ENAM

21.1K 1.6K 36
                                    

Matanya masih sibuk membaca dokumen-dokumen penting, beberapa dokumen telah selesai ditanda tanganinya dan beberapa lagi masih menumpuk. Hari-harinya hanya diisi oleh pekerjaan dan pekerjaan. Dia akan menghabiskan waktu bersenang-senang hanya pada tengah malam di club-club elit. Dia begitu sempurna dalam balutan tahta, harta, dan wanita manapun siap menemaninya. Namun tak sedikit pula yang ingin menghancurkan segala yang dimilikinya tapi semuanya gagal. Dia terlalu sulit untuk dijatuhkan.

"Jun, kamu makin sibuk aja akhir-akhir ini." Lemparan pena sukses melayang ke arah pria tampan itu, namun dia berhasil menghindarinya.

Arjuna menyeringai. "Sialan!" Umpatnya.

Pria yang tak lain sahabat karib sekaligus mantan kakak iparnya itu melangkah pelan ke arah Arjuna. Hanya dialah sahabat satu-satunya baginya. "Jun kamu udah 27! kapan nikah? Kamu nggak pengen ada yang ngurusin?"

Lagi-lagi pembicaraan membosankan ini. "Aku belum nemu cewe yang nguntungin buat bisnisku." jawabnya yang selalu sama. Semua tentang bisnis. "Lagian kamu sendiri kapan berhenti ngeduda? masih mau nungguin kakakku? kapan move on?" balasnya seraya menyeringai.

"Kampret!" rutuknya kesal.

Adik iparnya memang selalu pintar membalik keadaan. Walau sikapnya berubah sejak dia pertama mengenalnya. Kenyataan pahit 17 tahun lalu benar-benar merubahnya. Mantan adik iparnya itu kini berubah menjadi dingin, angkuh, serta playboy. Entah berapa wanita yang suda dibawa ke atas ranjangnya. Yah siapa yang tak tertarik padanya, Arjuna Bagaskara Dharma nama yang sangat berpengaruh dalam dunia bisnis di tanah air. Andaikan adik iparnya itu seorang wanita pasti dia akan jatuh cinta padanya.

"Kamu nggak lagi jatuh cinta sama aku'kan Prik?" ujar Arjuna setelah menyadari tatapan mantan kakak iparnya.

Sang kakak ipar hanya bergidik ngeri seakan-akan ingin muntah. Arjuna tertawa namun tak pernah meninggalkan wajah dinginnya. "Umurmu kan udah 35, kamu yakin nggak mau nyari bini. Entar kamu gk laku jangan ngerengek minta salah satu koleksiku."

"Hei adik iparku yang tampan, cuma kamu yang inget usiaku. Kamu taukan semua orang ngira aku masih seumuran denganmu Juna." ujarnya bangga.

"Seumuran? tuan Priko Armanelo Argansyah. Nyadarlah anakmu Bara udah 17 tahun." cibirnya.

Brak!

Obrolan keduanya tiba-tiba terhenti saat pintu ruangan kerja digebrak dengan sangat kasar. Diambang pintu berdiri Bara yang di penuhi dengan kilatan amarah.

"Bara! apa kamu sudah lupa pelajaran tentang tatakrama?" Bentak Priko kepada anaknya.

"Tatakrama? Sikap terhormat hanya untuk orang-orang yang pantas tuk di hormati." tuturnya sinis.

Arjuna masih memasang sikap datar. Sedangkan Priko menahan amarah karena tingkah anaknya yang kurang ajar. Dia tahu anaknya sangat tidak menyukai pamannya. Bara memiliki sifat yang sangat menghormati wanita. Apalagi wanita yang lemah. Jelas sangat bertolak belakang dengan pamannya yang terkesan mempermainkan wanita. Bahkan Bara juga tidak pernah menghiraukan ayahnya sendiri. Priko memang tak jauh beda dengan Arjuna namun masih dalam tahap standart.

"Apa maksudmu?" ujar Arjuna datar.

Sudah sangat jelas, ucapan keponakannya itu tertuju padanya. "Ini terlihat tak adil. Pria brengsek kayak kau bisa-bisanya dibiarin hidup sampai sekarang." ucapnya sinis.

"Papa nggak pernah ngajarin kamu buat ngeluarin kata-kata tak sopan seperti itu. Sebelum papa marah, sekarang pergilah!" Bentak Priko.

Bara menarik sudut bibirnya. "Seharusnya mama tahu kelakuan bejad adik tirinya." Ujarnya dengan penekanan di kata tiri.

Little MotherWhere stories live. Discover now