LIMA

26K 1.8K 146
                                    

Saat jarum jam sudah menunjuk ke angka 5 tepat setelah sholat subuh Bunga akan sibuk menyiapkan seragam kerjanya dan Zu, lalu dilanjutkan dengan memasak untuk sarapan mereka. Jangan ditanya di mana keberadaan Zu saat itu, setelah solat shubuh dia akan kembali tertidur dan akan bangun saat jam setengah enam.

Untung saja Alif bukan tipe anak yang rewel. Balita tampan itu lebih sibuk bermain sendiri disaat ibunya sedang banyak kerjaan, tepat jam setengah enam Bunga sudah siap unuk bekerja. Berbeda dengan Zu yang baru bangun dan langsung berlari ke kamar mandi setelah melihat jam dinding.

Bunga hanya tersenyum melihat kelakuan Zu, dia dan Alif hanya melihat sembari menyantap sarapan mereka. Namun kebiasaan inilah yang membuat Zu selalu melewatkan sarapannya. Pada akhirnya Bunga akan membungkuskan sarapan serta makan siang mereka. Dan seperti biasa karena terburu-buru kerudung Zu selalu miring. Bunga hanya tersenyum lalu membenarkannya. Setelah dirasa semua sudah siap keduanya pun langsung berangkat. Untung saja di depan kontrakan mereka ada Abang Ujang si supir bentor yang siap ngebut ke tempat kerja mereka.

"Lets Go! Bang Ujang!" teriak Zu.

Bunga melambai ke arah Alif yang kini berada di gendongan Ummi Aisya si pemilik kontrakan.

Sudah sejak seminggu lalu Bunga bekerja bersama Zu dan selama itu pula Alif dititipkan pada Ummi Aisya. Awalnya sangat sulit bagi Bunga membuat Alif terbiasa dengan Ummi Aisha. Namun berkat pengalaman ummi dalam merawat anak, maka tak butuh waktu lama buat Alif menjadi terbiasa.

Sesampainya di depan kantor tempatnya bekerja Zu langsung meloncat turun. Dia tidak boleh telat lebih dari lima menit kalau tidak mau gajinya dibayar setengah. Untung saja Bang Ujang tahu jalan pintasnya.

"Bang jangan lupa jemput jam empat! Makasih bang!" teriak Zu seraya berlari dan diikuti Bunga di belakangnya.

Perusahaan tempat mereka bekerja memang sangat besar. Dharma Group adalah perusahaan jasa dan properti terbesar di negara ini. Lebih dari 50 tahun perusahaan ini berdiri dan masih tetap eksis sampai sekarang. Cabangnya bukan hanya di negara ini namun ada lebih dari 15 negara lain. Dan di dalam negeri sendiri cabangnya juga berdiri dengan kokoh di setiap kota.

"Kak barusan ada telepon dari sekretaris bos besar, katanya dia minta dianterin kopi sama teh." ucap Bunga setelah menutup teleponnya.

"Aduh ..., Bunga bisa nggak kamu aja yang nganter? dari tadi perut kakak mulesnya luar biasa."

Belum sempat Bunga mengiyakan, Zu sudah ngacir ke toilet. Bunga hanya menggeleng. Padahal semalam Zu sudah dilarang makan sambel banyak-banyak tapi malah ngotot dimakan. Sekarang Zu harus menerima akibatnya, sudah lebih dari sepuluh kali Zu bolak balik ke toilet. Bunga terkekeh melihat kelakuan konyol sahabatnya itu.

Dengan cekatan Bunga menyiapkan kopi dan teh pesanan bosnya. Lalu dia melangkah ke lantai atas tempat sang bos besar alias CEO berada.

"Anak baru yah?" Seorang gadis cantik dan tinggi menyapanya dengan senyum begitu lembut.

Bunga mengangguk sembari membalas senyumnya. "Tunggu, aku telfon Pak Arjuna dulu."

Bunga kembali mengangguk dan menunggunya. Ini pertama kalinya Bunga akan berhadapan dengan bosnya. Banyak hal yang Bunga dengar tentang sang pemilik perusahaan ini. Mulai dari ketampanannya, kharismanya, kekayaannya dan segala cerita ke-playboyannya serta sifat angkuh dan dinginnya. Semua bercerita dengan mata yang terkaguam-kagum kecuali Zu yang terlihat biasa saja saat bercerita tentang bosnya.

"Baik pak." ucap wanita itu dengan suara yang sangat manja lalu menutup teleponnya. "Masuklah, hm ..., dan bersikaplah biasa apapun yang terjadi." terdengar seperti sebuah pesan peringatan. Lalu Bunga hanya mengangguk dan tak lupa tersenyum.

Little MotherWhere stories live. Discover now