09

2.8K 286 27
                                    

Chapter - 09

Siang itu Arva kembali menjemput Disha di kantornya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu Arva kembali menjemput Disha di kantornya. Seminggu yang lalu keduanya sudah bertemu dengan pihak WO. Hari ini mereka akan mengunjungi butik untuk mengukur badan untuk gaun dan tuksedo. Selama ini Disha tidak punya keinginan tertentu untuk pesta pernikahannya, karena ia sendiri memang tidak menaruh harap besar pada pernikahan ini. Ia sendiri sudah membayangkan jika Arva akan menceraikannya setelah masing-masing tujuan mereka tercapai melalui pernikahan ini. Jadi tidak ada keinginan spesifik terkait dream wedding. Tapi kali ini Disha memiliki sesuatu yang diinginkannya. Setidaknya sesuatu yang bisa dikenangnya dalam pernikahan ini.

Kali ini Arva menjemputnya sampai ke ruangannya berada. Disha sedikit terkejut mendapati Geya masuk ke ruangannya dan menemukan pria itu mengekor di belakang tubuh asistennya.

"Kamu selalu tepat waktu seperti biasanya." Komentar Disha, bahkan ini baru sepuluh menit sejak jam makan siang di kantornya di mulai. Tapi Arva sudah berdiri di hadapannya sekarang.

Perempuan itu membersihkan mejanya. Meletakkan beberapa berkas pada desktop organizer dan mematikan komputernya. Disha menjauh dari mejanya dan melangkah menuju sofa yang ada di tengah ruangan. Meraih sebuah tas kertas berukuran sedang.

"Apa itu?"

"Gaun pengantin mamiku dulu. Aku mau mereka membuat yang kurang lebih sama"

Arva mengangguk mengerti. Laki-laki itu mengulurkan tangan dan meraih tas kertas yang dibawa Disha, menjadikan tas berisi gaun itu berpindah ke tangannya.

"Ayo"

Disha tidak banyak bertanya dan membiarkan laki-laki itu membawa barang bawaannya. Perempuan itu mengikuti langkah Arva yang sudah berjalan terlebih dahulu menuju pintu ruangannya. Seminggu ini mereka menjadi lebih dekat daripada yang bisa dibayangkan sebelumnya. Beberapa kali bertukar pesan. Pesan-pesan itu memang kebanyakan berisi tentang acara pernikahan mereka. Siapa sangka mereka memang seperti pasangan yang benar-benar sedang menyiapkan pernikahan impian.

Mereka berjalan beriringan menuju tempat parkir. Beberapa karyawan Asara yang mereka lewati berbisik betapa serasinya kedua orang itu. Disha melirik sekilas pada Arva, siapa tahu laki-laki itu sedang mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah agar matanya dapat menangkap sosok yang mungkin ingin ditemuinya. Tapi Disha salah. Bola mata pria itu lurus ke depan. Tidak jelalatan kemana pun. Disha sempat mengira jika laki-laki ini sampai-sampai naik ke lantai ruangannya untuk meningkatkan kemungkinan bertemu dengan (mantan) kekasihnya. Sepertinya dia terlalu berburuk sangka. Hanya saja dirinya bertanya-tanya bagaimana Arva bisa langsung abai kepada Binar. Bukankah mereka menjalani hubungan selama bertahun-tahun.

Ah ya sudahlah itu urusan mereka.

Mereka sampai di butik dan disambut oleh asisten designer yang bekerja di sana. Perempuan yang mengenalkan dirinya sebagai Rissa itu membimbing mereka menuju sebuah ruangan. Di dalam ruangan tersebut ada beberapa gaun yang terpajang. Tidak hanya ada warna putih, ada beberapa warna lain.

Mengikat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang