3. Be My Boyfriend

31.7K 2.4K 316
                                    

Our adorable-mysterious Rein
http://data.whicdn.com/images/71476072/large.jpg

=================================

3. Alpha Addicted

Be My Boyfriend.

"Selamat pagi, Alpha," sapa Alfie begitu dia memasuki kediaman Yash dan Dhe. Dhe sedang menyiapkan sarapan dan Yash sedang meminum kopi di dapur.

"Selamat pagi, Alfie," balas Yash, masih mengantuk. Dia mengalami malam yang berat dan kepalanya senat-senut karena kurang tidur. "Hari ini kau akan menemani Rein?"

"Aku sudah janji padanya. Lagipula, ini hari pertamanya jadi murid SMA. Apa dia masih tidur?"

"Sepertinya begitu." Dhe menyahut, meletakan piring berisi roti panggang. "Semakin lama dia semakin malas turun dari tempat tidur."

"Aku akan membangunkannya." Dan tanpa persetujuan dia sudah naik ke lantai atas, di mana kamar Rein berada.

Hari ini adalah hari pertama Rein menjadi murid SMA. Alfie dan Rein akan jadi teman satu sekolahan. Sesungguhnya, seluruh anak di sekolah sudah memulai gosip dan penasaran dengannya. Seperti yang sudah diketahui oleh seluruh orang di kota, Rein cukup terkenal. Sayang, dia sulit didekati. Dia akan semakin populer di kalangan wanita tak lama lagi.

Yash dan Dhe mulai khawatir padanya. Alfie mendengar kalau Rein benar-benar tidak bersosialisasi. Dia hanya bicara pada saat yang perlu saja, bahkan pada kedua orang tuanya. Mereka juga sering penasaran pada apa yang ada dalam pikiran anak muda itu, tapi tak ada yang berani menduga.

Oleh sebab itu, mereka meminta bantuan pada Alfie untuk menempel terus padanya, juga meminta Egor untuk mengawasinya.

Alfie mengintip pintu kamar Rein tanpa suara. Kamarnya masih sedikit gelap. Sinar matahari tertutupi oleh tirai ungu di dekat tempat tidurnya. 

Rein sendiri ada di atas tidur, dalam posisi terlentang dan selimut menutupi sampai dadanya. 

"Dasar pemalas," gumam Alfie, mendekati tempat tidurnya. Dia akan menggunakan berbagai  untuk membangunkan Rein. Mungkin dia bisa melemparkan diri tepat ke atas Rein? Pasti lucu sekali bila anak itu bangun dengan--"Shit!" Dia terkaget-kaget begitu Rein tiba-tiba membuka mata. "Jangan mengagetkanku seperti itu! Kupikir kau belum bangun."

Tidak ada jawaban darinya.

"Rein?" Alfie menunduk, mengerutkan dahi melihat kondisinya yang tak biasa. Tapi anak muda itu sama sekali tak bergerak. Rambut hitamnya tergerai berantakan di bantal. "Rein, kau baik-baik saja?"

Dia bahkan tidak mengedipkan matanya sama sekali dan diam bagai patung. Saat Alfie memegang tangannya, dia terkejut mendapati bahwa tangannya dingin sekali, seperti es.

"Rein, katakan sesuatu," suara Alfie bergetar, menggoncang-goncang tubuhnya. "Kau membuatku takut sekarang. Ini sama sekali tak lucu." Kondisinya menguatirkan, Alfie menyadari. Seakan dia tak bernapas--"Dia tak bernapas," gumam Alfie begitu mendekatkan telinganya ke hidung Rein. Tidak ada hembusan. Panik, Alfie memegang denyut nadinya. Tidak ada. 

"Oh, tidak," gumam Alfie, kali ini mendengatkan telinganya ke dada Rein. Tidak ada denyut jantung. Sama sekali. 

Rein...

"Apa yang kau lakukan?" dada Rein bergetar karena suara. Begitu mengangkat kepala, Rein tengah menatapnya dengan dahi mengerut. "Kenapa kau menangis?"

Alfie malah memukul dadanya dengan sebal. Air mata besar-besar mengalir deras dan jatuh ke pipinya yang putih. "Brengsek, kau membuatku takut! Kupikir kau mati! Aku tak bisa mendengar denyut jantungmu!"

Alpha AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang