Tiga Puluh Dua

290K 16.7K 515
                                    

Siang yang cukup cerah. Mereka berenam duduk santai di dalam gazebo yang ada persis di sebelah kolam renang. Kezia masih setia dengan Bazaar di genggamannya, tak mengacuhkan Vino yang sejak tadi merengek minta perhatian karena memang hanya dia sendiri yang tidak punya kesibukan. Radit sibuk dengan laptopnya, Andre dengan kucing-kucingnya, Letta dan Aldi jangan ditanya, mereka berdua sibuk dengan dunianya, mengabaikan empat orang yang sedikit banyak diam-diam mencuri pandang ke arah mereka.

"Letta kalah!" seru Aldi. Cowok itu langsung mencolekkan tangannya pada loose powder merek Chanel milik Letta. Kezia mendengus, menatap kedua orang itu dengan pandangan tak percaya. Baru kali ini ia lihat permainan UNO jadi se-branded ini. "Ayo, mana sini mukanya," ujar Aldi dengan nada horornya.

Letta melempar kartu Uno ke arah cowok itu. Kedua tangannya langsung mendekap wajah. Takut. Sebentar lagi Aldi akan mencemongi wajahnya dengan bedak tabur.

"Ahh jangan banyak-banyak, Aldi!"

"Letta curang, dih! Awasin tangannya cepet!"

Aldi menarik tangan Letta kuat-kuat, memaksa tangan itu untuk menyingkir dari wajah Letta.

"Buka Letta. Kan perjanjiannya yang kalah dicemongin." Akhirnya Letta menyerah. Tangannya kini sudah turun. Wajahnya sudah tak terhalang apa pun, membuat Aldi bebas mengeksploitasi wajah polos itu. Cowok itu kembali mencolek bedak tabur dengan telunjuknya.

"A-L-D-I." Aldi menulis namanya dengan bedak di jidat Letta. "Biar selalu inget sama Aldi," katanya.

Wajah Letta langsung panas saat itu juga. Terasa jelas seluruh darahnya mengalir naik ke pipi, membuat wajahnya kian merona.

"Jijik! Najis! Norak!" cibir Radit. Matanya masih fokus menatap layar laptop.

"Iri ya, Dit? Makanya punya pacar! Nggak punya pacar sih!" ejek Andre. Kezia terbahak paling keras di antara yang lainnya.

"Radit punya cewek? Emang ada cewek yang betah lama-lama di deket Radit? Eww! Radit 'kan galak!"

"Bacot lo, Kez!"

"Tuh liat! Galak 'kan?! Gue vonis jomblo seumur hidup lo, Dit!" Kezia melet.

"Biarin aja. Gue sumpahin Vino ketemu cewek yang lebih cantik, seksi, dan pinter daripada lo. Siap-siap aja dicampakin!"

"Ih jahat banget! Nggak gitu 'kan, Beb?"

Vino tertawa. "Udah deh, kalian kayak anak kecil aja berantem terus," selanya. Tapi tetap saja Radit dan Kezia masih belum ada niatan untuk berhenti main pelotot-pelototan.

"Lusa kita udah mau balik aja ya. Padahal belum ngelilingin Sumba," ujar Andre. Kelima temannya mengangguk.

"Besok mau keluar resort nggak? Gue ada tempat bagus nih." "Mau ke mana, Ndre?"

"Kok kalo Andre yang punya usul gue jadi ragu ya," ejek Radit.

"Dih! Dengerin dulu!" Andre sewot.

"Gue semalem searching gitu tempat-tempat bagus di sini, pokoknya kita harus ke sana!"

"Ke mana sih?"

"Ke...."

***

Merupakan tantangan berat untuk Letta menempuh perjalanan dari Sumba Barat menuju Sumba Timur. Bukan harus mendaki gunung atau lewati lembah, mereka berenam menggunakan mobil, jalanan pun sudah teraspal sempurna, namun kelokan yang amat berliku dan tajamlah yang menjadi penyebabnya. Perut Letta terkocok hingga seluruh isinya seakan meminta keluar saat itu juga. Radit sampai harus menghentikan mobil sebentar, membiarkan Letta keluar menghirup udara segar.

I'm YoursWhere stories live. Discover now