05 (21+)

988 5 0
                                    

Veccia sempat berhenti menarik udara ke dalam paru-parunya, saat posisi dari Orlanzzo Williams tambah dekat saja. Tepatnya, semakin menindih dirinya.

Tubub merinding, manakala tatapan Orlanzzo mulai berpindah dari wajah kian turun hingga ke titik yang paling sensitif. Sorot mata pria itu intens.

"Berapa usiamu sekarang? Apa masih di bawah dua puluh lima tahun, hmm?"

Pertanyaan diajukan oleh Orlanzzo pun didengar jelas. Ingin dibalas nanti saja. Namun saat, pria itu menatapnya lagi, maka kepala langsung menggeleng.

"Sungguh? Aku kira kau berusia masih dua puluh tahun, ternyata tidak, ya."

"Lalu, berapa umurmu, Miss Veccia?"

"Tahun ini, akan dua puluh tujuh," ujar Veccia dengan suara pelan. Pengaruh dari rasa gugup semakin besar.

"Sudah tidak muda lagi. Tapi, kau punya wajah masih seperti anak remaja."

"Ah, mungkin karena kau belum juga melepaskan kegadisanmu dengan cara tidur bersama seorang pria."

Veccia diam. Tak menanggapi. Ia merasa memberikan komentar atas perkataan Orlanzzo, bukan sebuah kewajiban.

Malahan, dalam ucapan pria itu, seperti terkandung makna tersembunyi. Hanya saja, dirinya tidak bisa menerjemahkan dengan bagus. Bahkan, memahami pun tidak mampu mengenai bahasan apa.

"Apa kau pernah memuaskan dirimu?"

"Misalnya dengan apa?" Veccia segera menanggapi. Bertanya balik karena ia tidak mengerti pertanyaan Orlanzzo.

"Misal memuaskan diri dengan cara mastrubasi. Atau kau menyewa seorang pria untuk memuaskanmu di ranjang."

Veccia menggeleng pelan. "Keduanya tidak pernah. Mastrubasi atau menyewa pria di klub. Belum pernah."

"Wah, benarkah? Ini mengejutkanku. Pertama kali bagiku, bertemu wanita yang tidak ada pengalaman seks."

"Apakah kau punya kelainan seksual, ya, Miss Veccia? Betul bukan?"

Veccia tersinggung. Ia segera memberi balasan dengan kepala digelengkannya keras, beberapa kali. Tatapan kian tajam pada sosok Orlanzzo yang menyeringai.

"Aku tidak punya kelainan seksual apa pun. Jangan menuduh sembarangan."

"Dan, kalau kau penasaran kenapa aku tidak pernah mastrubasi atau bermain dengan pria, itu karena aku ...."

"Aku sejak kecil sampai lulus kuliah, hidup di Timur Tengah. Aku mengikuti semua budaya berlaku di sana."

"Ah, itu alasannya? Bisa aku terima. Kau terlihat menjaga kormatanmu."

"Tapi  apa kau peka dan bisa merasakan rangsangan, Miss Veccia?"

"Rangsangan seperti apa kau maksud? Apa seperti tadi? Kau masukkan jarimu ke sini?" tanya Veccia seraya arahkan pandangan ke organ intimnya.

Hanya sebentar. Lalu, kembali ditatap pria itu yang sudah angguk-anggukan kepala, tanda mengiyakan pertanyaan diajukan olehnya beberapa detik lalu.

"Aku rasa aku peka." Veccia menjawab tanpa nada keraguan sama sekali.

"Kau siap dipuaskan pertama kali? Aku tertantang membuatmu orgasme, Miss Veccia. Apakah mudah akan susah."

Ingin disahuti ucapan Orlanzzo, namun mulut terbungkam dengan bibir pria itu. Dirinya mendapatkan ciuman.

Aksi Orlanzzo jelas menyebabkannya diserang ketegangan teramat besar. Tapi hanya mampu diam, tak melawan.

"Nikmati saja apa pun yang akan aku berikan. Aku jamin kau akan suka."

Sedetik selepas berbisik, mulut Orlanzzo turun dari telinga ke dada Veccia. Dua tangan memijat lembut masing-masing payudara. Menciptakan rangsangan.

Tak lupa, lidah dan mulut digunakan untuk mengulum puting merah muda kedua buah dada Veccia, satu demi satu dimanjakan. Gerakan pun menggoda.

Napas berat yang diperlihatkan wanita itu, sudah membuktikan jika aksinya sukses. Namun, belum bisa datangkan klimaks perdana untuk Veccia.

Harus menambah intensitas serangan. Dan, menyasar ke organ intim wanita itu demi bisa mencapai orgasme.

Jelas segera dilakukan.

Kaki-kaki jenjang Veccia pun semakin dilebarkan agar memudahkan aksi. Ia memasukkan dua jemari ke selubung hangat wanita itu yang terasa sempit.

Barulah lidah serta mulut menyusul. Ia bergerak pelan awalnya. Lalu, berubah lebih cepat supaya tujuan bisa segera dituntaskan. Waktunya terbatas.

Butuh hingga lima menit sampai dirinya berhasil membawa klimaks pertama kali bagi Veccia. Tubuh wanita itu pun bergetar dan sempat menjerit sebentar.

"Kau puas bukan, Miss Veccia? Kau suka dengan orgasme pertamamu?"

DEWASA II [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang