JESSENIA HAZEL POV
Aku melangkah ke unit ku, setelah kembali dari pertemuan ku tadi. Setiap kalimat yang diucapkan olehnya, berputar dalam isi kepalaku, membuat kepala ku, ikut berdenyut. Namun, aku mencoba menenangkan pikiran ku sebentar, dan segera membuka pintu unitku. Tapi, aku terkejut saat koper milik Ayra berada di depan pintu masuk. Bahkan kini, dia melangkah keluar dari kamar dengan satu koper lainnya, "Ay, kamu mau kemana?" Ucapku
"Aku mau pulang"
Aku mengerutkan keningku dan meletakan tas serta melangkah mendekat ke arahnya, "Ada apa?"
Dia hanya menggelengkan kepalanya ke arahku. Tapi segera aku menggenggam tangannya dan mengusapnya lembut, "Aku ada salah?" tanyaku
Ayra terdiam sambil menunduk. Tubuhnya bergetar, dan perlahan aku dapat mendengar suara tangisannya. Aku meraih tubuhnya masuk ke dalam pelukanku, tapi dengan cepat dia mendorong tubuh ku, "Jangan sentuh aku"
"Ada apa?"
"Aku capek. aku benar-benar capek. Aku cuma mau pulang"
"Ay"
"Kak, aku menyerah. Demi Tuhan, aku menyerah"
Aku menatapnya bingung, "Kamu kenapa? Kasih tau aku"
Ayra bergerak menatapku, dan kini aku dapat melihat jelas wajahnya, wajah yang begitu hancur, bahkan mata yang begitu sembab. Aku tidak tau ada apa dengan gadis ini, karena aku juga bingung, "Ay" ucapku dan berusaha mengusap air matanya, namun Ayra menepis cepat tanganku.
"Kak, berbulan-bulan kita bersama. Aku mencintai kamu, aku memberikan semua yang aku punya, aku melayani kamu selayaknya sepasang kekasih, aku mengikuti semua keinginan kamu, aku mendengar setiap ucapan kamu. Bahkan aku menunggu hati kamu untuk ku, mau seberapa lama pun itu, aku siap. Tapi aku rasa, semua percuma kak. Di saat aku berjuang, di saat aku menunjukan betapa besarnya cintaku pada kamu, kamu malah memilih tetap menyimpan semua tentang Erin, dibelakang ku"
Mendengar itu, aku terkejut setengah mati. Mata ku lalu terarah ke kamar tempat aku menyimpan segalanya tentang Erin. Dan di saat ku lihat pintu itu terbuka, spontan aku memejamkan kedua mataku, serta menggigit bibir bawahku. Sungguh dalam detik ini juga, aku merutuki kebodohan ku.
"Apa gunanya aku berdiri di depan pintu, kalau pada akhirnya kamu sendiri tidak mencoba membuka sedikit saja pintu untuk ku masuk? Kamu mengerti maksud ku bukan?"
Aku mengangguk padanya, kemudian menatapnya dengan begitu serius, "Ay, kita bicara baik-baik ya"
"Gak kak, cukup! Aku menyerah. Dari awal, seharusnya aku tau diri, aku akan tetap kalah dengannya. Bahkan aku sudah kalah sebelum aku berperang. Tapi karena aku yang terlalu bodoh, aku malah tetap bertahan"
"Aku minta maaf"
"Hanya itukah yang kamu bisa ucapkan? Maaf mu, gak akan bisa menyembuhkan luka di hati ku. Tapi sebagai manusia yang baik, aku memaafkan semua salahmu. Aku tidak memiliki dendam untuk kamu, namun aku memiliki benci untuk kamu. Mari, kita akhiri hubungan kita, dan lupakan semua yang terjadi antara kita"
Aku terdiam, hati ku tiba-tiba terasa sangat sakit. Aku bersalah, bersalah karena terlalu menariknya masuk ke dalam hubungan ku dan Erin. Padahal, dia begitu tulus mencintai ku.
"Aku pamit" ucapnya dan melangkah pergi, hingga dia mencapai pintu unit.
"Terima kasih untuk delapan bulan kita bersama Ay, dengan semua yang kamu berikan, mungkin aku gak bisa membalasnya. Aku minta maaf, beribu maaf untuk salah ku. Kamu baik, kamu sangat baik. Kamu pasti menemukan orang tepat, untuk berada di sampingmu"

YOU ARE READING
Ignosce
Teen FictionMenjadi model terkenal, membuat mereka terpaksa menyembunyikan rapat hubungan mereka agar tidak di ketahui publik. Hubungan keduanya bermula atas dasar kemauan orang tua masing-masing. Namun, Ayra Khalessi ternyata diam-diam telah jatuh cinta pada...