Bagian 40

2.2K 146 17
                                    


Kalo kamu udah berhasil sampe ke chapter ini terimakasih, kamu keren! It's gonna be sad and traumatic chapter, it might be trigger you. So, please stop if you scare.




















Pagi hari seperti biasa, Noa bangun lebih dulu daripada Joshua, ia memandangi suaminya yang masih tertidur pulas. Seperti apa yang di katakannya pada Helga kemarin, Noa akan memberitahu Joshua prihal kehamilannya pagi itu, Noa akan memberikan kabar gembira yang pasti akan membuat Joshua bahagia. Dengan penuh harap ia berjalan ke arah kamar mandi, ia menaruh hasil testpacknya di sebuah tempat yang tak mungkin Joshua lihat.

Noa berdiri di depan kaca wastafel kamar mandinya, memandangi wajahnya sendiri yang terpantul pada cermin. Noa menghela napasnya ia tersenyum lebar membayangkan reaksi Joshua yang pasti akan sangat bahagia. Senyuman bulan sabit Joshua sudah terbayang dalam kepalanya, Noa rasa kabar itu akan membuat Joshua semangat untuk sembuh dan hal tersebut adalah tujuannya.

Anak mereka akan menjadi pemecut semangat Joshua, itu yang akan Noa tanamkan dalam kepalanya, ia menjauhkan bayangan ketakutan akan di tinggalkan. Apapun yang terjadi Joshua harus menemaninya hingga tua nanti.

Noa membuka pintu kamar mandi, ia masih melihat Joshua menutup matanya dengan tenang. Selimut menutupi tubuhnya hingga dada, kulit pucatnya terlihat sangat kentara karena memang sejak sakit Joshua seperti itu. Dengan jantung berdebar Noa berjalan menghampiri tempat tidur, tangannya terulur hendak membangunkan Joshua.

Namun Noa merasakan sesuatu yang sedikit tak biasa, tubuh Joshua terasa sangat dingin tak seperti biasanya.

"Mas ... Bangun ... " Ujar Noa, suaranya mulai gemetar saat tak ada respon padahal Joshua adalah sosok yang mudah terbangun hanya dengan suara sekecil apapun, "Mas ... " Noa mulai merasa sesuatu semakin aneh saat melihat perut Joshua tak lagi terlihat sedang memompa pernapasan layaknya seseorang yang tengah tertidur.

"Mas! Mas bangun! Mas!" Noa mulai panik dan mengguncangkan tubuh sang suami yang tak juga memberikan respon. Noa sadar sesuatu yang buruk terjadi ia tak lagi menahan suaranya, dengan tangisan yang keras Noa berteriak.

"MAS BANGUN, BUBU, PAPI TOLONG ... TOLONG .... " Noa berteriak sekencang mungkin ia tak pernah berteriak sekeras itu sebelumnya. Namun Joshua yang tak juga membuka mata membuat Noa berlaku di luar kendali.

Tak lama, Tyana Jaren dan Marko menghampiri Noa yang sudah histeris sembari menggenggam tangan Joshua. Suaminya benar-benar tidak bangun, Joshua tidak membuka matanya.

"Kenapa-- Joshua! Joshua bangun! Marko ..." Jaren menghela napasnya, "panggil dokter Kamala."Jaren mengguncang tubuh sang putra, sementara Tyana terdiam di sisian ranjang putranya, ia tak bicara namun nalurinya seolah tahu jika sesuatu sangat buruk terjadi.

"Pi, Adek gak di bawa ke rumah sakit--"

"TELPON SEKARANG MARKO!"

Melihat ayahnya yang selalu tenang berteriak Marko akhirnya menurut. Ia keluar dari kamar dan menelpon dokter keluarga itu.

"BUBU MAS JOSHUA GAK BANGUN BU, MAS JOSHUA GAK MAU BANGUN," Noa berteriak dengan keras sembari terus mengguncangkan tubuh suaminya.

Tyana masih tak bicara namun air matanya terus menetes, respon tubuhnya berbeda dengan Noa, ia benar-benar terkejut hingga tubuhnya seolah mati rasa, Tyana meraih Noa dan memeluknya, pria itu tak dapat mengucapkan kata-kata harapan untuk menenangkan sang menantu. Itu mimpi buruk yang tak mungkin Tyana balut dengan harapan yang palsu.

Tyana tahu jika putranya sudah tiada, hanya saja ia ingin memastikan jika dugaannya tak salah, begitupun dengan suaminya yang selalu terlihat kuat mulai meneteskan air mata.

"Sayang ... Tenang ... Tenang ... " Tyana terus mendekap tubuh Noa yang histeris mencoba membangunkan Joshua dengan berbagai cara.





Hingga tak lama dokter Kamala tiba, wanita itu meminta ruang untuk memeriksa keadaan Joshua. Memeriksa detak jantung, nadi bahkan pernapasan melalui hidung yang sudah tak lagi terasa. Dokter itu berdiri menjauh beberapa langkah demi mengabarkan berita duka.

"Joshua Mahendra, dua puluh lima tahun, meninggal dunia, rabu, pukul tujuh tiga puluh pagi."






























Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang