Dua Puluh Empat

397K 18K 2K
                                    

Cinta, kau membuatku takut untuk menyentuhmu lagi. Membuatku ragu untuk menerimamu kembali.

*

Bulan depan segala macam ujian sekolah, praktik, try-out, akan dilaksanakan. Tentunya setelah liburan semester berakhir. Ini cukup mengerikan untuk Letta, membuatnya tak bisa fokus pada liburan semester yang akan dimulai minggu depan.

Letta merebahkan kepalanya di atas meja. Pikirannya kini menerawang jauh. Bahkan pada hal yang dulu sempat dianggap tabu olehnya; melanjutkan sekolah. Tak terasa kini masa depan sudah di depan mata dan ia sama sekali belum menentukannya.

Sejak awal Letta tak pernah berpikir ke arah sana. Baru sekarang saja ia jadi kepikiran karena teman di sebelahnya sedari tadi sibuk membicarakan universitas ternama di belahan benua nan jauh di sana. Apa gue kuliah aja? Tapi males ah. Capek belajar terus. Kalau nggak kuliah terus ngapain? Nganggur? Nggak apa-apa sih nganggur. Toh, kebutuhan gue udah terpenuhi segala-galanya. Eh, tapi malu banget kalau jadi pengangguran.

Apa kata teman-teman gue nanti, batinnya.

Denger-denger si Aldi mau ngelanjutin kuliah di Amrik ya?" ujar Audry, cewek berambut ombre yang sekarang duduk di sebelahnya. Matanya berbinar saat menyebutkan nama Aldi.

Tipikal fans-nya Aldi banget.

"Nggak tau," jawab Letta singkat.

"Tadi gue denger dia teleponan sama bokapnya. Katanya mau ngambil manajemen bisnis."

Letta mengernyit, kepalanya bangkit dan menatap cewek di sebelahnya dengan pandangan menuding. Gilak! Jangan-jangan nih cewek nguntit Aldi! pikir Letta.

"Dan lo tau nggak, Let?! Tadi gue denger kayak ada omongan tentang pertunangan gitu. Jangan-jangan sebentar lagi Aldi mau tunangan ya! Sabar ya, Let. Lo sih kemaren nggak langsung nerima Aldi. Dia jadi tunangan sama cewek lain 'kan tuh," sambung cewek itu dengan ke-sok-tahu-annya. Letta hanya ber-oh-ria merespons perkataan Audry.

Letta, Aldi, dan teman-temannya memang sudah sepakat merahasiakan hal menyangkut pertunangan mereka. Jika satu sekolah tahu, bisa jadi masalah besar untuk mereka. Terlebih saat itu status Letta pun masih pacarnya Raka. Letta juga bisa berpotensi dikeroyok cewek-cewek gatel yang menggilai Aldi. Bahkan sekarang pun sudah banyak yang memandangnya dengan tatapan sinis dan menjatuhkan karena menampar Aldi tempo hari. Ia jadi serba salah, jika ia menerima Aldi pun pasti akan mendapat perilaku yang sama.

"Gue mau ke toilet dulu ya, Dri," ujarnya, lalu meninggalkan Audry. Biang gosip itu langsung teralih pada cewek di meja depan dan melanjutkan acara gosipnya.

Sebenarnya Letta tidak sedang ingin ke toilet, hanya ingin menghindar dari obrolan berbau Aldi yang entah kenapa semakin hari intensitasnya makin rutin terdengar di telinganya. Bahkan semalam, saat Daddy-nya pulang pun hal itu yang dibahasnya. "Letta, Sayang! Daddy pulang!" teriakan itu serta merta membuat Letta menghambur ke bawah. Memeluk Tommy dengan erat hingga Tommy kewalahan dibuatnya. Letta tak perduli, yang ia pikirkan hanya melepas rindunya.

"Sesak, Let. Nanti Daddy is dead gimana?"protes Daddy. Letta tak menghiraukannya malah semakin erat memeluk Daddy-nya itu.

"Oleh-oleh dulu kalau mau dilepasin." Letta tersenyum licik. "Tuh ada di meja," ujar Tommy.

"Yeyy!" Letta akhirnya melepaskan dekapannya. Tommy menghela napas lega, menyandar tubuhnya pada sofa kulit.

"Ini gelang apaan, Dad?" tanya Letta sembari meraba-raba beberapa gelang yang ada di atas meja.

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang