menyisakan mata dan bibirnya saja. Mereka juga membawa senjata, seperti pisau dan pistol, ada tas besar berwarna hitam, sepertinya tas itu digunakan untuk menyimpan barang hasil rampokan.
Perampok itu berhasil melumpuhkan pak satpam.
"Angkat tangan, jangan ada yang bergerak" ucap salah satu dari perampok itu.
Semua pengunjung ketakutan. Para perampok mulai menuju etalase dan mengambil semua emas.
DOR
Sebuah tembakan dilayangkan di udara.
"AAAAA" teriak para pengunjung yang ketakutan.
"Jangan bergerak, apa kalian tuli? sekali lagi kalian bergerak, ku tembak sampe mati" ucap salah satu perampok.
"Cepat, ambil emas dan semua uangnya".
"Mama...hiks...hiks...mama...hiks" ada seorang anak perempuan yang menangis didekat pot bunga mencari Ibunya.
Semua pengunjung menahan napas mendengar tangis anak perempuan itu, mereka takut anak perempuan itu akan di tembak oleh perampok.
"Nak, berhentilah menangis. Aku akan membantumu mencari Ibu mu" pria paruh baya yang berada disamping anak perempuan itu, mencoba untuk membujuk.
Bukannya berhenti, tangis anak perempuan itu semakin kencang, mengundang para perampok untuk melihat kearahnya. Anak perempuan itu berumur 5 tahun, ia tidak mengetahui situasi yang ia hadapi saat ini.
Naya yang melihat situasi yang semakin tegang, ia harus cepat bertindak. Awalnya ia ingin menunggu polisi datang terlebih dulu, tapi melihat situasi yang tidak memungkinkan, sepertinya ia harus segera melumpuhkan para perampok itu.
Salah satu perampok menuju kearah anak perempuan yang sejak tadi menangis itu.
"Diam kan dia, jika tidak, aku akan membunuhnya".
"Ba..baik" jawab pria paruh baya itu, gugup.
"Nak, berhentilah menangis" bujuk pria paruh baya itu.
"Huaaa...hiks...hiks...mau mama" tangis anak perempuan itu semakin kencang.
"DIAM" teriak salah satu perampok, ia langsung menodong moncong pistolnya ke kening anak perempuan itu.
"Kalau kau tidak diam sekarang, akan kubuat kau diam selamanya".
Anak perempuan itu diam mematung, ia ketakutan. Semua orang berpikir bahwa anak perempuan itu tidak akan menangis lagi.
Siapa sangka.
"Hiks...hiks...huaaaaa...mama...hiks...mau mama...huaaaa" tangis anak perempuan itu lebih kencang lagi."Sialan" geram perampok itu, ia akan menarik pelatuknya, untuk membunuh anak perempuan itu.
"Akh" teriak perampok itu kesakitan.
"Siapa yang berani melawan?" tanyanya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenaya dan Sistem
FantasyQueenaya Alexandria Gadis cantik yang berumur 17 tahun, duduk dibangku 3 SMA. Gadis yatim piatu yang tinggal sendirian, disebuah rumah sewaan. Karena ingin menyelamatkan seekor kucing, ia terpaksa meregang nyawa. Naya berpikir bahwa ia telah berada...