Death

1.5K 144 8
                                    

Tanganku gemetar layar handphoneku, foto grace sedang diikat dengan luka dan darah di sekujur tubuhnya, dapat kulihat grace tak sadarkan diri. Dengan luka yang sebanyak itu, apakah grace sudah mati? Apa dia tidak akan selamat? Bayangan buruk pun mulai menghantuiku.

Dan sesuatu yang ku khawatirkan selama ini pun terjadi. Aku menangis, aku terduduk diam di lantai. kenapa harus grace? apa salahnya? Kenapa bukan aku saja? Sekarang aku benar benar takut akan terjadi hal serupa dengan rekan rekanku yang lain.

Aku tak mungkin bisa pulang dari sini dengan meninggalkan grace seperti itu, tapi apa yg bisa kuperbuat. Aku takut, sekarang bukan hanya tanganku yang gemetar melainkan seluruh tubuhku ikut gemetar. Apa yang harus lakukan untuk menolongnya?

Sebuah tangan menjulur ke arahku, dapat lihat siapa pemilik tangan ini, dave. Aku meraih tangannya dan dia pun membantuku untuk untuk berdiri. Kulihat dari raut wajahnya, dave sedang cemas melihatku.

Dave menatapku. "Ada apa?" Tanyanya. "Apa isi pesannya?"

Aku tak mampu menjawab pertanyaan dave, aku hanya terdiam.

"Apa isi pesannya?" Tanya dave lagi. "Kenapa lo malah diem?"

"Jeanne!" Aku tersentak, kulihat dave sedang menatap mataku.

Dengan perlahan aku jawab pertanyaan dave. "Grace."

Dengan cepat dave mengambil handphone milikku dan melihat isi pesan itu sendiri. Ku lihat wajah panik dari dave dan dia sekarang menatapku.

"Kenapa ini bisa terjadi?!"

"A-ku jug-a gak tau.."

"Kita harus cari grace, sekarang." Ucap dave dan aku pun perlahan mengganguk, tanda menyetujuinya. "Kita ngga ada waktu lagi, sebelum sesuatu yang lebih buruk menimpa grace."

"Sebenernya ada apa sih? Kenapa kalian panik gitu?" Tanya matt tak mengerti. "Ada apa sama grace?"

Dave memberikan handphoneku pada matt. "Lo liat sendiri." Dan matt pun mengambil handphoneku dari tangan dave. "Kita ngga ada waktu buat jelasin semua."

"Kita berangkat cari grace sekarang." Tegas dave

"Gua ambil persiapan sebentar." Ucap matt dan setelah beberapa menit pun ia kembali dengan membawa sebuah tas yang cukup besar. untuk apa dia membawa tas sebesar itu? dan apa isi di dalamnya aku tidak tau.

Aku, dave dan matt pun pergi untuk mencari grace. Kami memilih untuk berjalan kaki, daripada harus menggunakan mobil yang belum tentu bisa melewati pohon pohon besar di yang mengelilingi villa ini.

Kira kira dimana grace di sekap? Apa dia masih bisa bertahan? Semoga saja. Aku takut hal lebih buruk lagi menimpa grace, aku harap grace hidup karena aku membutuhkannya. Dia rekan sekaligus sahabat bagiku, dia mengerti tentang diriku.

Aku tak mau kehilangannya.

Sudah hampir dua jam kami mengelilingi hutan yang penuh dengan pohon pohon ini. Namun tak mendapatkan tanda tanda keberadaan grace sedikit pun. Grace kau ada dimana?

Tubuhku pun mulai merasa kelelahan, aku capek sekali. Mengitari hutan yang aku pun tak tau seberapa luasnya, tanpa istirahat sedari tadi walau hanya sekedar duduk duduk. Ya walaupun aku tau kalau kami memang tak ada waktu lagi, mungkin jika kami terlambat akan terjadi hal lebih buruk, Tapi aku terlalu capek.

"Haahh.. hahh.."

Dapat kudengar helaan nafas dari dave dan matt, yah aku juga bisa rasakan helaan nafas ku sendiri.

Dave mulai berhenti berjalan. "Kita duduk sebentar disitu." Ucapnya sambil menunjuk sebuah dahan besar. "Buat sekedar istirahat."

Aku pun menjawab nya dengan anggukan, yang berarti aku menyetujuinya. Aku juga tak tau tempat grace di sekap masih jauh atau sudah dekat, maka dari itu kami harus menyimpan tenaga.

Kulihat matt merogoh sesuatu dari tasnya.

"Lo ngapain?" Tanya dave pada matt, Kurasa dave memperhatikan matt sedari tadi. "Ngambil apa sih?"

"Air minum." Jawabnya singkat. "Ngga pada haus apa?"

"Aku mau satu." Pinta ku

"Tuh.." Ucap matt sambil melempar kan sebotol air mineral kepadaku. "Lo juga mau?" Tanya matt pada dave dan di balas anggukan.

"Gua kira apaan isi tas nya." Ucap dave setelah meneguk air mineral yang diberikan matt.

"Udah gua bilang persiapan."

"Kayak piknik." Ucapku.

"Kita bakal piknik beneran kalau grace udah di temuin dan kita bisa pulang dari sini." Ucap dave yang membuatku kembali ingat alasan kenapa kami mengitari hutan ini. "Ayo kita lanjut cari grace lagi."

Aku, dave dan matt pun  melanjutkan pencarian grace.

Matahari mulai merangkak naik keatas dan cahaya pun mulai memancarkan sinar terik melalui celah celah dedaunan yang rimbun. Kami belum menemukan keberadaan grace, dimana dia.

Kami terus berjalan perlahan lahan agar tidak ada jejak sedikit pun yang kami lewatkan. Mata kami pun terus melihat sekeliling hutan tanpa berhenti. Dan Kurasa kami terus berputar putar di hutan ini.

Sejauh ini masih tak ada tanda tanda keberadaan grace.

Matt terlihat sedang memfokuskan matanya untuk melihat sesuatu, sepertinya berada jauhnya sehingga membuat matt menyipitkan matanya. Apa ia menemukan sesuatu? Aku pun melihat arah dari tatapan matt.

Sebuah rumah? Bagaimana bisa ada rumah selain villa yang kami tempati di tengah hutan?

"Jeanne, lo liat?" Tanya matt yang menyadari aku mengikuti arah matanya.

"Ya," jawab ku singkat.

Dave yang baru menyadari pun mengikuti arah pandang kami.

"Rumah?" Ucap dave setelah melihat apa yang kami lihat. "Kita ke sana sekarang."

Dengan langkah terburu buru kami pergi kesana, tepat di depan pintu nya terdapat banyak bercak darah yang sudah mengering. Mungkinkah itu milik grace?

Dengan cepat dave dan matt mendobrak pintu itu. Gelap, di gudang itu gelap. Dengan cepat matt mengambil senter dari ranselnya dan mengarahkannya ke segala arah sampai menemukan sesuatu dan fokus mengarahkannya ke sana.

Seketika aku terkejut melihat seseorang terikat dan tergeletak dengan pisau yg masih tertancap di perutnya, darah pun masih mengalir deras dari tusukan pisau itu. Bagaimana mana bisa ada orang yg tega melakukan ini?

Tunggu, itu grace?

...

Maaf updatenya lama, ceritanya pendek dan feelnya gak dapet soalnya masih newbie. Sama mau ngucapin makasih buat yang udah baca cerita ini apalagi vomments.

Next, jangan lupa vote and comment^^

The InvestigationWhere stories live. Discover now