Another 5% Part 15

19.2K 1.2K 28
                                    

Rolan menyentuh dahi Selly dengan lembut, ekspresinya tampak cemas,  

“Kau demam tinggi sayang, ya ampun.” Jemarinya membelai-belai  dahi Selly seolah mencoba menyerap demamnya. “Tidurlah... semoga besok demamnya sudah turun.”   Selly menatap Rolan dengan penuh cinta, ada senyum terkembang di bibirnya meskipun kepala dan seluruh tubuhnya terasa sakit,  

“Kau datang untukku, kau tidak melupakanku...” gumam Selly lemah.  

Bibir Rolan menyunggingkan senyuman sayang,   “Bicara apa kau Selly, tentu saja aku tidak akan melupakanmu, aku di sini untukmu, Oke? Sekarang tidurlah.”  

Selly menurut. Matanya terpejam dan bibirnya menyunggingkan senyuman bahagia. Kalimat Rolan itu sama seperti  janji menyenangkan yang dibisikkan di bawah kesadarannya tadi....  

Aku ada di sini untukmu sayang... jangan menangis....  

Kalimat itu terus menggema di benak Selly, membuat tidurnya terasa nyaman.  

***  

Gabriel menyandarkan tubuhnya di dinding, dia masih ada di situ. Berdiri di lorong depan pintu flat Selly dalam keheningan.   Bibrinya tersenyum sinis mendengarkan kelembutan Rolan untuk Selly. Tadi dia langsung menghilang begitu mendengar Rolan datang. Tetapi entah kenapa Gabriel bukannya pulang, malahan masih menunggu di lorong flat Selly seperti orang bodoh.  

Dia hanya mencibir ketika pandangannya bisa menembus sampai ke kamar Selly.   Perempuan itu mungkin sekarang sudah tenang karena bisa bersama cinta sejatinya.... sambil menggertakkan giginya, Gabriel memejamkan mata, dan dalam sekejap bayangannya sudah ditelan kegelapan.  

***  

Pagi harinya, aroma sup yang harum dan menggugah selera membuat Selly membuka matanya, demamnya sudah agak turun meskipun kepalanya masih sedikit pening. Selly menyingkapkan selimut yang menutup rapat tubuhnya dan mencoba duduk, dia mengernyitkan kepalanya akibat dentuman rasa nyeri yang langsung menyerangnya,  

“Kau belum boleh bangun dulu.” Rolan masuk, membawa nampan besar di tangannya berisi sup yang mengepul panas dan segelas besar jus jeruk, “Berbaringlah lagi.” Gumamnya tegas.  

Selly tersenyum menatap kekasihnya itu, dia menurut dan berbaring lagi, mengganjal bantal di punggungnya hingga dia setengah terduduk,  

Sementara itu, Rolan meletakkan baki itu di meja dan duduk di tepi ranjang, lalu meletakkan telapak tangannya dengan lembut di dahi Selly,  

“Demamnya sudah sedikit turun.” Lelaki itu lalu meraih mangkuk sup dari atas baki,”Mau makan?”  

Selly menganggukkan kepalanya, lidahnya terasa pahit, tetapi entah kenapa aroma sup yang sangat harum itu menggugah seleranya,  

“Kau memasaknya sendiri?”  

Pipi Rolan memerah, “Aku tidak bisa masak, ini aku beli dari rumah makan di seberang.”  

Mau tak mau Selly tertawa melihat pipi Rolan yang memerah, dia tersenyum, menatap kekasihnya dengan sayang,  

“Terimakasih Rolan, sudah mau merawatku.”  

“Tentu saja sayang.” Rolan menggenggam jemari Selly dengan sebelah tangannya, “Karena aku mencintaimu.”

Dikecupnya jari Selly dan kemudian dia mengedipkan sebelah matanya, “Ayo makan supmu, setelah itu minum obat turun panas.”  

Selly meenganggukkan kepalanya, kemudian dia mengerutkan keningnya ketika teringat sesuatu,  

“Jam berapa ini?”  

Another 5%Where stories live. Discover now