Chapter 1

81.7K 4.2K 104
                                    

"Pagi!" Sapa seorang perempuan cantik, berkulit putih susu, dengan proporsi badan yang agak sekal. Satrya dapat mencium wangi parfum Bvlgari yang menempel pada tubuh perempuan itu setiap pagi. Hari itu ia memakai sack dress hitam yang membuat pinggangnya lebih ramping dan sedikit menyembunyikan pinggulnya yang berbentuk bak gitar spanyol itu. Marissa Amy, gadis cantik yang berprofesi sebagai PR internal kantornya, sebuah perusahaan manufacture auto mobile. Amy memang selalu harus melewati meja Satrya jika ingin ke mejanya. Maka dari itu Amy tidak pernah absen untuk menyapanya setiap pagi. Karena setiap Amy datang, Satrya sudah duduk manis di meja kerjanya mengecek email.

Ini hari kelima Satrya di kantor barunya. Ia menduduki posisi bagian Quality Assurance. Baru lima hari saja, Satrya sudah mulai hafal kegiatan Amy setiap pagi. Perempuan itu akan berdandan selama 15 menit, memoles wajahnya, menggambar alisnya dan lingkaran di kelopak matanya, kemudian menyematkan lipstik di bibir merah jambunya. Kemudian Amy akan mencatok rambutnya agar rambutnya terlihat lebih rapi dan sedikit bervolume. Tidak heran perempuan itu menjadi idola nomor satu di kantor. Selain badannya yang bisa dibilang seksi, ia juga cantik sekali, pandai merawat diri, serta rapi. Mungkin karena tuntutan pekerjaannya yang membuatnya harus selalu tampil menarik.

Satrya dapat menebak selera berpakaian Amy meskipun baru lima hari mengenalnya. Ia tahu blouse-blouse kantor Amy biasanya dibeli dari toko-toko sekelas ZARA, Marks & Spencer, minimal New Look lah. Ia akan memakai sesuatu yang original. Cewek model Amy pasti ogah kalau harus disuruh pakai barang KW.

Satrya beranjak dari bangkunya menuju area north wing, menuju pantry, untuk menyeduh kopi. Dilihatnya Shakila sedang duduk manis dengan semangkuk sereal sambil menonton berita pagi CNN di pantry.

"Pagi!" Sapa Satrya.

"Pagi!" Jawab Shakila tersenyum manis. Shakila Khairina, perempuan berkulit kuning langsat khas wanita Jawa, dengan tubuh ramping dan kaki jenjang. Hari ini ia menggunakan dress A-line yang panjangnya hanya sampai sedikit di atas lutut. Sepatunya setinggi 5 cm. Seolah ia ingin memamerkan kaki jenjang mulusnya itu.

"Sarapan apa?" Tanyanya pada Satrya.

"Kopi aja, jarang sarapan kalau pagi. Lo sarapan sereal aja?" Tanya Satrya basa-basi sambil memencet saklar untuk menjerang air panas di termos. Umur Shakila terlihat tidak jauh dengannya. Makanya ia berani-berani saja elo-gue dengan Shakila.

"Yep, yang penting isi."

Jegrek... Pintu pantry terbuka lagi.

"Pagi, pagi!" Seorang lelaki muda baru masuk ke pantry juga dengan satu sachet kopi.

"Semalem Arsenal kalah, bro," ujarnya pada Satrya.

"Ah nggak nonton gue semalem. Berapa-berapa? Siapa yang goalin?" Satrya duduk di salah satu bangku di pantry dan mulai menyeruput kopinya pelan-pelan.

"Walcott, terus disusul 2 sama Fernandes sama Pivaric," jawab Radhi sambil menyeduh kopi sachetnya.

Beberapa menit setelah ngobrol-ngobrol sedikit dengan Radhi, Satrya dan Radhi pun kembali ke meja kerja mereka dengan segelas kopi di tangannya.

Kopi. Ritual yang cukup penting di kantor. Bagaikan dopping di pagi hari yang tidak boleh terlewat.

***

Pukul 11:30 siang. Jam-jam kritis menuju makan siang. Cacing-cacing di perut pasti sudah meronta-ronta untuk diberi makan. Jam-jam kritis ini biasanya orang sudah banyak yang tidak konsen bekerja. Ibu-ibu kantor pasti sudah mulai berisik. Kalau sudah begitu kadang-kadang Satrya kena apesnya, digodain ibu-ibu kantor. Dibilang berondong. Selain karena masih muda, perawakan Satrya memang bisa dibilang cukup ganteng. Dengan tubuh tinggi tegapnya, warna kulitnya yang tidak gelap, hidung yang cukup mancung, rambut yang selalu rapi, kumis dan jenggotnya yang selalu dipangkas rapi, dan kacamata frame tebal yang membuatnya terlihat idola para wanita masa kini.

Pukul 11:50 siang, Davintara menyelamatkannya.

"Sat, Sat, sebat yuk!" ajak Davin untuk turun merokok sebentar sebelum makan siang. Ritual di kantornya, 11:50 para lelaki akan turun merokok. Kalau sudah jadwal merokok, biasanya kubu anak muda dan kubu orang tua akan bersatu. Tapi kalau sudah urusan makan siang dan ngopi sore, mereka akan terpecah menjadi dua kubu.

Satrya berjalan turun ke bawah bersama Davin, Radhi, Ganesh, Ghilman, Fajar, Aldi. Kubu anak muda.

***

Pukul 12:55 siang, kantor masih sepi. Banyak orang yang masih di luar untuk makan siang. Tidak untuk Athaya. Hari ini dia makan buru-buru, tidak berbarengan dengan teman-temannya karena akan ada meeting jam 1. Athaya masih mengecek-cek email dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan di lontarkan saat meeting, ketika Caca menghampirinya.

"Tha, Tha, tau Satrya anak baru nggak? Yang anak QA itu," tanya Caca menarik bangku Pak Dayan, tetangga sebelah Athaya.

"Hmm... Tau, kenapa?" Athaya menghentikan pekerjaannya sejenak dan menyimak Caca.

"Liatin dong, dia kelahiran tahun berapa? Hehehe," ujarnya terkekeh malu.

"Eh, gila lu! Bisa dimarahin HR (baca: Human Resource Department/Personalia) gue buka-buka data HR!" Semprot Athaya langsung pada Caca. Athaya memang bisa membuka beberapa database, terutama database karyawan yang dipakai untuk aplikasi HR kantor yang biasa dipakai karyawan untuk apply cuti, apply lemburan, dan sebagainya. Karena profesinya sebagai IT System Analyst yang terkadang melakukan maintain aplikasi tersebut. Dan ini sudah biasa terjadi, kalau ada yang lucu dikit di kantor pasti teman-teman ceweknya akan kepo melalui Athaya.

"Dikit doang, Tha, dikiiit... Pengen tau doang angkatan berapa dia," rayu Caca.

Ya udah lah yaa, kan nggak keliatan gajinya juga. Athaya juga penasaran, emang sih si Satrya Satrya ini lumayan ganteng juga.

"Nama panjangnya siapa?" Tanya Athaya. Ya, Athaya pun menyerah. Sekali-kali bandel, ya nggak papa ya? Sumpah, sekaliii aja, cuma pengen tau cowok itu kelahiran tahun berapa hihihi.

"Satrya Danang... Siapa deh gitu."

Athaya mulai melakukan database query mencari nama Satrya Danang. Keluarlah resultnya.

Name: Satrya Danang Hadinata
DoB: 10 Maret 1989

"Kelahiran '89, Ca. Kemungkinan angkatan 2007," ujar Athaya membaca hasil yang tertera di layar komputernya. Mata Caca juga ikutan terpaku ke layar komputer.

Drap... Drap...

Suara langkah-langkah orang-orang yang kembali dari makan siang mulai terdengar. Athaya buru-buru memutus koneksi databasenya dan close window SQL Server-nya. Bisa diomelin Ganesha kalo dia ketawan buka-buka database tanpa seizinnya. Minimal dicengin (baca: diledekin) lah.

"Thanks!" Caca mencium pipi Athaya. Hal yang selalu cewek itu lakukan pada teman-teman ceweknya. Kalo cowok-cowok liat, mereka suka pada ngiri.

"Caca, Caca, aku mau dicium juga, please...," goda Radhi yang baru balik makan siang bersama Ganesh dan Fajar. Cowok bernama lengkap Rahmat Radhian--suka dipanggil Mamat juga--adalah jomblo ngenes. Semua cewek digodain. Athaya sih udah kebal digodain Radhi sejak dulu pertama kali ia menginjakkan kakinya di kantor ini.

Secangkir Kopi & Pencakar Langit (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang