Part 11

12.7K 924 37
                                    

Setelah mata kuliah Manajemen Umum berakhir, Ana bergegas menuju MABES untuk meminta keterangan lebih lanjut. Permasalahan seperti ini tidak bisa dijelaskan melalui ponsel saja. Dia mematikan mesin mobilnya dan menatap Keira yang duduk diam di kursi penumpang depan.

"Kamu mau ikut atau tunggu disini?"

Keira tampak melihat-lihat ke bagian depan gedung, menelisik situasinya. Sendirian di tempat asing sepertinya bukan hal yang bagus. "Ikut aja deh."

Ana mencabut kunci mobil dan mengantunginya ke saku celana depan. Keira keluar lebih dulu dan memperbaiki rambutnya yang terurai. Mereka masuk ke dalam gedung dan lolos dari penghakiman metal detector. Keira baru kali ini masuk ke dalam gedung MABES TNI AD dan cukup terintimidasi dengan segala kekakuan yang ada. Mulai dari arsitekturnya, suasananya dan bahkan orang-orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Ada cukup banyak wanita yang bekerja disini, tapi tetap saja dia merasa seperti kutu. Selain karena tubuhnya yang terlampau kurus dan kecil, aura mengintimidasi yang mereka keluarkan cukup kuat.

Dia menatap Kak Ana yang berjarak dua langkah di depannya lalu tersenyum kecil. Tapi tetap tidak ada yang bisa menggantikan aura mematikan milik kakaknya itu. Sejauh ini, hanya Kak Ana yang bisa mengintimidasi seseorang tanpa perlu melakukan apapun.

Mereka akhirnya sampai di lantai tiga gedung setelah berjalan cukup jauh dan cukup lama karena Kak Ana harus berhenti untuk membalas sapaan ala militer yang ditujukan kepadanya. Dalam hati dia berdecak kagum. Perjuangan kakaknya dalam pekerjaan ini bukan main sehingga hasilnya pun sangat membanggakan. Kak Ana menjadi orang yang cukup dikenal dan cukup disegani. Keira tidak bisa menghitung ada berapa pasang mata yang melihat kakaknya penuh dengan aura permusuhan ataupun dambaan. Seperti apa yang pernah Papa katakan, "Berusahalah dengan maksimal, berdirilah hingga puncak tertinggi sehingga orang lain memusuhimu atau rela menjilat kakimu."

Mereka berada di depan ruangan yang hanya berjarak beberapa meter dari lift. Ada pintu cokelat kokoh yang di bagian tengah atas tertempel plakat besi tertuliskan nama seorang Jenderal.

"Tunggu disini," Kak Ana menunjuk deretan kursi besi panjang di samping pintu. Keira mengangguk dan duduk di ujung kanan. Untuk membunuh waktu, dia memainkan gim ponsel.

Reynald berjalan tergesa di lorong lantai tiga menuju sebuah pintu terdekat dari lift. Dia baru saja keluar dari sisi lorong yang berlawanan dengan arah tujuannya sekarang ini. Langkahnya memelan tatkala matanya menangkap sebuah siluet yang duduk di deretan kursi besi. Ada seorang gadis memakai dress floral, rambutnya yang panjang bergelombang menutupi sisi wajahnya yang tengah menunduk, kedua tangannya yang ramping memegang erat ponselnya. Ketika sudah semakin dekat, dia menarik napas dan terkejut karena menyadari ada aroma lain yang tercium. Aroma campuran lavender dan kayu manis yang menyenangkan. Sebelum dia semakin tak sadar dengan langkah kakinya yang malah tertuju pada gadis itu, dia sampai di depan ruangan tujuan dan memegang kenop pintunya erat-erat. Secepat kilat mengetuk pintu itu dan masuk.

Keira terkejut ketika pintu di dekatnya terbuka sebelum menutup lagi. Memang sih, dia sempat mencium aroma after shaved yang menggiurkan sekali beberapa saat lalu. Tapi gim yang sedang dimainkannya sedang sangat seru, jadi dia memutuskan untuk abai dengan aroma itu. Dan sekarang dia menjadi sedikit penasaran.

×××

"Saya memang sempat berbicara pada beliau. Dan ternyata dia tak main-main dengan ucapannya yang akan 'memfilter tugas masuk' untukmu," tutur Jenderal Basuki yang memiliki perawakan tinggi kurus dan berkulit gelap. "Bagaimana keadaanmu?"

"Cukup baik," jawab Ana seadanya.

"Operasinya lancar?"

"Ya."

Final Masquerade Series (#1) : No One Needs To KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang