10. The Strangers

20.5K 2.1K 217
                                    

10
The Strangers

Suasana duka masih menyelimuti Red Moon. Meski sudah dua minggu berlalu, namun keceriaan di kawanan belum kembali. Abu kremasi Rein telah ditabur ke sekeliling rumah kawanan oleh Dhe yang tidak berusaha henti menangis dan Yash ada di sampingnya. Perpisahan dengan Rein akan menjadi sejarah berdarah kawanan Red Moon.

Mungkin, salah satu alasan mengapa tidak ada yang bisa melupakan Rein adalah Avlan. Anak berusia empat tahun yang digadang-gadang memiliki kemampuan Elder tersebut tidak berhenti memanggil nama Rein sejak kematiannya.

Hari ini tidak terkecuali.

"Ein! Mau Ein!"

Avlan menjerit-jerit lagi. Faye sudah berusaha untuk menenangkannya tapi kali ini dia lebih keras kepala. Mainan bahkan musik favorit tidak membuatnya tertarik.

Xien mengambil alih untuk menggendong Avlan karena balita itu kini menggeliat histeris. "Mari kita main ke taman. Siapa yang ingin naik ke pundak Dad?"

Tapi si kecil malah menjerit semakin kencang. "Ein! Ein!"

Yash menghela napas, melihat perjuangan Xien untuk menenangkan Avlan. Dia benar-benar sabar sekali. Xien membawa Avlan keluar dari rumah kawanan tapi mereka masih bisa mendengar jeritan Avlan.

Baik dia dan Dhe berusaha mengalihkan perhatian ke hal yang positif tapi tampaknya masih sia-sia. Dhe masih sering melamun dan tidur di kamar Rein, memeluk bantal atau baju yang dulu dikenakan Rein, kemudian menangis dalam diam. Yash bisa merasakan penderitaannya. Tapi dia sendiri tidak bisa membantu karena perasaannya merasakan hal yang sama.

Rion memberitahu kalau dia akan kembali meneruskan sekolah, tapi Yash tidak mendengar apakah dia akan mengajak Alfie atau tidak.

"Alpha." Suara salah satu dominan tiba-tiba terdengar. "Apakah kau sedang sibuk?"

"Tidak. Ada apa?"

"Sebenarnya, aku tidak ingin mengganggumu. Tapi, kupikir kau harus tahu. Ada dua orang mencurigakan di daerah Barat. Dia baru datang sekitar dua hari yang lalu dan tidak berhenti menanyakan Rein. Aku sudah berusaha mencari informasi mengenai mereka namun sejauh ini belum mendapatkan apapun."

Yash mengerutkan dahi. Rein dikenal semua orang dan tidak pernah keluar dari zona kawanan. Tiba-tiba ada orang yang mencarinya tentu saja mengherankan.

"Apakah mereka anggota kawanan tetangga?" Bila ada serigala yang menerobos batas teritorial maka perang tidak akan terelakan.

"Mereka bukan serigala tapi aku juga tidak yakin apakah mereka manusia."

Yash memutuskan untuk mencari tahu. "Aku akan menemui mereka. Bisakah kau meminta mereka untuk menungguku di kafe terdekat? Cari tempat yang tidak terlalu ramai juga tidak terlalu sunyi agar mereka nyaman."

"Baik, Alpha."

Yash bangkit, mengambil jaket dan turun dengan cepat. Di dasar tangga dia melihat Dhe yang tengah melamun. "Sayang?"

Dhe menoleh.

"Aku akan keluar sebentar. Kau ingin dibelikan sesuatu?"

Yash geleng-geleng kepala melihat Dhe sama sekali tidak merespon ataupun mendengarnya. Dia mengecup dahi suaminya yang kemudian mendesah dan melumer karena pelukannya.

"Beristirahatlah sebentar, Dhe." Yash berbisik, "Kau terlihat lelah."

Dhe mengangguk, memberikan ciuman ke bibir Yash dan berjalan lunglai menaiki anak tangga. Yash melewati ruang tengah panjang-panjang, menuju mobilnya.

Alpha AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang