04. Déjà vu

37.1K 3.8K 137
                                    

SMA Tiara Bangsa, 2008

"Samperin dong Jun, be gentle!" ucapan Andre itu membuat Arjuna malu setengah mati.

Duh, nih anak pake ngomong di depan orang-orang rame lagi! Pikirnya sambil mencoba menahan malu dan tetap stay cool walaupun sedang berada di depan kelas, mensosialisasikan tentang dana bantuan bagi salah seorang guru yang sedang sakit.

Berhubung Arjuna adalah anggota OSIS, jadi memang sudah tugasnya untuk keliling kelas-kelas dan meminta dana bantuan sosial.

"Yee apaan sih, Ndre. Ngaco deh!" respon Arjuna sambil masih mencuri-curi pandang ke gadis berambut sepunggung yang duduk di bangku nomor dua dari belakang, di dekat jendela.

Untungnya, gadis itu sepertinya sedang memakai earphone, jadi kemungkinan ia tidak mendengar omongan-omongan teman-teman Arjuna yang kadang suka nyeleneh. Ia terlihat sibuk dan fokus sekali dengan buku yang sedang dibacanya. Sepertinya bukan buku pelajaran, ya?

"Yang mana Jun anaknya? Yang di deket jendela situu?" goda Caca, temannya di OSIS sambil menaik-naikkan alisnya penuh arti.

Sial, ketauan lagi! Emang jelas banget apa?! Arjuna membatin, namun tetap memasang ekspresi datar.

"Ca, apaan sih! Norak banget."

Caca dan Andre hanya cekikikan mendengar respon Arjuna yang sok cuek dan jaim banget itu. Anak-anak OSIS juga udah pada tau kalau Arjuna penasaran banget sama Diandra Wijaya, anak kelas 10-1 yang 'katanya' terkenal cantik dan sulit untuk ditaklukan itu. Tapi setiap kali ditanya, ataupun berada di dekat orangnya, Arjuna akan berlagak sok cool.

Tidak lama setelah Andre memberikan pengumuman kalau ada guru yang sakit dan murid-murid diminta sumbangan seikhlasnya, Arjuna segera mengedarkan semacam kotak amal. Ia kebagian memintai sumbangan di barisan tempat gadis itu duduk.

Ah elah! Bikin malu aja sih nih orang berdua, Caca sama Andre, gumam Arjuna dalam hati sambil bersungut-sungut—walaupun sejujurnya ia merasa berterimakasih hehehe. Yah, namanya juga orang naksir? Siapa yang nggak seneng bisa deket-deket sama orang yang lagi ditaksir?

Gadis itu tersenyum padanya sebelum menyumbangkan selembar uang dua puluh ribuan ke dalam kotak amal.

Eh, waduh. Kok melting banget gini ya ngeliat dia senyum?

Arjuna balik tersenyum kasual sebelum berbalik badan dan kembali ke depan kelas lagi. Sebenarnya, ia balik badan agar tidak ketahuan senyum-senyum sendiri. Kan malu-maluin!

"Ah, kebanyakan gengsi lo Jun! Payah!" kata Andre ketika sudah keluar dari kelas.

Caca mengangguk dengan semangat, "Gue kira lo gentle gitu Jun. Ternyata jago kandang!"

Arjuna langsung menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, "Ini apaan lagi sih? Orang nggak ngapa-ngapain malah dikata-katain."

"Halah pake ngeles lagi! Jelas-jelas—"

Belum sempat Andre menyelesaikan kalimatnya, tahu-tahu Arjuna sudah menyerahkan kotak amal yang semula ia pegang itu ke tangan Andre, kemudian dengan gerakan yang luwes ia masuk kembali ke dalam kelas dan menuju ke meja tempat gadis itu duduk.

Andre dan Caca sampai membelalakkan matanya ketika mengintip melalui jendela kelas.

"Eh, sorry ganggu... Tadi lo bilang nama lo siapa? Gue Arjuna Dewangga. Anak kelas sebelah."

Ya elah, Jun! Modus lo receh abis! Segala sok-sok nggak denger lah, jelas-jelas dia nggak pernah sama sekali nyebutin namanya ke elo? batin Arjuna sambil menelan ludah.

Senja di JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang