SEMBILAN

38.3K 2.3K 406
                                    

Adzan shubuh berkumandang Zu dan Bunga sholat berjamaah melaksanakan kewajiban mereka terhadap Tuhan mereka. Keduanya begitu khusuk dalam sholat dan doanya.

Saat matahari sudah mulai terbit, Zu dan Bunga melakukan kegiatan rutin seperti biasanya. Mulai dari bersih-bersih hingga terakhir memasak. Walau Zu punya sifat tomboy tapi dia juga ahli dalam memasak. Tapi semenjak ada Bunga, memasak lebih banyak diambil alih olehnya.

"Kak udah pas belum?" Bunga menyodorkan sedikit kuah sup seujung sendok.

Zu terlihat merasakan, "Hm ... udah kok." ujarnya seraya menaikkan jempolnya.

Bunga tersenyum lalu kembali mengaduk kuah supnya. Sedangkan Zu kembali ke kamar mandi dan menuju keluar rumah dengan membawa cucian yang siap dijemur. Untung saja Alif masih tidur jadi keduanya melakukan pekerjaan rumah dengan lancar. Kalau Alif sampai bangun dijamin anak itu pasti mengacaukan segala kegiatan mereka.

Bibir Zu bersenandung dengan siulan halus. Tangannya memeras lalu memaparkan cuciannya di seutas tali panjang yang diikat di sebuah pohon di depan rumah dan sisi lainnya diikat ditiang rumah yang berdiri tepat di depan pohon tadi.

Namun siulannya terdengar aneh. Lalu Zu coba bersiul lagi dan berhenti. Lalu kembali bersiul lagi lalu berhenti lagi.

"Woaa ternyata siulanku bisa terdengar kayak dua suara. Ini pasti bakat terpendamku!" ucapnya bangga.

Sebuah kekehan tiba-tiba terdengar telinga Zu yang bersembunyi dibalik kerudung hijaunya. Suara kekehan itu membuat Zu tiba-tiba bergidik. "Jangan-jangan ..." pikiran Zu menerawang jauh. Perlahan dia menelan ludahnya kelu.

"Dor!"

"Astagfirullah! Allahhu Akbar!" Pekiknya ketakutan.

Zu yang terperenjat, langsung berbalik namun karena terlalu takut dia hampir terpeleset. Matanya langsung terpejam.

5 detik

20 detik

40 detik

"Kok aku nggak kedebuk yah?" ucapnya heran dengan mata masih terpejam.

Suara kekehan itu kembali terdengar. Mata Zu langsung terbuka. Matanya mengerjap beberapa kali. Seorang lelaki tampan dengan wajah tegas tengah menatapnya dengan seutas senyum yang sangat lembut. Tangan kokoh lelaki itu tengah menopang punggung dan pinggangnya yang hampir terjatuh tadi. Dan matanya melebar sempurna saat sadar dengan apa yang sedang terjadi.

"Aaaaaaargh!!" teriaknya tiba-tiba membuat lelaki itu melepaskan tangannya dari Zu lalu menutup telinganya.

Buk!

Pantat Zu berhasil mencium tanah dengan sangat sukses.

"Aduh!!" rintihnya kesakitan. "Lo kok ngelepasin gue!" protes Zu.

"Makanya jangan jerit kayak gitu, telingaku bisa pecah." belanya.

Zu berdecak kesal. Lelaki itu mengulurkan tangannya. "Nggak perlu!" ucapnya sinis.

Namun dia bukan lelaki yang suka dengan penolakan. Tanpa persetujuan Zu dia mencengkram tangan Zu dan menariknya. Bukan hanya untuk membantunya berdiri, tapi malah membuat Zu jatuh dalam dekapannya.

"Haah ... kangenku akhirnya terobati." ucapnya seakan menikmati dekapan itu.

Namun yang di dekap malah mematung. Butuh waktu untuknya memahami yang sedang terjadi. Lelaki itu tersenyum dan mempererat pelukannya.

"Astaghfirullah! Om Priko lepasin gue!" Ucapnya saat sadar.

"Nggak mau!" tolaknya mengunci tubuh kecil Zu.

Little MotherWhere stories live. Discover now