Chapter 3

45.9K 3.5K 51
                                    

Jegrek.

Satrya membuka pintu pantry, dan dilihatnya Athaya duduk manis ke arah jendela menikmati bubur ayam. Sendirian.

Athaya menoleh, refleks karena mendengar pintu pantry yang terbuka. Ia tersenyum kecil pada Satrya. Melihat senyumnya Satrya jadi semangat. Ia pun tersenyum balik pada gadis itu.

"Pagi! Sarapan apa?" Tanya Satrya basa-basi.

"Bubur."

Satrya menjerang air panas ke dalam teko. Kemudian duduk di samping Athaya.

"Beli bubur dimana?" Tanya Satrya lagi basa-basi.

"Di belakang, tuh. Cuma kalo jam segini rame banget kali yah," jawabnya. Satrya melihat arlojinya. Pukul 8 lewat 5 pagi.

Air panasnya pun mendidih. Satrya menyeduh kopinya.

Keesokan paginya, Satrya mencoba ke pantry lagi sekitar pukul 8 pagi. Yeah, Athaya disitu lagi, hari ini dia sarapan nasi uduk. Begitu pula hari berikutnya, Athaya selalu sarapan pukul 8 lewat sedikit.

Athaya tidak pernah menggunakan make up ke kantor. Mungkin karena pekerjaannya yang lebih banyak sembunyi di gua divisi IT, dia tidak perlu tampil cantik-cantik amat. Tapi begitu saja Athaya sudah terlihat manis dan rapi. Kemeja-kemeja kerja Athaya mengingatkan Satrya akan sosok Mackenzie McHale dari serial TV HBO "Newsroom". Walaupun Athaya jarang pakai rok span seperti Mac, tapi kemejanya selalu berbahan lemas seperti kemeja-kemeja Mackenzie. Membuat bentuk tubuh aslinya tidak begitu kelihatan. Athaya tidak kurus, tidak pula gemuk. Tidak tinggi semampai, tapi tidak pendek juga. Sedang-sedang saja. Rambutnya selalu terlihat rapi meski sepertinya bukan hasil catokan. Ia juga lebih sering menguncir rambutnya.

Saat menjelang jam makan siang, seperti biasa Satrya akan nongkrong-nongkrong di depan lobby kantor untuk merokok bersama Radhi, Davin, Ganesh, Fajar, Aldi, dan Ghilman. Obrolan warkop mereka biasanya seputar olahraga, otomotif, dan terkadang cewek-cewek cakep yang lewat di sekitaran gedung kantor.

Sampai ketika cewek-cewek kantornya--yang menurut cowok-cowok brengsek ini adalah kelas dua karena cewek-cewek cantik mainnya ya sama cewek-cewek cantik aja--turun ke bawah untuk makan siang. Athaya, Kiandra, Caca, Lasha. Radhi dan Ganesh langsung dengan iseng memanggil-manggil Athaya.

"Taya! Taya! Maksi (baca: makan siang) bareng abang yuk!" Seru Radhi pada Athaya.

"In your dream!" Jawab Athaya kemudian ia melengos saja bersama Kia, Lasha, dan Caca.

Ghilman diam saja dan tertawa melihatnya. Padahal biasanya cowok ini mulutnya kayak kompor meledug.

Ya, cewek-cewek seperti Amy punya clique sendiri seperti Shakila, Chintara, dan Lena. Cewek-cewek cantik, stylish, wangi parfum semerbak dimana-mana. Bvlgari, Gucci, Benneton, Kenzo, minimal ZARA lah. Kalau cewek-cewek first class itu turun, cowok-cowok itu cuma bisa mengucap, "Subhanallah..."

Kemudian Ghilman dengan mulut macam petasan jangwe akan nyeletuk, "Rad, Rad, endus dulu itu... Sayang wanginya kebuang sia-sia."

Lalu Radhi akan menuruti Ghilman dengan berjalan di belakang cewek-cewek itu dan berlagak mengendus kemudian nyeletuk, "Mmmh... Wanni aneeett!" Disusul dengan gelak tawa kubu bapak-bapak yang juga melihat aksi Radhi.

Rahmat Radhian. Jomblo ngenes, saking ngenesnya kerjaannya godain semua cewek. Annoying abis. Tapi tetep aja ini anak disayang sama cewek-cewek, soalnya kalo ada masalah jaringan komputer, atau printer, cewek-cewek pasti langsung teriak manja, "Radhiiii.... Telepon aku kok nggak nyala sih?" Padahal kadang si Radhi juga iseng matiin koneksi telepon cewek-cewek cakep yang dilihatnya lagi nggak sibuk-sibuk banget. Biar dicariin katanya. Dia tau lah cewek-cewek itu nggak sibuk, karena kalo lagi nggak ada kerjaan, dia kepo dari aplikasi IT Security untuk ngecek web apa aja yang dibuka oleh user tertentu, dan seringnya dia menemukan cewek-cewek itu lagi buka website semacam Zalora atau Groupon.

***

Satrya dan teman-temannya biasa makan siang di warteg yang agak masuk ke dalam rumah penduduk di belakang kantor. Karena lebih murah dan lebih sepi. Entah dimana cewek-cewek itu biasa makan, ia ingin sekali-kali makan siang bareng Athaya.

Siang itu Satrya dan teman-temannya menunggu lift untuk balik ke kantor selepas makan siang, lalu... pas sekali gerombolan Athaya dan teman-temannya juga baru datang. Mereka pun satu lift. Tuhan memang baik! Ujar Satrya dalam hati. Kalau di tempat sempit, entah kenapa Radhi jadi kurang agresif.

"Makan dimana, Ta?" Tanya Radhi kalem pada Athaya. Pantes akrab, mereka kan satu divisi.

"Di FX," jawab Athaya singkat. Cewek itu kayaknya emang rada hemat ya ngomongnya?

"Khaya bener ya cewek-cewek kalo makan siang."

"Ya iyalah, ini aja masih pake gaji bulan lalu. Makanya jangan makan di warteg mulu, mana ketemu cewek kece!" Seru Athaya bercanda. Disusul tawa Fajar dan Ganesh. Satrya ikut tertawa kecil. Athaya bisa bercanda juga rupanya...

"Ah, kalian aja pada high maintainance!"

Ting! Lift sudah sampai ke lantai 21. Mereka pun berhamburan keluar menuju pintu kantor.

***

Secangkir Kopi & Pencakar Langit (#1)Where stories live. Discover now