Don't Go

2.6K 187 49
                                    

Sorry author baru bisa update setelah berbulan bulan off, makasih yang masih mau nunggu update-an cerita gajelas ini (=゚ω゚)ノ
Jangan lupa tinggalin jejak yaa..
Happy reading readers

...

Aku mematung, tak terasa air mata sudah membasahi wajahku.

"Grac..ee." ucap ku tersedu sedu. "A..yo ban..gun.. jangan tinggalkan aku..jangan mati grace"

Aku terduduk lemas, tanganku memegang kedua pelipisku. Aku tak percaya hal ini dapat terjadi.

Dave dan matt menatap tubuh grace tak percaya, dengan cepat dave memeluk tubuh ku dengan erat. Dia berusaha menenangkan perasaanku.

Bagaimana bisa hal sekejam ini bisa menimpa orang sebaik grace, apa salahnya? Kenapa bukan aku saja yang mengalaminya? Kenapa harus dia? Dia sahabat baikku, hanya dia yang kumiliki.

"Jeanne lo tenang dulu," Ucap dave tanpa melepaskan pelukkannya dari ku. "Kita bakal nemuin pelakunya." Pelukan dave semakin lama semakin erat mendekapku.

Matt mendekati tubuh grace dan memeriksa keadaannya. "Grace masih hidup, detak jantung sama denyut nadi nya masih ada walau lemah." Ucap matt sambil mencabut pisau di perut grace. "Masih ada kemungkinan grace bakal selamat."

"Dave ambil kotak p3k di ransel gua," perintah matt pada dave, dengan cepat dave melepaskan pelukannya dariku dan mengambil kotak p3k di ransel matt. "Kita butuh alkohol untuk ngebersihin lukanya."

Aku menghapus air mataku, tak ada gunanya menangis dikeadaan seperti ini, malah akan memperparah keadaan. Grace kau harus selamat.

"Matt," panggil dave, matt pun menoleh dengan cepat. "Ngga ada alkohol di dalam kotak p3k, cuma ada betadin, perban, kapas sama obat obat yang ngga gua tau."

"Bawa sini aja semuanya dave." Ucap matt.

Dave memberikan kotak p3k yang diminta matt, "gua rasa luka nya harus di bersihin dulu sebelum kita balut perban." Ucap dave pada matt. "Seenggaknya kalo ngga ada alkohol kita bisa bersihin pake air biasa."

"Gua kayaknya liat ada keran di depan gudang ini," sergah matt. "Jeanne, lo bisa ambil pake botol air minum kita tadi."

"Iya," balasku cepat, dengan segera aku mengambil wadah botol air mineral di ransel milik matt. Dan keluar dari gudang untuk mencari keran yang dimaksud matt.

Keran itu berada tepat di samping gudang yang cukup besar tersebut. Dengan segera aku mengisinya dengan air.

Debit air yang keluar dari keran kecil sekali, Kurasa aku harus menunggu cukup lama.

Srekk..srekk..

Suara apa itu?

Aku kembali teringat saat aku diterror oleh seseorang berjubah hitam.

Deg..deg.. jantungku berdetak cukup kencang saat ini, ketakutan itu kembali merasuki tubuhku.

Apa sekarang dia akan membunuhku? Kulihat air yang mengalir dari keran belum memenuhi wadah botol air ku, setengah pun belum.

"Kumohon cepat lah" ucapku dalam hati.

Tak lama sesuatu terlempar kearahku.

Takk.. sebuah pisau dilemparkan dan menancap di dinding gudang tepat disamping kepalaku.

Tubuh ku gemetar hebat, keringat dingin membasahi tubuhku. di balik pohon besar dapat kulihat seseorang berjubah hitam yang sama dengan waktu aku diteror di villa.

Dia kembali menatap ku.

"Jeanne," panggil dave sambil menepuk pundakku.

Aku tersentak dan menoleh kearah tepukan itu berasal, itu dave.

Seketika aku langsung memeluk dave kembali dengan tubuhku yang dipenuhi keringat dingin. "Dave..e."

"Jeanne badan kamu gemetaran, ada apa?" Tanya dave cemas.

"Dia kem..bali." Ucap ku sambil menangis, "aku takut.. Aku takut.."

"Siapa yang kembali?" Tanya dave. "Ada apa sih jeanne? Kamu sebenarnya kenapa?"

"Seseorang dengan jubah hitam yang waktu itu meneror ku, dia melemparkan pisau kepadaku, dia ingin membunuhku dave..e."
Ucapku takut sambil menunjuk sebuah pisau yang masih menancap di dinding gudang.

Dave melepaskan pelukannya dariku dan menarik pisau yang tertancap tersebut. "Dari mana arah dia ngelempar jeanne?"

Aku menunjuk sebuah pohon besar tempat dimana aku melihat dia. "Disitu dave,"

"Biar gua yang periksa," Ucap dave dengan memegang pisau tadi dan segera bergegas ketempat yang kutunjuk. Jeanne, buruan lo kasih air itu ke matt biar dia bisa bersihin luka grace."

"Tapi dave-"

"Gua cuma mau menangkep pelaku yang tega ngelakuin ini semua, gua udah muak," Ucap dave emosi, "jeanne buruan bantu matt, lo ngga mau grace kenapa napa kan?"

"Iya, Hati hati dave," ucapku dan kembali masuk kedalam gudang.

Perlahan aku membuka pintu gudang dan memasukinya.

"Jeanne kok lama banget sih?" Tanya matt tanpa mengalihkan perhatian dari grace. "Mana dave,"

"Dia di luar, katanya mau nangkep pelaku yang ngelakuin semua ini." Ucap ku sembari memberikan sebotol air yang kudapatkan tdi. "Apa dia akan baik baik aja?"

"Tenang aja," ucapnya agar aku tidak khawatir.

Matt membersih luka grace dengan hati hati, "jeanne, kita harus bawa grace kerumah sakit." Ucap matt. "Luka nya perlu di jahit, biar ngga ngelebar, gua takut dia juga kena infeksi serius dari luka ini."

"Kalo gitu kita langsung kembali ke villa buat ambil mobil." Ucapku.

Matt memberikan betadin (obat luka) pada bekas tusukan pisau ditubuh grace dan segera membalut tubuhnya dengan perban. "Ini cuma pertolongan pertama buat dia."

"Matt, apa kita ngga bisa nelpon polisi kesini?" Tanya ku.

"Masih ngga ada jaringan-" matt terlihat teringat sesuatu.

"Kenapa?" Tanyaku.

Matt membongkar ranselnya dan mengambil sesuatu. "Kita bisa ngirim sinyal darurat ke kepolisian jeanne," terang matt. "Mereka bisa tau dimana keberadaan kita dan datang kesini."

"Tapi kurasa itu membutuhkan perjalanan 3 jam lebih dari pos terdekat."

"Ya sampai saat itu kita harus bertahan."

Matt menggendong grace sedangkan aku membawa ranselnya, "ayo kita kembali ke villa, kita harus pergi dari tempat sialan ini."

Aku mengangguki perkataan matt. "Semoga kita semua bisa selamat."

...

Perjalanan ku dengan matt ke villa memakan waktu hampir 1 jam, dapat kurasakan pegal di sekujur tubuhku. Tak dapat kubayangkan bagaimana rasa pegalnya matt dan sakitnya menjadi grace.

Aku ingin cepat pergi dari tempat ini.

Kulihat jam ditangani yang menunjukkan pukul 16.46, sudah hampir jam lima sore.

"Jeanne, dave mana?" Tanya matt. "Tadi lo bilang dia pergi nangkep pelaku, kok dia belum balik?"

"kurasa dave masih ada di hutan, begitu juga pelakunya matt." Ucapku takut. "Kita harus kembali aku takut dave kenapa napa."

"Gua bakal kembali ke hutan, lo bawa grace kerumah sakit pake mobil ini." Ucap matt dan kubalas dengan anggukan.

"Gua hidupin mobilnya, lo tau kan arah balik ke jalan besar?"

"Tentu, cuma ada satu jalan beraspal kesana." Ucapku sambil membopong grace yang masih tak sadarkan diri kedalam mobil.

Matt berkali kali berusaha mencoba menghidupkan mobilnya namun tak berhasil. Ia membuka kap mobil dan mengecek keadaan mesin. Lalu matt pun memeriksa tangki bensin.

"Bensin kita kosong dan ada yang ngambil bensin cadangan kita didalam mobil," Ucap matt. "Gua rasa dia ngga mau kita pergi dari tempat ini."

...

Makasih yang udh baca ゚ω゚
Kritik dan sarannya ditunggu yaa..

Next? Jangan lupa vote and comment.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The InvestigationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang