14. And In Your Eyes I'd Like to Stay

6.3K 682 109
                                    

"Sometimes in life you will meet someoneand even though you never liked brown eyes before, their eyes are your new favorite color."

**

London, 2012

"Hey, you okay?" tanya gadis yang sudah selama setengah tahun belakangan ini mengisi hari-harinya, sementara gadis bernama Elena itu mengikatkan tali apronnya dan bersiap-siap untuk membuat sarapan—seperti yang selalu ia lakukan tiap pagi, karena gadis itu tahu kalau Arjuna paling malas masak sendiri.

Kebetulan, flat tempat Arjuna tinggal hanya berbeda dua lantai dari gadis itu. Pertemuan mereka pun terjadi dengan sederhana dan klasik; di perjamuan makan malam Perhimpunan Pelajar Indonesia—atau yang biasa disingkat sebagai PPI—ketika merayakan hari Thanksgiving. Lalu lucunya lagi, ketika jalan pulang, ternyata mereka menaiki bus yang sama; dan surprise, ternyata mereka juga tinggal di gedung flat yang sama! Untung saja mereka tidak satu kampus, namun tetap saja gedung universitas mereka berada persis berhadapan. Kalau Arjuna kuliah di LSE dan mengambil jurusan bisnis, maka Elena mengambil jurusan yang kontras; yaitu Culture, Media, and Creative Industries di King's College. Maka dari itu, mereka jadi semakin dekat karena mereka seringkali berangkat kuliah bersama, sebelum berpisah setelah turun dari stasiun bus kecil di depan Aldwych Royal Courts of Justice dan berjalan menuju kampus masing-masing.

Tinggal jauh dari tanah kelahiran, kerabat dekat, dan orang tua nyatanya tidak seindah dan seenak yang dibayangkan oleh orang kebanyakan; terutama jika sedang sakit, atau kehilangan suatu barang, atau ketika dalam keadaan urgent lainnya—namun sejak pertemuannya dengan Elena, segalanya terasa lebih mudah. Ia tidak merasa sendiri lagi di negeri asing ini. Perbedaan waktu yang sampai tujuh jam itu membuat komunikasinya dengan kerabat dekatnya di Indonesia jadi sulit, ditambah saat itu media komunikasi dan sosial media masih minim sekali. Hanya ada Twitter dan e-Mail yang dapat digunakan untuk saling bertukar kabar, kadangkala ia juga menggunakan Facetime untuk video call, tapi tetap saja rasanya semu.

Arjuna mengangguk sambil tersenyum tipis.

"It's just.. sometimes I feel like growing up sucks, Len."

"Kok gitu?" respon Elena sambil mengerucutkan bibirnya.

"Look at us; in a city far far away from home. Meninggalkan keluarga dan kerabat dekat, only to go back to them again one day. So what's the point of leaving them if you know exactly where your heart is supposed to be?"

Mendengarnya, Elena hanya tersenyum getir. Berbeda dengan Arjuna yang selalu ingin pulang sejak hari pertamanya di London, Elena justru ingin kabur sejauh-jauhnya dari Indonesia, terutama Jakarta. Ia benci rumahnya. Ia muak dengan kehidupannya yang dipenuhi tuntutan harus ini, harus itu. Termasuk keberadaannya di London juga karena ibunya memaksa untuk kuliah di luar negeri seperti kakaknya. Awalnya, ia didaftarkan untuk masuk ke jurusan hukum karena King's College cukup terkenal karena jurusan hukumnya—namun entah bagaimana ketika itu Elena punya keberanian untuk menolak dan mengancam tidak ingin lanjut kuliah jika ia tidak boleh mengambil jurusan yang ia inginkan. Satu-satunya hal yang ia rindukan dari Jakarta adalah kemacetannya dan makanannya. Di London, segalanya terasa hambar dan astaga, betapa ia muak sekali memakan roti dan olahan keju di sini.

"Maybe it's life, Jun. Kadang kita perlu pergi jauh dulu untuk tahu apa dan siapa yang kita rindukan, kan? So we know who matters the most to us," Elena menanggapi dengan kalem.

Lagipula, Elena tahu pasti apa yang sering membuat Arjuna uring-uringan seperti ini. Ia tahu ada seorang gadis—cinta pertamanya Arjuna, kalau Elena boleh bilang—yang selalu mengusik pikirannya. Ia mulai menyadari itu ketika ia menemukan Arjuna ketiduran di flatnya yang tidak terkunci, lalu ia melihat Arjuna sedang menulis puisi di buku catatan kecilnya yang selalu ia bawa kemana-mana, dan ketika Elena merapikan buku itu agar Arjuna bisa tidur dengan nyaman, di dalamnya ada foto polaroid candid seorang gadis cantik berambut sebahu yang sedang tersenyum lebar di sebuah konser. Ia tidak pernah bertanya siapa gadis itu, atau apa hubungannya dengan Arjuna, tapi ia tahu.

Senja di JakartaWhere stories live. Discover now