BAB#57

1K 76 0
                                    

AYRA KHALESSI POV

Tiba di Jakarta di malam ini, aku dan mbak Maya segera melaju menuju kediaman kekasih ku. Awalnya aku kesal, karena tiket yang tersisa hanya untuk penerbangan malam saja. Tapi, lebih baik begini, dari pada aku harus menunggu besok.

Sepanjang perjalan, aku hanya bisa bersandar, dan menatap ke arah luar jendela, mengingat setiap memori indah antara aku dan papa Niel. Mungkin benar, pertemuan kami hanya terjadi beberapa kali saja, tapi sejak hadirnya beliau, aku benar-benar merasakan hadirnya sosok papa.

Berselang beberapa menit, mobil mbak Maya berhenti tak jauh dari rumah kekasih ku. Dan tanpa mempedulikan wartawan yang masih setia berada di sana, aku dan mbak Maya segera bergerak turun dari mobil, lalu melangkah ke arah rumah kak Jess.

Aku dan mbak Maya melangkah, serta melewati para wartawan, yang sudah menyerang ku dengan berbagai pertanyaan.

Masuk ke dalam rumah, aku mendekat ke arah peti papa, dan kembali air mata ku mengalir. Mama yang juga berada di sana, menarik ku masuk dalam pelukannya. Aku bahkan tidak peduli untuk tatapan membingungkan dari orang-orang yang mungkin saat ini melihat ke arah ku. Apapun yang mereka pikirkan, biarkan saja itu tertanam dalam pemikiran mereka.

Mama melepaskan pelukan ku, lalu aku beralih mendekat ke arah mama Lily dan memeluknya.

"Maafkan mama ya sayang"

Aku melepaskan pelukan kami, lalu menatapnya, "Ma, mama gak salah. Tuhan memiliki rencana terbaik di balik ini semua" ucapku

Mama Lily, lalu hanya menganggukkan kepalanya begitu pelan.

Aku beralih menatap kekasih ku, yang hanya duduk menunduk di dekat peti papa. Bahkan posisi itu, sudah sejak awal kedatangan ku. Rasanya, aku ingin segera memeluknya, memberikan kekuatan untuk dia. Tapi, keadaan tidak bisa di paksakan. Saat ini, semua mata tertuju pada kami. Meskipun wartawan berdiri dari luar rumah, namun kamera-kamera mereka, masih bisa dapat memantau keadaan dari dalam rumah. Maka dari itu, jika kami bergerak sedikit saja, sudah di pastikan itu akan menimbulkan masalah baru.

Aku lalu bergerak duduk di dekat mama, dan tak lama ku lihat kekasih ku mengangkat kepalanya, merubah posisi duduknya dan menatap ke arahku serta tersenyum.

"Antar mama ke toilet"

Aku spontan menggenggam tangan mama, lalu beranjak mengantarkan mama menuju toilet.

"Tunggu mama di sini sayang"

Bergeraknya mama ke dalam, membuat aku hanya diam mematung di depan pintu toilet. Namun, tak lama ku lihat kekasih ku melangkah mendekat ke arahku. Dan tanpa menunggu lama, dia memeluk ku, begitu erat, bahkan dia mulai menangis.

"Sayang, bagaimana aku menghadapi ini semua? Salah satu tiang penyanggah ku, telah pergi meninggalkan ku"

Aku terus mengusap punggungnya, tanpa mengucapkan kalimat apapun. Aku membiarkan dia mengeluarkan rasa sakit yang dia rasakan. Karena aku tau, kekasih ku hanya terlihat kuat di depan saja, namun pada kenyataannya, dia begitu hancur menerima ini semua.

Tak lama, pintu toilet terbuka. Dan mama melewati kami begitu saja.

Mulai merasa tenang, dia bergerak menarik dirinya dari pelukan kami, lalu dia menatapku, "Sayang sudah makan?" tanya kekasihku

Aku melirik arloji di tanganku, dan terlihat waktu sudah menunjukan jam sembilan malam, "Belum sayang, kamu sudah makan?" Ucapku

Tanpa menjawab ku, dia menarik ku, masuk ke ruang makan, dan ku lihat mbak Livy dan seorang wanita, sementara duduk di sana. Lalu saat melihat kedatangan kami, mereka beranjak berdiri dari duduk mereka.

IgnosceWhere stories live. Discover now