Bagian 42

3.9K 223 20
                                    
















Sungguh, Noa pikir ia sedang bermimpi ia pikir esok harinya ia akan terbangun dengan tangisan haru melihat suaminya berada di sampingnya saat ia membuka mata, namun pada kenyataannya tidak, tidak ada Joshua di sana hanya Marko, Helga dan Babanya yang berada dalam kamar menemaninya menangis semalaman, bermalam-malam bahkan saat ia memejamkan mata dan berdoa pada Tuhan meminta keajaiban.

Namun yang Noa dapati ia tetap di sana, menangisi kepergian sang suami bahkan Noa tidak ingat bagaimana wujud Joshua dalam peti mati.

"Mas Joshua pake suit yang mana?"

Pertanyaan pertama Noa saat memulai penerimaan dalam kenyataan menyakitkan yang di alaminya. Helga yang setia menemani sang sahabat menggenggam tangan Noa, ia mengusapi punggung tangan sang pria manis dengan lembut.

"You want to see him?" Tanya Helga karena sejujurnya Helga menyimpan foto Joshua yang berada dalam peti jenazah sebelum Joshua di kebumikan.

Noa mengangguk, ia mengusap air mata yang tak henti meleleh di dua minggu pasca kepergian Joshua. Noa belum mengunjungi pemakaman karena kondisinya masih lemah dan ia tak ingin bayinya mengalami sesuatu yang buruk karena keegoisannya. Ia mencoba bersabar mengikuti saran Dokter Kamala yang memintanya untuk bed rest.

Helga mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah foto yang ia potret dengan sangat baik, Noa meraih ponsel itu dan saat melihat sosok Joshua yang terlihat seperti pangeran tidur seketika tangisnya pecah. Joshua mengenakan suit berwarna putih dengan dasi pita yang di kenakannya pada hari pernikahan mereka.

Tangan gemetarnya mengusap layar ponsel Helga, "i'm sorry, i'm so sorry Mas, i'm sorry," Noa tak henti meminta maaf ia bahkan memeluk ponsel Helga seolah itu adalah sosok Joshua. Noa baru benar-benar sadar jika suaminya telah pergi.


















"Is he sleep?" Tanya Marko saat Helga keluar dari dalam kamar.

Helga mengangguk, ia lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding bersama kekasihnya, mereka bergenggaman tangan untuk saling menguatkan.

"It's hard for me, walaupun aku tau endingnya begini tapi aku gak nyangka kalo akan secepat ini," Ujar Helga memejamkan mata. Kepalanya pusing ia merasa terlalu banyak menangis.

"Maaf, aku harusnya gak biarin ini semua terjadi ke Noa. Babe, i'm so sorry for everything Noa through because of Joshua."

"No need to sorry, Kak, at least Joshua ninggalin sesuatu buat Noa, his kid might be his new reason to live."

"You right," Marko menghela napasnya. Bubunya juga masih dalam keadaan yang tak baik, Tyana belum mau keluar dari dalam kamarnya sejak kepergian Joshua. Ia hanya berdiam di dalam kamar walaupun Jaren sudah melakukan berbagai cara nyatanya kepergian putra bungsunya merupakan sebuah pukulan telak.

"How about Bubu? Papi udah lakuin apa biar Bubu bisa ngerasa lebih baik?"

"I dont know, kondisi Bubu gak lebih baik dari Noa, kerjaannya juga terbengkalai, everything make me scared Babe, aku takut keluargaku hancur karena kepergian Joshua."

"That's not gonna happen, Papi gak mungkin biarin itu terjadi. Lebih baik kita fokus buat recovery Bubu sama Noa dan bantu mereka buat ngerasa lebih baik setelah fase ini," Helga membalikan badan meminta Marko untuk menatap ke arahnya, "inget, i'm here for you, always."

Marko segera memeluk Helga, setelah mencoba menjadi paling kuat selama ini, setelah ia berusaha menjadi sosok yang paling dapat di andalkan dan menjadi sandaran dalam keluarganya setelah kepergian sang adik, akhirnya ia menangis tersedu dalam pelukan sang kekasih. Bagaimanapun Marko adalah seorang kakak yang baru saja kehilangan adiknya, ia terluka sama seperti yang lain dan Helga adalah satu-satunya orang yang mengerti kondisinya saat itu.



















Tbc ...





Kalian pernah kehilangan siapa di hidup kalian?

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang