Another 5% Part 6

23K 1.2K 23
                                    

Hari ini Rolan sudah diperbolehkan pulang ke rumah.   

Selly sangat bersemangat menunggu sore hari tiba. Selly sudah berjanji akan menjemput Rolan nanti sore sepulang kerja, mereka akan pulang ke rumah Rolan yang sudah lama sekali tidak pernah dikunjunginya sejak sakit. Rumah itu tentu saja masih terawat baik karena para pelayan yang setia selalu menjaganya, kedua orang tua Selly dulu juga tinggal di sana, tetapi mereka pada akhirnya memutuskan pindah ke rumah kecil di dekat sana dan menjalani masa pensiunnya dengan bahagia. 


Rolan sudah tidak sakit lagi, tidak akan ada lagi kecemasan dan kesedihan menggigit di hati Selly seperti di masa lalu, ketika melihat Rolan kesakitan karena penyakitnya.  

Sekarang Rolan sudah sehat... ah betapa Selly masih tidak mempercayainya, meskipun hatinya tetap saja dipenuhi rasa syukur yang luar biasa.    

"Selly." suara dingin Gabriel membuat Selly terlontar dari lamunannya, dia mengangkat matanya dan menatap Gabriel yang tengah duduk di meja besarnya sambil mengangkat alisnya menatap Selly,  

"Ya Sir?" Tiba-tiba saja Selly merasa malu, Gabriel mungkin saja sudah mengawasinya sejak tadi, semoga saja Selly tidak membuat ekspresi bodoh ketika melamun tadi.  

"Kau tersenyum sendirian, ada apa?" Suara Gabriel terdengar serius, tetapi entah kenapa Selly bisa mendengar nada geli di sana. Pipi Selly merona merah, Ya Ampun, dia benar-benar harus membiasakan diri seruangan dengan Gabriel, tidak ada pembatas di ruangan mereka yang berarti Gabriel bisa mengawasi Selly kapan saja. Lain kali Selly pasti akan berusaha lebih berhati-hati.  

"Tidak... tidak ada apa-apa." Selly menjawab tergeragap, sedikit gugup menerima tatapan mata Gabriel yang tajam.  

"Ada hal yang menyenangkan?" Gabriel bertanya datar, tidak mau menyerah.  

Selly menghela napas panjang, akhirnya memutuskan untuk jujur,   

"Calon suami saya, yang dirawat di rumah sakit.... dia, dia akhirnya sembuh dan diperbolehkan pulang."  

"Oh ya?" Gabriel mengangkat alisnya lagi, "Itu sungguh kabar yang menggembirakan. Hari ini dia boleh pulang?"  

"Iya Sir. Saya akan menjemputnya sepulang kantor."  

"Tidak perlu menunggu pulang kantor, pergilah sekarang." Gabriel tersenyum.  

Mata Selly membelalak, seakan tidak percaya, "Apa?" Selly butuh mendengar ulang kata-kata Gabriel tadi.  

"Pulanglah sekarang, aku memberimu izin. Lagipula aku masih mempelajari berkas laporan yang kau buat kemarin dan belum ada tugas baru untukmu, jemputlah calon suamimu."  

Selly ternganga, lalu akhirnya sadar untuk mengatupkan kembali bibirnya.  

"Ah... ya... te.. terimakasih Sir."  

Gabriel menganggukkan kepala, lalu mengalihkan tatapan matanya lagi ke berkas-berkasnya, sementara itu Selly dengan tergesa-gesa mengemasi barang-barangnya. Wah, sungguh tidak disangka atasannya ini berbaik hati kepadanya. Hatinya dipenuhi rasa syukur, senang karena dia bisa berjumpa dengan Rolan lebih cepat.  

Setelah barang-barangnya beres, Selly berdiri dan menatap Gabriel yang masih sibuk menekuni pekerjaannya.  

"Sa... saya pergi sekarang Sir, terimakasih sekali lagi." pamitnya cepat dan mendapat anggukan datar dari Gabriel.   

Sepeninggal Selly, Gabriel meninggalkan berkas-berkas pekerjaannya dan merenung.

Dia masih memikirkan arti puisi kuno kemarin..... apakah benar yang diduganya? Bahwa 'pengorbanan cinta sejati' itu menyangkut pengorbanan nyawa?  

Another 5%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang