AUTHOR POV
Ayra kembali keluar dari kamar miliknya, dan berlari turun dari tangga, dengan terus di ikuti Jessenia, yang terus memanggil nama Ayra. Namun seolah tidak mendengar panggilan itu, Ayra lebih melangkah selebar mungkin, hingga mencapai mobil miliknya.
Hendak membuka pintu mobil, Jessenia segera menahan tangan Ayra.
"Mau sampai kapan kita kayak gini?" Tanya Jessenia lembut
"Sampai kamu pergi dari sini"
"Ay, aku gak mau kamu kayak gini"
"Kalau begitu, ya pergi. Kamu pikir dengan kamu kayak gini, kamu akan memenangkan hati ku?"
"Aku sudah bilang, apapun hasil akhirnya, aku siap. Sekalipun aku gak berhasil Ay. Tapi setidaknya, kasih aku kesempatan"
Ayra bergerak melepaskan tangannya dengan begitu kasar dari tangan Jessenia, dan mendorong Jessenia. Namun Jessenia juga tidak berhenti, sampai-sampai karena merasa kesal, Ayra segera menggigit lengan Jessenia.
"Aw"
"Stop pegang-pegang!"
"Ay" panggil Jessenia dengan begitu lembut, sambil mengusap lengannya yang terasa sakit, akibat gigitan Ayra.
"Stop panggil-panggil. Aku gak suka nama ku di sebutkan oleh orang kayak kamu" ucap Ayra
Mendengar pertengkaran di depan rumah, membuat mbak Livy, berlari keluar ke halaman rumah. Dan saat melihat mbak Livy, Ayra segera melambai ke mbak Livy untuk semakin mendekat, "Mbak, minta dia pergi dari hadapanku, bila perlu dari rumah ku ini" ucap Ayra ke mbak Livy, meskipun mbak Livy tidak berani melakukan itu.
Jessenia terdiam dengan hanya menatap Ayra dalam kesedihannya yang kini dia rasakan, sedangkan Ayra menatap Jessenia dengan penuh kebencian.
Ayra tersenyum sinis ke arah Jessenia dan segera masuk ke mobil lalu perlahan keluar dari halaman rumah. Tak hentinya terus menatap mobil yang di kendarai Ayra, Jessenia terus berdiri di sana, hingga mobil Ayra tidak lagi terlihat.
"Mbak"
Jessenia menganggukkan kepalanya ke arah mbak Livy, lalu tersenyum, "Aku gak apa-apa mbak"
"Perlahan mbak Ayra juga pasti luluh"
"Iya mbak. Terima kasih ya"
"Sama-sama mbak"
Kembali masuk ke dalam rumah, Jessenia naik ke lantai dua menuju kamar Ayra, kemudian mengambil tas miliknya, serta menelpon pak Soni untuk menjemputnya untuk mengantarkannya ke restoran. Karena, dia ingin mengalihkan pikirannya dari ini semua.
Sementara itu, Ayra yang kini berada di mobil, hanya terdiam dan terus fokus ke jalanan di depannya. Dia kembali melaju menembus jalanan Jakarta, menuju rumah Lyra.
Tiba di rumah Lyra, Ayra segera masuk ke rumah sahabatnya itu, lalu nampak di depan matanya, dia melihat Juno dan Lyra sementara menonton televisi. Ayra lantas melangkah dekat ke arah keduanya, kemudian duduk dengan wajah yang begitu sulit di artikan oleh Juno dan Lyra.
"Ay, ada yang ketinggalan?" tanya Lyra
"Gak, malas di rumah"
Juno yang melihat itu, lantas menatap Ayra, "Mau sampai kapan kamu kayak gini?" Tanya Juno
Ayra mengangkat ke dua pundaknya, seolah tidak tau. Dia mengeluarkan hp miliknya, lalu mengotak atik hp itu, membuka satu persatu aplikasi yang ada di sana.
"Ay, maaf. Tapi delapan bulan kalian bersama, dia memang bersikap dingin dengan mu. Tapi, tidak sekalipun dia kasar terhadap kamu" ucap Juno
Ayra menatap Juno dan menaikan sebelah alisnya"Hah? Gak kasar? Dia aja marah-marah pas aku bawa mobil kan?"

YOU ARE READING
Ignosce
Teen FictionMenjadi model terkenal, membuat mereka terpaksa menyembunyikan rapat hubungan mereka agar tidak di ketahui publik. Hubungan keduanya bermula atas dasar kemauan orang tua masing-masing. Namun, Ayra Khalessi ternyata diam-diam telah jatuh cinta pada...