20. Bring Us to Noland

5.5K 749 106
                                    

20.

Bring Us to Noland

Saat Rion dan Arzha kembali, Frix sudah tidur, memeluk bantal seperti boa di atas karpet dengan televisi masih menyala. Bungkusan sepuluh es krim yang dibeli Arzha sebelumnya tertumpuk di lantai begitu saja dalam keadaan kosong.

"Dia menghabiskan semuanya?" Arzha benar-benar tidak percaya.

Rion tidak berkomentar dan masuk ke kamar, meninggalkan Arzha yang menghela napas. Pria itu mulai membereskan sampah. Lalu mengambil selimut dan menutupi tubuh Frix yang sama sekali tidak bergerak.

Sepertinya Xien dan Erson belum kembali. Jadi Arzha memutuskan duduk di samping Frix, di dekat kakinya dan mulai meditasi.

Hanya sebentar, karena lima menit kemudian Xien masuk. Tubuhnya basah karena hujan. Untuk sejenak dia diam, ada kekecewaan pada ekspresinya, lalu bertanya dengan nada pelan, "Alfie?"

Arzha menggeleng. "Kami tidak menemukannya."

Mendengar suara pintu, Rion buru-buru keluar lalu karena tidak menemukan Alfie, juga ikut kecewa, "Kau juga tidak menemukannya?"

Xien menggeleng.

Ruangan itu diliputi dengan keheningan yang begitu membuat frustasi. Jika tidak ada seorang pun yang menemukan Alfie, bagaimana mereka yakin kalau dia baik-baik saja?

Frix terbangun, mungkin karena mendengar suara pintu atau percakapan mereka yang tidak pelan, lalu menatap mereka semua dengan mengantuk. "Oh, kalian kembali."

Xien dan Rion mengabaikannya.

"Kau punya rencana?" Xien menanyai Rion, "Kita tidak mungkin diam saja seperti ini. Kita harus menemukannya."

Rion mengangguk, "Aku akan mencarinya sekali lagi."

Pintu terkunci sendiri sebelum Rion memegang engsel. Pemuda itu berbalik menatap Arzha dengan berang dan penuh tuduhan, "Arzha!"

"Istirahatlah, Rion." Arzha mengucapkan kalimat itu dengan susah payah, "Dan kau juga." Tambahnya menatap Xien.

"Aku tidak bisa istirahat jika belum menemukan Alfie." Xien menggertakan gigi. Rion mengangguk setuju.

"Kita akan memulai pencarian jika kalian sudah istirahat."

"Kau mengaturku?" Serigala di dalam tubuh Rion sedikit tersinggung.

"Ke mana kau akan mencarinya?" Frix tiba-tiba bicara dengan suara mengantuk.

"Ke mana saja."

"Itu jawaban bodoh. Jika kau mencarinya tanpa arah, kau tidak akan pernah menemukannya."

Xien menyadari ada pesan tersembunyi dari kalimatnya. "Apakah kau tahu di mana ada?"

"Aku akan memberitahu kalian jika kalian istirahat." Frix menjawab acuh tidak acuh.

"Frix!" Xien dan Rion kesal sekarang.

Frix kembali merebahkan diri, menarik selimut ke bahu dan tidur. Xien dan Rion menatapnya dengan tidak percaya. Demon yang satu ini benar-benar...

"Tidurlah. Kalaupun kalian tahu posisinya saat ini, kalian tidak akan bisa menyelamatkannya ataupun diri sendiri jika kalian tidak memiliki energi penuh." Arzha menjelaskan.

Rion menggertakan gigi. Tapi tidak mengatakan apa-apa. Lalu dengan susah payah, dia masuk kembali ke kamar. Xien sementara itu bergumam, memberikan lirikan tidak senang pada Arzha, lalu duduk di sudut di ruangan.

Arzha menghela napas. Aku tahu, Frix amat menyebalkan. Kalian akan terbiasa.

***

Begitu pagi menjelang, meskipun masih kelelahan, Rion dan Xien terbangun seolah kesetrum. Frix dan Arzha sudah bangun dan saat ini duduk di dapur, di mana Arzha sudah menyiapkan sarapan.

Alpha AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang