2. Berdine Family

14.6K 809 3
                                    

BRAKKK!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRAKKK!!!

Agnesia kaget pintu kamarnya di buka dengan kencang. Dan tiba-tiba tubuhnya dipeluk dengan erat oleh seseorang.

"Sayang kamu sudah sadar, terima kasih kamu sudah kembali nak." Ternyata Grand Duke Berdine yang memeluknya. Agnesia merentangkan tangannya untuk memeluk pria yang sekarang sudah menjadi ayahnya juga.

Agnesia mengedarkan pandangan mengelilingi kamarnya, meneliti orang-orang yang mengerubunginya. Seorang wanita dengan surai putih dan mata violet mendekatinya dan langsung memeluk Agnesia dengan erat dan menangis terharu.

"Cia anak ibu, Akhirnya kamu bangun sayang maafkan ibu yang tidak bisa menjagamu dengan baik, ibu sangat merindukan Cia." Berarti Agnesia biasa dipanggil Cia oleh keluarganya.

"Iya ibu, Cia juga merindukan kalian. Ayah, ibu dan kakak-kakak maafkan cia yang tidak bisa menjaga diri." Ibu melepaskan pelukannya dan mengusap kepala agnesia dengan lembut.

Dua orang pria muda mendekati Agnesia dan bergantian memeluknya dengan erat. Satu pria dengan surai kuning keemasan dan mata berwarna biru yang memeluk Agnesia lebih dulu.

"Cia jangan seperti ini lagi ya sayang, kakak takut Cia pergi." Rasanya aneh melihat pria dengan wajah yang dingin dan tegas menangis di dekapannya. Kakak pertamanya Agathias sangat mirip dengan Grand Duke.

"Gantian kak." Ucap seorang pria dengan surai yang sama dengan kakak pertama dan ayahnya namun dengan warna mata violet sama dengan dia dan ibunya. Kakak keduanya Adolf, bergantian memeluknya.

"Ciaku sayang akhirnya kamu bangun, kakak sangat-sangat merindukanmu, sejak kamu tertidur tidak ada yang bisa kakak ajak bertengkar, kakak pertama tidak seru dia tidak pernah membalas jika kakak ajak bertengkar, sedangkan adik kecil dia langsung menangis, benar-benar tidak seru." Agathias dan Grand Duke hanya mendengus saat mendengar Adolf merengek sedangkan Grand Duchess dan Agnesia hanya bisa terkekeh geli.

"Kak Cia aku juga mau peluk kakak." Agnesia melepaskan pelukan kakak keduanya dan langsung memusatkan pandangannya pada bocil pria yang berdiri di samping ibunya. Adiknya Athan sangat menggemaskan pipinya seperti bakpao merah merona dengan surai putih dan iris mata sebiru lautan, Agnesia langsung menyuruh adiknya untuk mendekat.

"Sini sayang katanya Athan mau peluk kakak."
Adiknya mendekat dan berdiri di samping tempat tidurnya. Agnesia langsung mengangkat Athan dengan mudah dan memangkunya.

"Kak Cia jangan cakit lagi ya, Atan cedih kalo liat kakak cakit, kakak halus temenin atan main, kakak halus celalu cehat, atan cayang cama kakak." Bocah kecil itu menangis seraya memeluknya dengan erat, Agnesia tertawa dan mengecup kepala adiknya dengan sayang. Benar-benar menggemaskan.

"Kamu dengar kan sayang apa yang adikmu bilang, kak Cianya nggak boleh sakit lagi." Ibu duduk disampingku sambil mengelus rambutku dengan lembut.

Agnesia tersenyum dan menganggukan kepalanya. Dia jadi teringat papahnya apakah pria itu sedih saat mendengar kabar kematiannya? Agnes hanya bisa berdoa semoga papahnya selalu bahagia walau tanpa Agnes di hidupnya.

Lady AmethystTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang